Sunday, June 26, 2022

ISOMERI STRUKTUR, TATA NAMA, DAN ALKANA OLEH ALEX PEPSEGA INDRA PUTRA

 BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Suatu molekul kimia organik bisa jadi memiliki jenis dan jumlah atom yang sama tetapi penyusunannya dalam strukturnya berbeda. Peristiwa dimana senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya tidak sama disebut sebagai isomer. Berdasarkan penyusunanny 

a dalam bidang isomer dibedakan menjadi dua yaitu isomer struktur dan isomer ruang atau stereoisomer. Isomer struktur dibedakan menjadi isomer rantai, isomer gugus fungsi dan isomer tempat/posisi. Sedangkan isomer ruang. Untuk menghadapi meledaknya jumlah-jumlah senyawa organik, pada abad 19 ahli kimia organik memutuskan untuk mensistematikkan tata nama organik untuk menghubungkan nama senyawa dan strukturnya. Sistem tata nama yang telah dikembangkan disebutkan nama Jenewa atau system IUPAC yang merupakan inisial dari International Union of Pure and Applied Chemistry. Kebanyakan senyawa organik mempunyai bagian dari strukturnya,yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Senyawa yang terdiri darikarbon dan hidrogen ini disebut senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon yangdisampaikan disini adalah yang tergolong ke dalam alkana. 

1.2 Tujuan Makalah 

1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis isomeri struktur 2. Untuk memahami tata nama senyawa kimia 

3. Untuk mengetahui pengertian, sifat, dan reaksi senyawa alkana

BAB II 

PEMBAHASAN 

2.1 Isomer Struktural 

Senyawa dimetil eter dan senyawa etanol, keduanya memiliki  rumus kimia yang sama yaitu C2H6O. Namun, keduanya memiliki sifat-sifat yang  cukup berbeda. Titik didih etanol adalah 78°C, sedangkan dimetil eter hanya  −24°C. Etanol dapat bereaksi dengan logam reaktif seperti Na menghasilkan gas  H2, sedangkan dimetil eter tidak dapat bereaksi. Hubungan antara dua senyawa atau  lebih yang memiliki rumus kimia sama namun memiliki struktur  atau konfigurasi yang berbeda disebut keisomeran (isomerisme). Senyawa 

senyawa demikian disebut isomer-isomer. Keisomeran dapat digolongkan menjadi: 1. Isomer Struktur 

2. Isomer Ruang 

Isomer Struktural terjadi karena perbedaan susunan ikatan struktur  antaratom maupun gugus fungsi di dalam suatu molekul. Variasi dalam struktur  senyawa organik dapat disebabkan oleh jumlah atom atau jenis atom dalam moleku.  Tetapi variasi dalam struktur ini dapat juga terjadi karena urutan atom yang terikat  satu sama lain dalam suatu molekul. Contohnya C2H6O, kedua rumus ini memiliki  sifat-sifat yang cukup berbeda. Titik didih etanol adalah 78,5°C suatu caoran yang  digunakan sebagai pelarut (solvent) dan dalam minuman beralkohol, sedangkan  dimetil eter hanya −23,6°C suatu gas yang pernah digunakan sebagai refrigen (gas  dalam lemari es) dan sebagai suatu gas dorong aerosol. 

CH3OCH3 CH3CH2OH 

Dimetil eter ethanol| 

suatu gas pada temperature kamar suatu cairan pada temperature kamar 

Dua senyawa atau lebih yang memiliki rumus molekul yang sama disebut isomer satu terhadap yang lain. Jika senyawa dengan rumus molekul yang sama itu  memiliki urutan atom yang berlainan, maka mereka mempunyai struktur (bangun)  yang berlainan dan disebut isomer structural saatu terhadap yang lain. Dimetil eter  dan etanol merupakan contoh sepasang isomer sturktural. Alkana yang 

mengandung tiga karbon atau kurang tidak mempunyai isomer. Dalam tiap kasus  hanya terdapat satu cara untuk menata atom atom. 

Contoh tak berisomer : 

CH4 (Metana) CH3CH3 (etana) CH3CH2CH3 (propana) 

Alkana empat-karbon (C4H10) mempunyai dua kemungkinan untuk menata  atom karbon. Makin banyak atom karbonnya, makin banyak isomernya. Rumus  molekul C5H12 mempunyai tiga isomer structural C6H14 lima isomer, dan C10H22 75  isomer. 

Isomer structural bagi C4H10  

 CH

CH3CH2CH2CH3 CH3CHCH

Butana, td-0,5° C Metilpropana td-12°C  

(suatu alkana rantai lurus) (suatu alkana rantai bercabang) 

Keisomeran struktur terjadi akibat perbedaan susunan ikatan antar atom atom ataupun gugus-gugus fungsi dalam suatu molekul. Keisomeran struktur dapat  dibedakan menjadi: 

2.1.1 Isomer Kerangka 

Senyawa-senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus molekul dan gugus fungsi yang sama, namun kerangka (rantai karbon utama)  berbeda. Contohnya, butana dengan rantai utama C4 dan 2-metilpropana dengan  rantai utama C3.

2.1.2 Isomer Posisi 

Senyawa-senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus  molekul dan gugus fungsi yang sama, namun posisi gugus pada kerangka berbeda.  Contohnya, 1-butena dengan 2-butena berbeda posisi ikatan rangkap C=C; dan 1- butanol dengan 2-butanol berbeda posisi gugus hidroksil (–OH). 

2.1.3 Isomer Gugus Fungsi 

Keisomeran gugus fungsi terdapat pada senyawa-senyawa dengan rumus  molekul sama, namun berbeda gugus fungsi. Beberapa pasangan deret homolog  yang berisomer gugus fungsi, yaitu: 

alkanol (alkohol) dengan alkoksialkana (eter) – rumus umum:  CnH2n+2

Contohnya, etanol dengan metoksimetana (dimetil eter). 

alkanal (aldehida) dengan alkanon (keton) – rumus umum: CnH2nO

Contohnya, propanal dengan propanon. 

asam alkanoat (asam karboksilat) dengan alkil alkanoat (ester) – rumus  umum: CnH2nO2

Contohnya, asam propanoat dengan metil etanoat.

2.2 Isomer Ruang 

Keisomeran ruang terjadi akibat perbedaan konfigurasi atau susunan atom atom dalam ruang. Keisomeran ruang dapat dibedakan menjadi: 

2.2.1 Isomer Geometri 

Keisomeran geometri terjadi karena keterbatasan rotasi bebas pada suatu  ikatan dalam molekul. Pada ikatan tunggal C–C, atom karbon dapat berotasi bebas  terhadap atom karbon lainnya. Namun, pada ikatan rangkap dua C=C, rotasi atom  karbon cenderung terbatas oleh karena adanya ikatan pi. Oleh karena itu, posisi  atom atau gugus atom yang terikat pada kedua atom C pada ikatan C=C tidak dapat  berubah. 

2.2.2 Isomer Optis 

Isomer optis dapat terjadi ketika senyawa kimia memiliki atom asimetris  yang artinya atom karbon yang terikat dengan 4 atom atau gugus yang berbeda.  Isomer ini memiliki sifat yang berbeda dari isomer lainnya dan tidak dapat  dibedakan berdasarkan titik didih dan titik lelehnya. 

2.3 Tata Nama Organik Berkembang 

Pada pertengahan abad 19, banyak senyawa organik yang tak diketahui  strukturnya. pada waktu itu itu nama-nama senyawa bersifat ilustratif, yakni  menyiratkan asal-usul atau sifatnya. beberapa senyawa dinamai menurut nama  sahabat atau kerabat ahli kimia yang pertama menemukan senyawa tersebut.  misalnya nama asam barbiturat (dari situ dikenal kelompok obat barbiturat) berasal  dari nama wanita Barbara itik pernah asam karboksilat hco2h diperoleh dari  penyulingan Semut Merah. asam ini dinamai asam formiat dari kata latin  formica yang berarti semut. nama-nama ini disebut nama trivial atau nama lazim  dalam banyak hal nama trivial bersifat seperti nama pameo; kedua senyawa  tersebut diatas mempunyai nama yang lebih resmi tetapi jarang digunakan. bahkan  sekarang ini di rekan nama trivial untuk senyawa baru, terutama untuk senyawa  dengan nama resmi yang bertele-tele.

Tatanama IUPAC menggunakan sebanyak awalan, imbuhan belakang,  dan sisipan untuk mendeskripsikan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu  senyawa. Pada kebanyakan senyawa, penamaan bisa dimulai dengan menentukan  rantai hidrokarbon Ingold Prelog bila ambiguitas sedang saja telah tersedia pada  struktur rantai hidrokarbon induk. Nama dari rantai induk dimodifikasi dengan  imbuhan belakang gugus fungsi yang memiliki prioritas paling tinggi, sedangkan  gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan yang dinomori dan disusun  secara alfabetis. 

Dalam kebanyakan kasus, penamaan yang tidak mengikuti kaidah penamaan  yang berpihak kepada yang benar dan ada bisa menghasilkan nama yang sedang  bisa dipahami strukturnya — tentu saja penamaan yang berpihak kepada yang benar  dan ada direkomendasikan untuk menghindari ambiguitas. 

Contoh nama senyawa induk dan mengidentifikasi gugus fungsi pada molekul  tersebut. Penomoran alkana induk diterapkan dengan menggunakan kaidah  prioritas Cahn 

NH2CH2CH2OH 

bila mengikuti aturan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog yaitu 2-aminoetanol.  Namun nama 2-hidroksietanaamina juga secara jelas merujuk pada senyawa yang  sama. 

Nama senyawa diatas dikonstruksi dengan cara sebagai berikut: 

1. Terdapat dua karbon pada rantai induk, maka diberi nama dasar "et" 2. Karbon-karbon pada senyawa tersebut berikatan tunggal, maka diberi  imbuhan belakang "an" 

3. Terdapat dua gugus fungsi pada senyawa tersebut, yakni alkohol (OH) dan  amina (NH2). Alkohol memiliki nomor atom dan prioritas yang semakin  tinggi dari amina, dan imbuhan belakang dari alkohol yaitu "ol", maka  imbuhan belakang majemuk yang terbentuk yaitu "anol".

4. Gugus amina tidak ada pada satu karbon yang sama dengan gugus OH  (karbon nomor 1), namun melekat pada karbon nomor 2, oleh karenanya  beliau diidentifikasikan dengan awalan "2-amino". 

5. Setelah awalan, nama dasar, dan imbuhan belakangnya digabung, kita  mendapat "2-aminoetanol". 

Terdapat pula sistem penamaan lama untuk senyawa organik, dikenal sbg tatanama  umum, yang sering dipergunakan untuk menamakan senyawa yang sederhana  maupun senyawa yang sangat kompleks sehingga nama IUPAC dijadikan sangat  panjang untuk dipergunakan. 

2.4 Suatu Tinjauan Nama Organik 

2.4.1 Alkana rantai-lurus 

Alkana yang berantai tunggal memiliki imbuhan belakang "-ana" dan  diberikan awalan tergantung pada banyak atom dalam rantai tersebut mengikuti  aturan imbuhan pengganda IUPAC

Banyak karbon 

10 

11 

12 

13 

14 

15 

20 

30

Awalan 















Met- Et- Prop- But- Pent- Heks- Hept- Okt- Non- Dek- Undek- Dodek- Tridek- Tetradek- Pentadek- Eikos- Triakont





Alkana rantai karbon lurus biasanya dikenalo dengan awalan n- (singkatan  dari normal) ketika tidak benar isomer. Meskipun tidak diwajibkan, tetapi  penamaan ini penting sebab alkana rantai lurus dan rantai bercabang memiliki sifat  yang berbeda. Misalnya n-heksana atau 2- atau 3-metilpentana. 

Anggota dari rantai lurus ini adalah: 

Metana, CH4 - 1 karbon dan 4 hidrogen 

Etana, C2H6 - 2 karbon dan 6 hidrogen 

Propana, C3H8 - 3 karbon dan 8 hidrogen 

Butana, C4H10 - 4 karbon dan 10 hidrogen 

pentana, C5H12 - 5 karbon dan 12 hidrogen 

heksana, C6H14 - 6 carbon dan 14 hidrogen

Mulai dengan jumlah karbon mulai dari lima diberi nama dengan imbuhan jumlah  yang ditentukan IUPAC diakhiri dengan -ana. Contohnya selang lain adalah  pentana, heksana, heptana, dan oktana

2.4.2 Sikloalkana 

Sikloalkana adalah hidrokarbon yang seperti alkana, tetapi rantai karbonnya  membentuk cincin. Sikloalkana sederhana mempunyai awalan "siklo-" untuk  membendakannya dari alkana. Penamaan sikloalkana dilihat dari berapa banyak  atom karbon yang dikandungnya, misalnya siklopentana (C5H10) adalah sikloalkana  dengan 5 atom karbon seperti pentana(C5H12), hanya saja pada siklopentana kelima  atom karbonnya membentuk cincin. Hal yang sama berlangsung  untuk propana dan siklopropana, butana dan siklobutana, dan lain-lainnya. Sikloalkana substitusi dinamai mirip dengan alkana substitusi - cincin  sikloalkananya tetap benar, dan substituennya dinamai sesuai dengan kedudukan  mereka pada cincin tersebut, pemberian nomornya mengikuti aturan Cahn-Ingold 

Prelog.

Pemberian nama pada sikloalkana dengan rantai lurus (tak bercabang) :  memberikan awalan siklo- pada nama alkana yang bersesuaian.  

Pemberian nama pada sikloalkana dengan rantai bercabang : 1. Jika terdapat  substituen, maka nama cabang disebutkan terlebih dahulu diikuti dengan nama  sikloalkananya. 2. Jika terdapat lebih dari dua substituen, nomor pada cincin  dimulai dari substituen yang memiliki urutan abjad pertama, dan arah  penomorannya memberikan nomor terendah untuk substituen selanjutnya. 

Pemberian nama pada sikloalkana dengan rantai bercabang : 3. Jika terdapat tiga /  lebih substituen pada cincin, maka penomoran dimulai dari substituen yang  mengarah ke set locants terendah.


2.4.3 Rantai Samping 

Bila gugus alkil atau gugus fungsional diletakkan pada suatu rantai alkana  rantai lurus itu disebut akar atau induk. gugus itu ditandai dalam nama senyawa  oleh awalan dan akhiran pada nama induknya. Suatu rantai samping atau cabang  ialah suatu gugus alkil sebagai cabang dari suatu rantai induk. suatu gugus alkil  rantai lurus dinamai menurut induk alkananya sendiri, dengan mengubah  akhiran -ana menjadi-il ( ch4 ialah metana, maka gugus CH3 ialah gugus metil  CH3 CH3 ialah etana maka gugus CH3 CH2 ialah gugus etil).

10 

2.4.4 Rantai Samping bercabang 

Suatu gugus alkil mungkin bercabang dan bukan rantai lurus. masing masing contoh dibawah ini menunjukkan rantai samping Bercabang pada suatu  cincin sikloheksana dan pada suatu rantai heptana 

Gugus bercabang bisa mempunyai nama spesifik atau khusus. misalnya gugus  profil itu disebut gugus propil dan gugus isopropil 

Untuk menekankan bahwa suatu rantai samping tidak bercabang, Sering  digunakan awalan n- Dengan kepanjangan normal. awalan n sebenarnya  berlebihan karena tak adanya suatu awalan juga menandakan suatu rantai lurus.  awalan iso dari kata isomerik digunakan untuk menyatakan suatu cabang metil  pada ujung rantai samping alkil. suatu rantai samping 4 karbon mempunyai  kemungkinan 4 struktural. kubus butil atau n-butil suatu gugus rantai lurus.  gugus isobutil mempunyai suatu cabang metil pada ujung rantai kedua gugus  butil ini diberinama mirip gugus propil. 

Gugus butil sekunder memiliki 2 karbon yang terikat pada karbon kepala atau  karbon lekatan. gugus butil tersier memiliki 3 karbon yang terikat pada karbon  lekatan

11 

2.4.5 Rantai bercabang ganda 

Untuk memberi nama alkana dengan rantai bercabang digunakan langkah-langkah  berikut: 

Cari rantai atom karbon terpanjang 

Beri nomor pada rantai tersebut, dimulai dari ujung yang terdekat dengan  cabang 

Beri nama pada cabang-cabangnya 

Nama alkana dimulai dengan nomor letak cabang, nama cabang, dan nama  rantai utama. Contohnya adalah 2,2,4-trimetilpentana yang dikata juga isooktana.  Rantai terpanjangnya adalah pentana, dengan tiga buah cabang metil (trimetil) pada  karbon nomor 2, 2, dan 4. 

Alkana bercabang dinamakan dengan menggunakan nama alkana berantai  tunggal yang dilekatkan gugus alkil. Gugus alkil ini diberi awalan angka yang  mengindikasikan di mana beliau melekat pada karbon tertentu. Gugus alkil ini  diberi sisipan "-il-". Sebagai contoh (CH3)2CHCH3 bisa dianggap rantai propana  yang dilekatkan dua gugus metil di karbon nomor 2. Senyawa ini diberi nama 2- metilpropana. Awalan angka bisa dihapus bila beliau tidak menimbulkan 

12 

ambiguitas, jadi 2-metilpropana ditulis sbg metilpropana (struktur 1-metilpropana  yaitu identik dengan butana). 

Bila terdapat ambiguitas dalam posisi substituen, yakni karbon mana yang  dinomori sbg "1", dipilih penomoran dengan angka yang paling kecil. Sbg contoh,  (CH3)2CHCH2CH3 (isopentana) dinamakan 2-metilbutana, bukan not 3- metilbutana. Oleh karena tidak telah tersedia struktur berlainan yang bernama  metilbutana kecuali 3-metilbutana, awalan angka 3 ini bisa dihapus. 

2.4.6 Subtituen Awalan Lain 

Seperti cabang-cabang alkil, beberapa gugus fungsional diberi nama sebagai  awalan pada nama induk aturan penggunaan awalan ini identik dengan aturan untuk  gugus alkil kecuali bahwa di sini induk ialah rantai lurus terpanjang yang  mengandung gugus fungsional itu titik posisi gugus fungsional itu ditandai oleh  suatu nomor atau serendah mungkin, dan gugus identik di dahului oleh di- Atau  Tri-

13 

2.4.7 Alkena dan Alkuna 

Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh, dan memiliki ikatan rangkap  dua (–C=C–). Rumus umum yang digunakan untuk menyatakan Alkena adalah: C2H2n 

Nama lain dari Alkena adalah Olefin. Bentuk Alkena yang paling sederhana yaitu  Etena, yang memiliki rumus C2H4. Alkena lebih reaktif bila dibandingkan dengan  Alkana. Namun, relatif lebih stabil dibandingkan dengan Alkuna. Alkena juga memiliki kegunaan di berbagai bidang, seperti: 

Bisa menjadi obat bius bila dicampurkan dengan kandungan O2. Mematangkan buah-buahan. 

Bahan baku dari industri plastik, karet sintetis, dan juga alkohol. 

Alkuna juga termasuk dalam senyawa hidrokarbon tak jenuh. Namun Alkuna  memiliki satu atau lebih ikatan rangkap tiga antara atom karbon. Alkuna memiliki  rumus umum: 

CnH2n-2 

Alkuna juga disebut sebagai Asetilena. Alkuna adalah senyawa yang lebih reaktif  dibandingkan dengan Alkana dan juga Alkena. Alkena memiliki sifat  semikonduktor, karena adanya pembentukan polimer yang bernama Polyethylene  yang memiliki sifat tersebut. 

Selain Alkana dan Alkena, Alkuna juga memiliki banyak kegunaan, seperti: Bisa digunakan dalam proses mengelas besi dan juga baja. 

Dapat digunakan sebagai penerangan. 

Merupakan sebuah Sintesis dari senyawa lain nya.

14 

Dalam tata nama iupac ketidakjenuhan karbon selain ditandai oleh suatu  perubahan dalam akhiran nama induk itu titik seperti telah dinyatakan jika  hidrokarbon induk tak mengandung ikatan rangkap maupun ganda 3 digunakan  akhiran -ana. Jika terdapat sebuah ikatan rangkap akhiran -ana diubah menjadi - ena. Nama umum bagi hidrokarbon dengan sebuah ikatan rangkap ialah alkena.  sebuah ikatan ganda 3 dinyatakan oleh -una hidrokarbon yang mengandung  ikatan ganda 3 ialah alkuna. 

Bila induk itu mengandung 4 karbon atau lebih harus digunakan sebuah nomor  awalan untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap atau ganda 3 itu titik rantai itu  dinomori Sedemikian sehingga ikatan rangkap atau ganda 3 itu memperoleh  nomor serendah mungkin, bahkan juga bila dengan demikian sebuah kubus  awalan terpaksa memperoleh nomor yang lebih tinggi. hanya satu nomor  diperlukan untuk tiap ikatan rangkap atau ganda 3; Disepakati bahwa ikatan  

rangkap atau ganda 3 itu mulai pada posisi dengan nomor ini ke atom karbon  dengan nomor berikutnya. cek di suatu nomor awalan 2 berarti ikatan rangkap  atau ganda 3 itu berada antara karbon 2 dan 3 bukan antara karbon 2 dan 1.

Dalam beberapa nama, Angka 1 pada awalan tidak begitu diperhatikan dan tidak  ditulis untuk ikatan rangkap karbon atau gugus fungsional utama lainnya. angka  ini dapat dihilangkan hanya dalam hal-hal di mana tidak ada masalah tentang  kedudukan gugus fungsional.

15 

Jika sebuah struktur mengandung lebih dari satu ikatan rangkap atau ganda 3  maka nama itu menjadi sedikit lebih rumit. contoh suatu DNA berikut, sebuah  senyawa dengan dua ikatan rangkap menunjukkan penempatan nomor-nomor  dan awalan di itu. 

2.4.8 Alkohol 

Alkanol adalah senyawa karbon turunan alkana dari keluarga alkohol yang  memiliki gugus fungsi -OH. Akanol dapat dibedakan menjadi monoalkohol yang  memiliki 1 gugus -OH, dan polialkohol yang memiliki lebih dari 1 gugus -OH.  Polialkohol dengan 2 gugus -OH disebut dialkohol (-diol) sedangkan dengan 3  gugus -OH disebut dengan trialkohol (-triol), dan seterusnya. 

Alkanol monoalkohol dapat dianggap berasal dari substitusi satu atom H pada  alkana dengan gugus hidroksil -OH. Perhatikan beberapa senyawa berikut! Berdasarkan tabel di atas, jika n adalah jumlah atom C, maka rumus umum alkanol  dinyatakan sebagai: CnH2n+2O

16 

Pada pembahasan struktur senyawa alkana di awal kelas XI, kamu pasti  mengetahui bahwa berdasarkan posisinya dalam rumus struktur alkana, dikenal empat  jenis atom C, yaitu atom C primer, atom C sekunder, atom C tersier, dan atom C  kuartener. Demikian juga dengan senyawa alkanol, berdasarkan letak gugus  fungsinya, alkanol dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 

Alkanol primer, yaitu alkanol yang gugus fungsinya (–OH) terikat pada atom C  primer. 

Contoh: CH3 – CH2 –OH 

Alkanol sekunder, yaitu alkanol yang gugus fungsinya (–OH) terikat pada atom C  sekunder. 

Contoh : 

Alkanol tersier, yaitu alkanol yang gugus fungsinya (–OH) terikat pada atom C tersier. Contoh: 

Tata Nama Alkanol 

Ada dua macam cara untuk memberi nama senyawa monoalkohol. Pertama  berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh IUPAC (International Union for Pure and  Applied Chemistry) disebut nama IUPAC atau nama sistematis. Kedua nama yang  sudah biasa digunakan sehari-hari atau dalam perdagangan disebut nama lazim atau  nama dagang (trivial).

17 

1. Tata Nama IUPAC 

Penamaan secara sistem IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran -a pada  alkana dengan akhiran -ol (alkana menjadi alkanol). 

Contoh : 

CH3–CH2–OH Etanol 

CH3–CH2–CH2–OH Propanol 

Bagaimana cara memberi nama senyawa alkanol yang mempunyai cabang gugus  alkil? 

Menentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang  mengandung gugus – OH, selain itu atom karbon lain sebagai cabang. Memberi nomor pada rantai induk yang dimulai dari salah satu ujung  rantai, sehingga posisi gugus – OH mendapat nomor terkecil. 

Urutan penamaan: 

nomor atom C yang mengikat cabang 

Nama cabang: 

- CH3 : metil 

- C2H5 : etil 

2. Nama rantai induk (alkanol) 

Contoh:

18 

2.4.9 Amina 

Amina terbagi menjadi tiga golongan, yaitu : 

a. Amina Primer 

Amina primer memiliki gugus –RNH2. Amina primer dapat dibentuk dari reaksi  asam basa reversible (dapat balik) antara garam etilamonium bromida dengan  amonia berlebih. Amonia akan mengambil satu atom hidrogen dari ion  etilamonium, sehingga terbentuk amina primer, yaitu etilamina. Selain itu, amina  primer juga dapat dibentuk dari gugus nitro yang direduksi. 

b. Amina Sekunder 

Amina sekunder memiliki gugus –R2NH. Amina sekunder dapat dibentuk dari  reaksi asam basa reversible antara dietilamonium bromida dengan amonia berlebih.  Amonia akan mengambil satu atom hidrogen dari ion dietilamonium, sehingga  terbentuk amina sekunder, yaitu dietilamina. 

c. Amina Tersier 

Amina tersier memiliki gugus –R3N. Amina tersier dapat dibentuk dari reaksi asam  basa reversible antara trietilamonium bromida dengan amonia berlebih. Amonia  akan mengambil satu atom hidrogen dari ion trietilamonium, sehingga terbentuk  amina tersier, yaitu trietilamina. 

Tata Nama Amina 

- Untuk gugus NH2 mendapat nama amino. Jika gugus NH2 lebih dari satu,  maka diberi imbuhan di-, tri- dan seterusnya. Penamaannya dengan menulis  angka untuk posisi gugus NH2 terlebih dahulu, lalu diikuti nama amino ditulis  dan diakhiri dengan nama gugus lain.

19 

Contoh : 

Keterangan Gambar : 

Gambar 1 : 1,3-diaminopropana 

Gambar 2 : 1,5-diaminopentana 

Gambar 3 : 2,4,6-triaminofenol 

- Jika terdapat gugus –OH, maka nama gugus alkana diganti dengan akhiran – ol dan gugus -NH2 disebut amino. Nama gugus –OH disebut lebih dulu dan  diikuti kata amino. 

Contoh : 

Metanolamino 

Etanolamino 

- Nama amina primer jenuh diturunkan dari nama alkana yang mana akhiran  -a diganti dengan akhiran -amina. Di depan nama amina primer terdapat angka  yang menentukan posisi gugus -NH2. 

Contoh :

20 

Keterangan Gambar : 

Gambar 1 : Metanamina 

Gambar 2 : 2-propanamina 

Gambar 3 : 1-propanamina 

Gambar 4 : 3-butanamina 

* Nama alkana sesuai dengan jumlah atom karbon (gugus -NH2 tidak dihitung). * Angka di depan nama amina primer jenuh menunjukkan posisi gugus –NH2

- Nama amina primer tak jenuh adalah dengan mengganti akhiran -a pada  nama alkena menjadi akhiran -il dan diikuti dengan nama amina. 

Contoh : 

Keterangan Gambar : 

Gambar 1 : 5-heksenilamina 

Gambar 2 : 2-propenilamina 

2.4.10 Aldehida dan Keton 

Karena sebuah aldehida (RCHO) Mengandung suatu gugus karbonil yang  terikat pada sebuah atom hidrogen maka gugus aldehida haruslah menjadi ujung  suatu rantai karbon. karbon aldehida itu dianggap karbon satu jadi tak perlu  nomor untuk menyatakan posisinya. akhiran nama aldehida ialah -al. 

Sebuah kubus keto menurut definisinya tak dapat berada pada awal sebuah  rantai karbon. karena itu diperlukan nomor awalan kecuali untuk propanon dan 

21 

beberapa keton sederhana lainnya. rantai hendaknya dinomori sedemikian agar  gugus karbonil itu memperoleh nomor serendah mungkin titik akhiran untuk  nama keton ialah -on 

2.4.11 Asam Karboksilat 

Suatu gugus karboksil, seperti suatu gugus aldehida harus berada pada awal sebuah  rantai karbon dan juga mengandung atom karbon pertama (karbon-1). Juga tidak  diperlukan nomor untuk gugus ini dalam senyawa tumbuhan untuk nama asam  karboksilat ialah asam -oat 

2.4.12 Ester 

Suatu Ester serupa dengan asam karboksilat, hanya saja hidrogen asamnya telah  digantikan oleh sebuah gugus alkil. 

Nama sebuah Ester terdiri dari 2 kata yaitu satu nama gugus alkil Ester tersebut,  dan yang kedua nama asam karboksilat dengan imbuhan asam telah dihapuskan.  ( Gugus alkil Ester selalu gugus yang terikat pada oksigen, sementara bagian  asam karboksilat nya selalu bagian yang mengandung gugus karbonil).

22 

2.4.13 Senyawa Benzena 

Cincin benzena dianggap sebagai induk sama seperti alkana rantai lurus. gugus  alkil halogen dan gugus Nitro dinamai dengan bentuk awalan pada benzena itu.

Bila sebuah cincin benzena terikat pada suatu rantai alkana yang memiliki suatu  gugus fungsional atau pada suatu rantai alkana yang terdiri dari 7 atom karbon  atau lebih, maka benzena itu dianggap sebagai substituen bukan sebagai induk  nama substituen benzena ialah fenil 

2.5 Alkana 

Alkana (paraffin) adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh asiklis.  Alkana termasuk senyawa alifatik. Dengan kata lain, alkana adalah suatu  rantai karbon panjang dengan ikatan-ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana  adalah CnH2n+2. Alkana yang sangat sederhana adalah metana dengan rumus CH4.  Tidak benar ketentuan yang tidak boleh dilampaui berapa karbon yang dapat terikat  bersama. Beberapa jenis minyak dan wax adalah contoh alkana dengan atom  jumlah atom karbon yang akbar, bisa lebih dari 10 atom karbon. Setiap atom karbon  mempunyai 4 ikatan (baik ikatan C-H atau ikatan C-C), dan setiap atom hidrogen  harus berikatan dengan atom karbon (ikatan H-C). Suatu kelompok dari atom  karbon yang terangkai dikata juga dengan rumus kerangka. Secara umum, jumlah  atom karbon digunakan untuk mengukur berapa akbar ukuran alkana tersebut  (contohnya: C2-alkana). Gugus alkil, biasanya disingkat dengan lambang R,  adalah gugus fungsional, yang seperti alkana, terdiri dari ikatan karbon tunggal  dan atom hidrogen, contohnya adalah metil atau gugus etil. Alkana bersifat tidak  terlalu reaktif dan mempunyai keaktifan biologi sedikit. 

Kebanyakan senyawa organik mempunyai bagian dari strukturnya yang  terdiri dari atom karbon dan hidrogen titik lemah adalah suatu contoh senyawa 

23 

organik yang memiliki gugus Ester dan rantai hidrokarbon yang panjang. rantai ini  dapat alkil atau alkenyl yang mengandung suatu ikatan rangkap

Ahli kimia zaman dahulu tidak mengetahui struktur suatu lemak, tetapi mereka tahu  bahwa banyak senyawa yang mengandung rantai hidrokarbon panjang serta biar  serupa dengan lemak. Misalnya zat-zat ini umumnya tidak larut dalam air dan lebih  ringan daripada air titik dengan alasan ini senyawa dengan rantai hidrokarbon  dinamai senyawa alifatik yang dalam bahasa Yunani berarti lemak. istilah senyawa  alifatik biasanya dikontraskan terhadap senyawa aromatik seperti benzena dan  benzena tersubstitusi. 

Beberapa sifat kimia dan fisika dari suatu senyawa alifatik berasal dari bagian alkil  molekul-molekulnya. oleh karena itu banyak sifat alkana dan sikloalkana juga  Dimiliki oleh senyawa organik lain. tentu saja sifat suatu senyawa sangat ditentukan  oleh gugus fungsional yang ada. misalnya suatu gugus hidroksil dalam sebuah  Molekul menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen dan perubahan besar dalam  sifat-sifat fisika. pada temperatur ruang etana CH3CH3 adalah gas sedangkan etanol  CH3CH2OH adalah cairan 

2.5.1 Sifat-sifat Fisika Alkana 

Alkana adalah senyawa non polar akibatnya gaya tarik antara molekul  lemah. alkana rantai lurus sampai dengan butana adalah gas pada temperatur  kamar sementara alkana C5 sampai c-17 dapat dilihat pada tabel 3.6. alkana  rantai lurus dengan 18 atom c atau lebih adalah zat padat. Titik didih suatu  senyawa sebagian bergantung pada banyaknya Energi yang diperlukan oleh  molekul-molekulnya untuk lolos dari fase cair menuju fase gas titik didih 

24 

senyawa dalam deret homolog seperti misalnya alkana pada tabel 3.6 bertambah  sekitar 30 derajat untuk tiap gugus metilena CH2 Tambahan. kenaikan titik didih  pada hakikatnya nya disebabkan oleh besarnya gaya tarik Van Der waals antara  molekul yang makin panjang titik deret deret homolog lain menunjukkan gejala  serupa. 

Percabangan Dalam bagian hidrokarbon molekul menurunkan titik didih atau  dibandingkan harga yang diduga oleh karena terganggunya gaya tarik Van Der  waals antara molekul-molekul dalam fase pada. karena non-polar alkana larut  dalam pelarut non polar atau sedikit polar seperti misalnya alkana lain dietil eter  CH3CH2OCH2CH3 atau benzena titik larutan itu disebabkan oleh gaya tarik Van  Der waals antara pelarut dan zat terlarut. alkana tidak larut dalam air. semua  alkana lebih ringan daripada air suatu fakta yang mudah diingat karena benzena  dan minyak motor dapat mengapung di atas air.

25 

2.5.2 Sifat Kimia Alkana 

Alkana dan sikloalkana tidak reaktif dibandingkan dengan senyawa organik  yang memiliki gugus fungsional. misalnya banyak senyawa organik bereaksi  dengan asam kuat basa kuat zat pengoksidasi atau zat pereduksi. umumnya  alkana dan sikloalkana tidak bereaksi dengan reagensia ini. karena sifat kurang  reaktif ini maka kadang-kadang alkana disebut sebagai parafin yang artinya  afinitas kecil sekali. 

2.5.3 Pembakaran 

Pembakaran adalah reaksi cepat suatu senyawa dengan oksigen.  pembakaran disertai dengan pembebasan kalor atau panas dan cahaya yakni dua  bentuk energi yang dicari manusia sejak mereka pertama kali membuat api dan  menemukan bahwa api itu dapat menghangatkan. Pembakaran campuran  organik Seperti kayu tidak selalu berupa pengubahan sederhana menjadi CO2  dan H2O . pembakaran adalah hasil sejumlah besar reaksi yang rumit. salah satu  macam Reaksi yang terjadi ialah pirolisis yaitu pemecahan molekul besar  menjadi molekul kecil tanpa kehadiran oksigen. pirolisis molekul-molekul besar  dalam Kayu misalnya, menghasilkan molekul gas yang lebih kecil yang  kemudian bereaksi dengan oksigen diatas permukaan kayu. reaksi dengan  oksigen Ini menghasilkan nyala. pada permukaan kayu terjadi oksidasi lambat  tetapi sangat panas dari residu karbon. sebagian besar kalor dari suatu api kayu  atau batubara berasal dari oksidasi lambat bukan dari nyala yang sesungguhnya.  Pembakaran sempurna ialah pengubahan suatu senyawa menjadi CO2 dan H2O.  jika persediaan oksigen tidak cukup untuk Pembakaran sempurna terjadilah 

26 

pembakaran tak sempurna. pembakaran tak sempurna menghasilkan karbon  monoksida atau kadang karbon dalam bentuk arang atau jelaga. 

2.5.4 Kalor Pembakaran  

Energi yang dibebaskan bila suatu senyawa teroksidasi sempurna menjadi  CO2 dan H2O disebut kalor pembakaran ΔH. Pada kondisi laboratorium yang  terawasi, ΔH dapat diukur harga ΔH negatif, Bila energi dibebaskan karena  molekul kehilangan energi. 

Harga kalor pembakaran pada tabel 3.7 terutama bergantung pada  banyaknya hidrogen dan karbon dalam sebuah molekul. dalam deret homolog energi yang dibebaskan bertambah dengan sekitar 157 kkal/ mol untuk tiap  gugus metilena tambahan. 

2.6 Sumber Hidrokarbon 

2.6.1 Gas Alam dan Minyak Bumi 

Gas alam 60 sampai 90% piala metana presentasi bergantung sumbernya  terbentuk oleh peluruhan Anerobik atau au peluruhan tanpa adanya udara pada  tumbuhan. komponen gas alam lainnya ialah etana dan propana bersama-sama  nitrogen dan karbondioksida. kadang-kadang gas alam mengandung banyak 

27 

helium titik biasanya gas alam dan minyak bumi berada bersama-sama. minyak  bumi atau Petroleum terbentuk dari peluruhan tumbuhan dan hewan yang  berasal dari laut. minyak bumi mentah atau minyak mentah adalah campuran  rumit Senyawa alifatik dan aromatik termasuk pula senyawa sulfur dan nitrogen  1 sampai 6%. memang lebih dari 500 senyawa pernah terdeteksi dalam suatu  cuplikan minyak bumi. komposisi sebenarnya berbeda-beda dari sumur ke  sumur. karena kerumitannya minyak mentah sendiri tak terlalu bermanfaat.  memisah-misahkan komponen dari dalam minyak mentah disebut refining atau  kilang. tahap pertama ialah suatu destilasi fraksional yang disebut straight- run  distillation . Fraksi-fraksi yang ditampung didaftarkan pada tabel di bawah ini 

Fraksi bensin dari penyulingan ini terlalu sedikit bagi masyarakat  masyarakat yang membutuhkan bensin dan kualitasnya pun rendah titik untuk  meningkatkan kuantitas dan kualitas bensin dilakukan proses kertakan dan  Reformasi terhadap fraksi-fraksi bertitik didih tinggi. 

Kertakan katalitik yaitu berupa proses memanaskan bahan ber titik didih  tinggi di bawah tekanan dan dengan hadirnya katalis yaitu contohnya tanah liat  aluminium silikat dicuci dengan asam dan dijadikan bumbu halus. di bawah  kondisi ini molekul besar akan Patah Menjadi fragmen kecil

28 

Kertakan kukus adalah suatu teknik mengubah alkana menjadi alkena.  reformasi katalitik mengubah senyawa alifatik menjadi senyawa aromatik.  alkena dan senyawa aromatik yang diperoleh dalam cara kertakan dan Reformasi  ini dijadikan Bahan baku untuk membuat plastik dan senyawa organik sintetik  lainnya 

Mesin kompresi tinggi dalam mobil cukup efisien ditilik dari bobotnya.  sayang dalam mesin ini hidrokarbon berantai lurus terbakar tidak merata dan  mengakibatkan ketukan, suatu suara menggelitik yang terdengar bila sebuah  mobil dipercepat pada tanjakan. ketukan ini mengurangi tenaga yang dihasilkan  oleh mesin itu dan menyebabkan hangus. bahan bakar mobil berkualitas baik  terdiri dari alkana bercabang dan senyawa aromatik yang terbakar lebih merata.  untungnya proses kertakan menghasilkan alkana bercabang dan senyawa  aromatik. 

Dulu isooktana suatu nama trivial untuk 2, 2, 4-trimetil pentana adalah  alkana dengan sifat anti keretakan yang terbaik untuk mesin mobil sedangkan n heptana yang terburuk titik kedua senyawa ini digunakan untuk  mengembangkan penilaian oktana bagi bahan bakar minyak bumi.

Untuk menilai kualitas bensin, bahan bakar itu dibutuhkan dengan  campuran isooktana dan n-heptana serta diberi bilangan oktana. bilangan oktana  100 berarti bahwa bensin itu setara dengan isooktana murni dalam hal sifat-sifat  pembakaran. bensin dengan Bilangan oktana 0 setara dengan heptana murni.  bilangan oktana 75 diberikan kepada bensin yang setara dengan campuran 75%  isooktana dan 25% heptana. bensin hasil destilasi langsung mempunyai  bilangan oktana sekitar 70. beberapa senyawa mempunyai karakteristik bakar  yang lebih baik daripada isooktana Oleh karena itu, dimungkinkan bilangan  oktana lebih tinggi dari 100. 

Zat tambahan atau aditif juga dibutuhkan dalam bensin untuk  mengurangi ketukan mesin dan menaikkan bilangan oktan nanya. beberapa zat 

29 

aditif Yang lazim dengan bilangan oktana di atas 100 adalah benzena, etanol, t butil alkohol [(CH3)3COH] dan t-butil metil eter [(CH)3COCH3]. campuran  aditif yang digunakan dalam bensin bertimbal, yang disebut ethyl fluid, terdiri  dari 65% tetraetil timbal, 25% 1,2-dibromoetana dan 10% 1,2-dikloroetana.  Hidrokarbon terhalogenkan penting untuk mengubah timbal menjadi timbal di  

bromida yang mudah menguap sehingga terbuang dari silinder lewat knalpot. mesin bensin menghamburkan aneka ragam pencemar atau polutan yaitu  hidrokarbon yang tak terbakar, karbon monoksida dan oksida oksida nitrogen  dalam banyak mobil telah dipasang pengubah atau converter katalis untuk  mengubah senyawa yang belum atau kurang teroksidasi menjadi lebih  teroksidasi sebelum dibuang. platinum yang digunakan dalam pengubah ini  dibuat tak bekerja atau diracuni oleh senyawa timbal Oleh karena itu bensin  bertimbal tidak boleh digunakan dalam mobil yang dilengkapi pengubah ini agar  tidak merusak katalis nya. 

2.6.2 Batubara 

Batubara dibentuk dari peluruhan tumbuhan oleh bakteri dibawah aneka  ragam tekanan titik batubara ini dikelompokkan menurut kadar karbonnya yaitu  antrasit atau batubara keras mengandung kadar karbon tertinggi, batubara  bitumen atau lunak, lignit dan akhirnya gambut. karena batubara juga  mengandung 2 sampai 6% sulfur pembakaran batubara dapat mengakibatkan  pencemaran udara yang parah dan hujan asam atau embun Upas. bila batubara  dipanasi tanpa hadirnya udara proses ini disebut distilasi merusak, akan  dihasilkan 3 macam produk kasar yaitu gas batubara dengan komponen CH4 dan  H2O batubara atau destilat terembunkan Dan Kokas atau residu. gas batubara  maupun Kokas merupakan bahan bakar yang bermanfaat Kokas ini digunakan  dalam pabrik baja. batubara kaya akan senyawa aromatik yang terbentuk dalam  proses penyulingan merusak itu.

30 

Sebelum minyak bumi berlimpah dan Murah dalam tahun 1940 batubara  merupakan sumber utama senyawa organik sintetik. bahan kimia organik di  Amerika Serikat lebih dari 90% disintesis dari minyak bumi titik sebabnya yaitu  proses kehilangan minyak bumi lebih murah dan kurang memberikan  pencemaran. namun sayangnya sumber minyak bumi menyusut dengan cepat  dan minyak bumi menjadi mahal sementara Cadangan batubara di dunia masih  melimpah pengubahan batubara menjadi gas bakar dan bahan bakar cair yang  disebut bahan bakar sintetik masing-masing disebut juga gasifikasi batubara dan  pencairan batubara titik banyak pabrik gasifikasi menggunakan proses lurgi  yang dikembangkan di Jerman atau di modifikasi Teknik ini dalam mana  hamparan batubara diolah Dengan kukus bertemperatur tinggi untuk  menghasilkan gas sintesis CO + H2 gas sintetis ini tidak sangat efisien lagipula  karbon monoksida sangat bersifat racun jadi gas ini diolah lebih lanjut dengan  hidrogen tambahan untuk menghasilkan metana. 

Pencairan batubara mengubah batubara itu menjadi alkana cair proses klasik  pengubahan ini ialah sintetis fischer-tropsch dikembangkan di Jerman dalam  Perang Dunia ke-2 Afrika Selatan mensintesis kebanyakan bensin dan bahan  kimia organik nya dengan proses ini. 

Karena Cadangan batubara juga terbatas orang terus menyelidiki dan  mengembangkan sumber lain untuk hidrokarbon. batuan sedimen yang  mengandung minyak di Amerika Serikat menjadi sumber biologi seperti limbah  pertanian dan tumbuhan bergetah dari jenis Euphorbia Yang mana Getahnya  mengandung hidrokarbon yang cukup tinggi

31 

BAB III 

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 

Isomer ialah molekul-molekul denganrumus kimiayang sama (dansering dengan jenis ikatanyang sama), tetapi memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Berdasarkan penyusunannya dalam bidang isomer dibedakan menjadi dua yaitu isomer struktur dan isomer ruang atau stereoisomer. Isomer struktur dibedakan menjadi isomer rantai, isomer gugus fungsi dan isomer tempat / posisi. Sedangkan isomer ruang atau stereo isomer dibedakan menjadi isomer geometris (cis-trans) dan isomer optis. 

3.2 Saran 

Penyusunan makalah berjudul “Isomer” ini didasarkan oleh sumber– sumber literatur yang ditemukan. Oleh karena itu, penulis menyarankan pembaca untuk mencari data melalui riset lebih lanjut guna lebih memahamimateri isomer dan pengelompokkannya.

32 

DAFTAR PUSTAKA 

Cuda, Tri. Tanpa Tahun. “Isomer Optis” (Online) 

https://www.scribd.com/doc/290304396/Isomer-Optis diakses pada 21 Agustus 2019 pukul 13.50 WIB. 

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. “Kimia Organik Komprehensif” 

(Online) http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdm k/wpcontent/uploads/2017/0 8/Kimia-Organik-Komprehensif.pdf diakses pada 21 Agustus 2019 pukul12.30 WIB. 

Sardjono, Ratnaningsih E. Tanpa Tahun. “Modul 2 Isomeri” (Online) 

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19690419199203 2- 

RATNANINGSIH_EKO_SARDJONO/MODUL_2_isomer_20_6_08_revi si.pdf . diakses pada 21 Agustus 2019 pukul 11.42 WIB.


No comments:

Post a Comment