Wednesday, September 25, 2013

LAPORAN STERILISASI AUTOKLAF Part. 2

      DASAR TEORI
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang mungkin ada pada suatu benda. Secara umum terdapat tiga tehnik yang biasa digunakan untuk sterilisasi. Pemilihan tehnik sterilisasi didasarkan pada sifat alat dan bahan yang akan disterilisasi. ketiga teknik tersebut adalah :
1.    Sterilisasi mekanik/Filtrasi
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45 mikron ) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi ini ditujukan untuk bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2.    Sterilisasi Fisik
Sterilsasi fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Terdapat empat macam sterilisasi dengan pemanasan :
a.       Pemijaran Api
membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.      Panas kering
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas. Karakteristik sterilisasi kering adalah menggunakan oven suhu tinggi (170-180’C) dengan waktu yang lama (1-3 jam). Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Sebelum dimasukkan ke dalam oven alat/bahan teresbut dibungkus, disumbat atau dimasukkan dalam wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven
c.       Uap panas
Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.      Uap panas bertekanan (Autoclaving)
Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan uap panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Sterilisasi uap tergantung pada : (1) alat/bahan harus dapat ditembus uap panas secara merata tanpa mengalami kerusakan (2) Kondisi steril harus bebas udara (vacum) (3) Suhu yang terukur harus mencapai 121oC dan dipertahankan selama 15 menit.
Bahan/alat yang tidak dapat disterilisasi dengan uap panas adalah serum, vitamin, antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti fenol, buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya.
Prosedur dalam penggunaan autockave :
Ø  Pelajari bagian-bagian autoclave dan fungsinya masing-masing
Ø  Tuangkan air suling ke dalam autoclave hingga batas yang dianjurkan
Ø  Masukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga uap air secara merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut.
Ø  Tutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan tekanan pada autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15 menit. Autoclave akan otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah selesai.
Ø  Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan dan suhunya turun.
Sterilisasi fisik dengan penyinaran dapat dengan menggunakan sinar Ultra Violet.
3.    Sterilisasi kimiawi
Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis (Sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah Alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.
B.   Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui sterilisasi menggunakan autoclave, filtrasi dan tyndalisasi.
C.   Manfaat.
Agar kelak ketika kita ingin menjadi seorang peneliti, kita sudah mengetahui teknik-teknik dasar dalam mensterilkan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
            Sterilisasi yang paling umum dilakukan dapat berupa: sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170  180  dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin). Sterilisasi secara makanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sitem kerja filter, seperti pada saringan adalah melakukan seleksi terhadap pertikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (suriawiria, 2005)
            Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C selama 15 menit. Adapun alasan digunakannya suhu 121 C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut. Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16 per  (5 kg/cm2) pada suhu 121 . Waktu yag diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada suhu 121 C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam wadah 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu 20-30 menit paa suhuyang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi. (Pelczar dan Schan, 1986)
Antonie Van Leuwenhook adalah orang yang pertama kali melihat bakteri dengan menggunakan instrumen optik yang terdiri atas lensa bikonvens. Pada waktu itu ia menemukan bakteri dalam berbagai cairan, diantara cairan tubuh, air, ekstrak lada, serta bir. Penemuan mikroskop pada waktu itu membuka peluang unttuk dilakukannya penelitian mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik penyebab penyakit (Ferdias, 1992).
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia menungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali (Lay,1994).
BAB III
PROSEDUR KERJA
A.    Alat
1.      Jarum inokulum/OSE
2.      Cawan petri
3.      Autoclave
4.      Labu erlenmeyer
B.     Bahan
1.      Kertas sampul
2.      Aluminium foil
3.      Kapas
4.      Aquades
C.     Cara Kerja
1.      Sediakan alat-alat yang akan disterilisasikan.
2.      Bungkus cawan petri dengan kertas sampul lalu dilipat.
3.      Masukan alat dan bahan yang akan di sterilisasikan ke dalam alat inkubasi yaitu inkubator.
4.      Inkubasi dengan alat inkubator dengan menggunakan suhu 1210C selama 15 menit
5.      Jika tekana pada autoclave jarum penunjuknya mendekati garis merah, maka segera tekananya diturunkan ke LOW, kemudian sealiknya, dan tekanan dipertahankan selama 15 menit.
6.      Setelah di inkubasi, dinginkan alat dan bahanya, kemudian matikan inkubator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Hasil akhir dari proses sterilisasi yang kita dapatkan stelah menginkubasi alat dan ahan kedalam autoclave pada suhu 1210C selama 12 jam,alat dan bahan tersebut menjadi steril ( matinya mikroorganisme yang terdapat pada alat dan bahan ).
B.     Pembahasan
Sterilisasi dalam bidang mikrobiologi merupakan suatu upaya atau metode yang bertujuan untuk membebaskan alat-alat atau bahan/sample secara lengkap dari dekontaminasi segala macam bentuk kehidupan mikroorganisme lain.
Sterilisasi ini penting dilakukan dalam praktikum mikrobiologi, hal ini dikarenakan agar bahan atau peralatan yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran mikroorganisme lain yang tidak diinginkan yang akan mengganggu atau merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan sehingga pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Ada beberapa cara di dalam melakukan sterilisasi, yakni sterilisasi secara fisik, sterilisasi secara mekanik dan sterilisasi secara kimiawi namun pada prinsipnya proses sterilisasi mikroorganisme adalah dengan cara pemanasan berulang kali hal ini dimaksudkan  untuk menumbuhkan spora mikroorganisme kemudian memanaskannya kembali agar spora mikroorganisme tersebut mati. Adapun tahapan yang mesti dilakukan pertama yakni media yang telah siap disterilisasi harus dibuka sedikit tutupnya (jika menggunakan wadah tutup berulir) atau harus dilubangi plastiknya supaya tekanan yang dihasilkan autoklaf dapat masuk ke dalam media kemudian memanaskannya  hingga 100°C dengan tujuan agar bakteri yang ada mati. Langkah selanjutnya adalah didinginkan sehingga suhu turun berkisar antara  30°C hingga 40°C dengan tujuan memberi kesempatan agar supaya spora mikroorganisme tumbuh menjadi mikroorganisme lagi selama 24 jam.  Tahap kedua adalah sama dengan  tahap pertama yakni memanaskan hingga 100°C dengan tujuan agar mikroorganisme baru mati. Andaikata masih ada sisa spora dari mikroorganisme, maka suhu didinginkan lagi seperti tahap pertama sampai semua mikroorganisme dan spora mikroorganisme hilang atau mati.
Disini praktikan menggunakan autoklaf digital dan manual. Pada prinsipnya baik autoklaf digital maupun manual keduanya mempunyai komponen dan prinsip kerja yang sama namun yang membedakannya disini adalah untuk autoklaf digital, jika proses sterilisasi sudah selesai maka alarmnya akan berbunyi sedangkan untuk autoklaf manual praktikan harus memperhatikan termometer dan waktu selama melakukan proses sterilisasi.
Sterilisasi dapat berjalan baik bilamana seorang praktikan sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan mengenai pengenalan alat sehingga pada praktikum ini tujuan sterilisasi dapat tercapai dan peralatan serta bahan yang disterilisasi tersebut tidak rusak dan juga dapat dengan tepat mengambil keeputusan metode sterilisasi yang akan dipakai.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang mungkin ada pada suatu benda. Dengan menggunakan alat-alat seperti: autoclave, jarum inokulum/OSE dan alkohol. Dalam praktikum ini kita menggunakan autoclave sebagai alat untuk mensterilkan alat dan bahan praktikum, dimana autoclave terbagi atas dua macam yaitu: autoclave digital dan autoclave manual. Berikut adalah tiga teknik dalam sterilisasi.
1.      Sterilisasi mekanik/Filtrasi
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45 mikron ) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
2.      Sterilisasi Fisik
Terbagi atas:
a.       Pemijaran Api
membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.      Panas kering
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas. Contoh alat: oven
c.       Uap panas
Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.      Uap panas bertekanan (Autoclaving)
Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan uap panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm.
3.      Sterilisasi kimiawi
Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis (Sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah Alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.
B.     Saran
Adapun saran  dari praktikum mikrobiologi sterilisasi adalah sebagai berikut: sebelum melakukan praktek mikrobiologi diharapkan untuk menyeterilkan alat-alat dan diri kita masing-masing agar media atau bahan yang diuji tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada 23 januari 2013
 Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
 Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suriawiria, Unus. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa
J. Pelczar, 1986. Mikrobiologi fourt edition, New York, Me Graw Hill Book Company.

No comments:

Post a Comment