3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan berat molekul solute
2. Menentukan panas penguapan solvent pada suhu tertentu
3. Menentukan kenaikan titik didih.
3.1.2 Latar Belakang
Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair
sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Berdasarkan
nilai titik didih zat terlarut, larutan dapat dibagi dua yaitu titik
didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya sehingga zat terlarut
lebih mudah menguap O2, NH2, H2S dan alkohol didalam air. Yang kedua
yaitu zat terlarut lebih besar daripada pelarutnya dan jika dipanaskan
pelarut yang lebih dulu menguap. Kenaikan titik didih larutan bergantung
pada jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidakbergantung pada jenis
zat terlarutnya. Untuk larutan yang sangat encer, trekanan uap zat
terlarut dapatdiabaika, sehingga yang mempengaruhi titik didih larutan
hanya pelarutnya.
Didunia industri, kenaikan titik didih sangat penting dipelajari dan
dipahami karena pada suatu proses bahan industri perlu diketahui
kenaikan titik didihnya, contohnya adalah proses distilasi. Dalam proses
distilasi kita harus mengetahui titik didih tiap senyawa yang dicampur
agar waktu yang diperlukan, kecepatan menguap pada campuran tersebut
dapat diketahui. Kenaikan titik didih juga digunakan untuk
mengklasifikasikan bahan bakaryang digunakan sehari-hari. Oleh karena
itu perlu melakukan percobaan ini agar dapat diterapkan dalam dunia
industri.
3.2 DASAR TEORI
Suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi dari pelarutnya,
selisihnya disebut kenaikan titik didih larutan. Peralihan wujud suatu
zat ditentukan oleh suhu dan tekanan, contohnya air pada tekanan 1 atm,
mempunyai titik didih 1000C dan titik beku 00C. Jika air mengandung zat
terlarut yang sukar menguap, maka titik didihnya akan lebih besar dari
1000C dan titik bekunya lebih kecil dari 00C. Perbedaan itu disebut
dengan kenaikan titik didih (DTb) dan penurunan titik beku (DTf)
(Rosenberg, 1992 : 284).
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih
adalah temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selam cairan mendidih,
tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah
konstan maka suhu dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan
kecepatan panas yang diberikan pada cairan yang mendidih hanya
menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan
lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik
didih cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer. Lebih besar
tekanan atmosfer, lebih tinggi suhu yang diperlukan untuk memberikan
tekanan uap yang dapat menandinginya. Titik didih pada 1 atm (760 mmHg)
dinamakan sebagai titik didih normal (Brady, 1999 : 540).
Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan. Pendidihan
adalah pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Suatu cairan
dikatakan mendidih pada titik didihnya, yaitu bila suhu dimana tekanan
uap cairan sama dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik didih,
tekanan uap cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat diatasi hingga
gelembung uap dapat terbentuk dipermukaan cairan yang diikuti penguapan
yang terjadi di setiap titik dalam cairan. Pada umumnya, molekul dapat
menguap bila dua persyaratan dipenuhi, yaitu molekul harus cukup tenaga
kinetik dan harus cukup dekat dengan batas antara cairan-uap (Petrucci,
2000 : 175).
Kesetimbangan heterogen yang diperhatikan ketika membahas pendidihan adalah antara uap larut pelarut dalam larutan.
..........(3.1)
Dimana Persamaan 1 adalah untuk menetukan titik didih ΔT tidak mengacu
ke jenis zat pelarutnya, melainkan hanya ke fraksi molnya. Hal ini
menjadikan ciri bahwa kenaikan titik didih termasuk sifat koligatif.
Nilai ΔT memang bergantung pada sifat pelarut, dan perubah terbesar
menjadi pada pelarut dengan titik didih tinggi tetapi entalpi penguapan
rendah (Atkins, 1994 : 183).
Pengaruh dari penambahan solute non volatile ke dalam solvent terhadap
kenaikan titik didihnya terkait dengan beberapa hukum sebagai
landasannya, antara lain: Hukum Roult dan Hukum Clausius Clapyron.
a. Hukum Roult
Tekanan uap benzena pada larutan benzena dan toluena berbanding lurus
dengan fraksi mol benzena di dalam larutan. Pernyataan yang sama dapat
pula diungkapkan tentang tekanan uap toluen. Penyimpulan umum ini
ditemukan oleh Roult pada tahun 1884, dan disebut hukum Roult dapat
ditulis sebagai berikut:
P1 = X1 x P1o ..........(3.2)
P2 = X2 x P2o ..........(3.3)
Dengan P1o dan P2o tekanan uap komponen 1 dan komponen 2 murni dalam atm
, x adalah fraksi mol dan P adalah tekanan uap larutan. Pada suhu
kesetimbangan, sesungguhnya juga terdapat udara, dan tekanan total
adalah 1 atm. Hukum Roult dipenuhi oleh pasangan cairan A dan B yang
sangat mirip, dimana antar aksi A-A, A-B, dan B-B semuanya hampir sama.
Fraksi mol suatu komponen didalam uapnya ( Alberty, 1987 : 144 ).
b. Hukum Clausius Clapayron
Persamaan ini menghubungkan variasi tekanan pada fase terkondensasi
dengan kesetimbangan uap dengan temperatur. Hubungan tersebut dapat
diturunkan dari persamaan Clapayron dengan asumsi bahwa volume dari uap
jenuh lebih besar dari pada volume molar padat; uap bersifat ideal dan
persamaanya, yaitu :
..........(3.4)
Dimana ΔH adalah panas penguapan molar dari campuran atau panas sublimasi molar ( Dogra, 1990 : 556).
Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan
komponen lain sukar menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya
zat terlarut tekanan uap pelarut akan berkurang dan ini mengakibatkan
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan uap osmose.
Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut dan tidak
ditentukan oleh jenis zat terlarut. Seperti telah disebutkan,
sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan.
Adanya zat terlarut (solute) yang sukar menguap (non volatile), tekanan
uap dari larutan turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan
lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan karena
untuk mendidih, tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara dan untuk
temperatur harus lebih tinggi (Sukardjo, 1990 : 152).
Sejauh ini kita selalu menganggap bahwa pelarut dan terlarutnya volatil.
Tetapi jenis larutan penting lainnya adalah zat yang terlarutnya tidak
volatil. Ada zat terlarut (solvent) yang sukar menguap (non volatile)
tekanan uap dari larutan turun dan ini akan menyebabkan titik didih
larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan
karena untuk mendidih, tekanan uap larutan harus sama dengan tekanan
udara luar dan untuk itu temperatur harus lebih tinggi (Petrucci, 1999 :
101).
3.1 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat dan Deskripsi Alat
Percobaan ini menggunakan alat labu leher tiga, kondensor, labu ukur (
50 mL dan 250 mL ), termometer, piknometer 15 mL, gelas beker (200 mL
dan 1000 mL), pemanas listrik, corong, neraca analitik, wajan, batu
didih, propipet, pipet mohr, pipet gondok.
Deskripsi Alat :
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Kenaikan Titik Didih
3.1.2 Bahan
Percobaan ini menggunakan bahan Aquadest (solvent), NaCl (solut non volatile), dan minyak goreng.
3.1.3 Prosedur Kerja
1. Merangkai alat seperti pada gambar 3.1.
2. Membuat larutan dengan perbandingan sebagai berikut :
Konsentrasi NaCl (N) : 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Volume akuades (mL) : 40 30 20 10 0
Volume NaCl (mL) : 10 20 30 40 50
3. Memasukkan campuran ke dalam gelas piala.
4. Mengambil 15 mL dan menentukan densitas dengan piknometer.
5. Memasukkan larutan ke dalam labu leher tiga.
6. Menentukan titik didih.
7. Mencatat titik didih tiap pengamatan.
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatn Kenaikan Titik Didih
Konsentrasi (N) VNaCl
(ml) Vakuades
(ml) mlarutan
(gr) Titik Didih (oC)
0,1
0,2
0,4
0,3
0,5 10
20
30
40
50 40
30
20
10
0 14,8
14,8
14,8
14,8
15 96
97
97,5
98
98,5
3.4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Kenaikan Titik Didih
No Konsentrasi
(N) BM NaCl
(gr/mol) MNaCl
(g) Makuades
(g) ∆Tb
(K)
1
2
3
4
5 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5 58,44
58,44
58,44
58,44
58,44 0,2922
0,5844
0,8766
1,1688
1,461 14,5078
14,2156
13,9234
13,6312
13,539 0,1728
0,3538
0,5446
0,7437
0,9384
3.4.2. Pembahasan
Titik didih suatu larutan bergantung pada tekanan luar, dimana suhu pada
saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar, sehingga
gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong ke permukaan
menuju fase gas (penguapan). Hal yang sangat khusus dari suatu penguapan
adalah mendidih yaitu pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fase
uap. Kenaikan titik didih (∆Tb) tidak mengacu pada jenis zat terlarutnya
melainkan ke fraksi molnya atau komponen zat terlarutnya.
Dalam percobaan ini solute yang digunakan adalah NaCl dan solvent-nya
akuades dengan berbagai konsentrasi. Adapun tujuan dari beragamnya
konsentrasi pada larutan NaCl adalah untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi tersebut terhadap kenaikan titik didih larutan NaCl. Dari
literatur diketahui bahwa titik didih NaCl adalah 1465oK (Anonim,2009).
Sehingga dapat dilihat bahwa NaCl memiliki titik didih lebih tinggi dari
akuades (titik didih akuades 373oK). Adapun reaksi yang terjadi pada
saat pelarutan NaCl dengan akuades adalah :
NaCl + H2O Na+ + Cl- + H2O
Larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih besar akan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi pula untuk mencapai titik didihnya.
Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu
besarnya titik didih larutan NaCl yang diperoleh pada konsentrasi 0,1 N;
0,2 N; 0,3 N; 0,4 N dan 0,5 N secara berturut-turut adalah 96oC; 97 oC;
97,5 oC; 98 oC; dan 98,5 oC. Aniknya titik didih untuk setiap
penambahan konsentrasi inilah yang disebut dengan kenaikan titik didih.
Kecenderungan molekul solvent untuk berubah menjadi fase uap menyebabkan
terbentulknya lapisan uap di atas permukaanzat cair dan mengakibatkan
terjadinya tekanan uap.
Dari nilai titik didih yang diperoleh dalam percobaan maka dapat
dihitung nilai kenaikan titik didih larutan NaCl pada konsentrasi 0,1 N;
0,2 N; 0,3 N; 0,4 N dan 0,5 N secara berturut-turut adalah 0,1728oK;
0,3538 oK; 0,5446 oK; 0,7437 oK dan 0,9384 oK. Sehingga dari hubungan
konsentrasi NaCl dengan titik didih (∆Tb) dapat dibuat grafik sebagai
berikut :
Gambar 3.2 Hubungan ∆Tb terhadap konsentrasi NaCl (N)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penambahan konsentrasi NaCl
yang semakin besar akan menyebabkan kenaikan titik didih yang semakin
besar pula. Penambahan konsentrasi larutan NaCl tersebut akan mengganggu
kesetimbangan dari pelarut. Kecenderungan molekul akuades akan
meninggalkan larutan menjadi uap semakin berkurang, sehingga tekanan
parsial dari pelarut akan menurun. Dengan menurunnya tekanan parsial
pelarut tersebut menyebabkan diperlukannya panas yang lebih tinggi agar
tekanan parsial sama dengan atmosfer sehingga larutan dapat mendidih.
Semakin besar konsentrasi NaCl maka semakin besar pula kenaikan titik
didihnya. Konsentrasi NaCl yang semakin besar disebabkan oleh penambahan
komposisi solute (NaCl) dalam larutan. Semakin besar komposisi solute
maka mol dari larutan juga semakin tinggi. Akibatnya fraksi mol pun
demakin tinggi sehingga tekanan parsialnya semakin tinggi, seperti
percobaan ini sesuai dengan hukum Roult. Adapun bunyi hukum, ”semakin
banyak zat yang terlarut di dalam larutan, maka semakin besar pula titik
didihnya”.
Saat merangkai alat pada bagian atas kondensor disumbat. Hal ini
bertujuan agar larutan yang menguap tidak keluar dan labu leher tiga
tidak pecah karena larutan yang dipanaskan jumlahnya sedikit. Sedangkan
fungsi kondensor sendiri adalah agar jumlah larutan yamng dipanaskan
tidak berkurang derastis dengan membuat uap yang telah menguap kembali
menjadi cairan dan jatuh kembali ke labu leher tiga. Selain itu fungsi
kondensor juga menjaga gar labu leher tiga tidak pecah.
Penggunaan minyak pada percobaan ini untuk memanaskan larutan, selain
itu agar kenaikan titik didih mudah diamati karena raksa pada termometer
naik secara perlahan. Penggunaan batu didih adalah agarmudah mengamati
kalau larutan sudah mendidih dengan tanda gelembung yang keluar
disekitar batu didih. Suatu larutan dikatakan mendidih pada titik
didihnya bila berada pada suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan
tekanan atmosfer. Menurut teori diketahui bahwa titik didih NaCl adalah
1465oK, sehingga dapat dilihat bahwa NaCl memiliki titik didih lebih
tinggi dari akuades (titik didih akuades : 373oK). Dari hasil pengamatan
titik didih larutan <100oc disebabkan kadar kemurnian NaCl yang
tercampur dalam larutan sudah berkurang sehingga Tb larutan atau titik
didih larutan tersebut tidak mencapai 100oC.
3.5. PENUTUP
3.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berat molekul solute (NaCl) adalah sebesar 58,449 g/mol.
2. Besarnya panas penguapan untuk akuades (solvent) adalah 40,67 kJ/mol
3. Kenaikan titik didih NaCl dengan konsentrasi 0,1 N; 0,2 N; 0,3 N; 0,4
N dan 0,5 N secara berturut-turut adalah 0,1728oK; 0,3538 oK; 0,5446
oK; 0,7437 oK dan 0,9384 oK.
4. Semakin besar konsentrasi dan jumlah NaCl (solute non volatile) yang
digunakan maka tekanan uap parsial dari akuades (solvent) akan turun
sehingga titik didih dan kenaikan titik didih larutan akan semakin
tinggi.
3.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah agar praktikan
harus berhati-hati dalam pembacaan skala pada termometer agar didapat
hasil yang akurat.
No comments:
Post a Comment