Dasar Teori.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan maupun organ , serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Sany 2007: 1).
Adapun prinsip-prinsip dalam kultur jaringan
sendiri kita ketahui antara lain (1). Totipotensi Sel: Setiap sel dari manapun
asalnya, akan mampu tumbuh menjadi tanaman sempurna kalau diletakkan pada
lingkungan yang sesuai (Scheleiden & Sachwan, 1901), (2). Regenerasi
Tanaman: Proses menuju diferensiasi ke arah pembentukan organ baru, (3). Bebas
Kontaminasi Mikroorganisme, dan (4). Lingkungan (media) yang sesuai dengan
pertumbuhan jaringan. Dapat dilihat salah satu prinsip adalah terbebas
dari kontaminasi mikroorganisme. Ini artinya kultur jaringan merupakan
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril. Lingkungan yang
sesuai dapat dipenuhi dengan menentukan media tumbuh yang sesuai dan penempatan
pada kondisi yang terkendali berkaitan dengan intensitas dan periodisitas,
cahaya, temperatur, dan kelembaban serta keharusan sterilisasi (Hendaryono & Wijayani 1994: 2).
Sterilisasi merupakan hal yang erat dengan
pembuatan medium isolasi dan pembiakan mikroorganisme secara murni. Pengertian
umum sterilisisasi adalah suatu proses yang berusaha membebaskan bahan atau
alat dari mikroorganisme. Namun perlu diketahui bahwa bahan atau alat yang
telah melalui proses sterilisasi tidak akan benar-benar bebas dari
mikroorganisme. Tujuan utama sterilisasi adalah untuk meminimalkan gangguan
oleh mikroorganisme yang tidak dikehendaki (kontaminan), sekaligus meminimalkan
gangguan akibat proses sterilisasi itu sendiri sekecil mungkin (Sany
2007: 1).
Sterilisasi dalam segala kegiatan kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan pun juga
harus dalam keadaan steril. Tidak hanya terbatas pada
peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam kondisi aseptik.
Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya
untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme yang ada di peralatan maupun
di udara bebas sekitar ruangan. Perlakuan tersebut mutlak dilakukan terutama
pada ruang penabur atau tempat yang digunakan untuk penanaman eksplan (Fardiaz
1992: 2).
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur jaringan yaitu bahan
sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan,
substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat inkubasi. Dari
sekian banyak permasalahan yang harus diteliti dan diperhatikan adalah
komposisi media tumbuh pada kultur jaringan karena sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Teknik
aseptik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kutur jaringan.
Keaseptikan harus dijaga dalam proses pengkulturan, selain itu juga termasuk
sterilisasi bahan tanaman (eksplan). Pada tahap ini dilakukan berbagai
perlakuan untuk membersihkan kotoran yang ada di permukaan bahan tanaman
(disinfestasi). Selain itu, zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan
hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tanaman (Daisy 1994: 4).
1.2.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mempelajari cara serta prinsip-prinsip sterilisasi alat dan
bahan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Sterilisasi merupakan
suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada
atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat digunakan
untuk mensterilkan bahan apa saja
yang dapat tembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu
yang berkisar antara 110-121 . Sterilisasi dalam setiap proses baik fisika,
kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme
atau usaha untuk membebaskan alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan
terutama mikrobia (Fardiaz 1992: 4).
Menurut
Hamdan (2012: 11), bahwa sterilisasi dalam setiap proses yang umum dilakukan
dapat berupa: (a). Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar
gelombang pendek yang dapat dilakukan
selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau
terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas,
dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170–180 dan waktu yang digunakan 2 jam yang umumnya
untuk peralatan gelas), (b). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan
penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin), (c). Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti
pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang
lewat (dalam hal ini adalah mikroba).
Autoclaf
adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan
tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C .
Sterilisasi dengan autoklaf adalah salah satu metode sterilisasi dengan uap
air di bawah tekanan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan
media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih
besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk
mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit (Torres 1989: 1).
Menurut Yuan (2012: 2), bahwa dalam metode
kultur jaringan diperlukan lingkungan yang steril. Ada beberapa metode
sterilisasi alat dan bahan tanaman. Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu dengan pembakaran, pemanasan kering, pemanasan basah, penyaringan
atau secara kimiawi. Sterilisasi dengan pembakaran yaitu
alat-alat yang
terbuat dari logam dapat disterilkan dengan cara memanaskan atau membakar di
atas lampu spirtus. Sterilisasi dengan udara panas/kering
pada
alat-alat dari gelas
seperti cawan petri, erlenmeyer, tabung piala, botol eksplan, tabung reaksi dan
sebagainya dapat disterilkan dengan udara panas (oven) pada suhu 130 – 160o
C selama 1 – 2 jam. Alat-alat ditata tidak terlalu rapat agar sirkulasi udara
antar tumpukan alat dapat berjalan lancar, sehingga semua alat dapat
disterilkan dan dapat dengan mudah dijaga kesterilannya saat dikeluarkan dari
alat sterilisasi.
Sterilisasi
dengan uap panas (basah) pada bahan atau alat
dapat disterilkan dengan uap panas atau secara basah pada uap panas biasa atau
uap panas dengan tekanan tinggi, secara terus menerus (kontinyu) atau secara
terputus putus (diskontinyu), khususnya medium pada suhu atau tekanan yang
rendah. Untuk sterilisasi dengan cara ini sering kali menggunakan otoklaf.
Sterilisasi medium biasanya dilakukan pada suhu 121oC dengan tekanan
1 atm selama 15-30 menit, namun untuk medium yang tidak mudah rusak dapat
dilakukan pada suhu atau tekanan yang sedikit lebih tinggi. Sterilisasi dengan
bahan kimia yaitu bahan kimia tertentu sering digunakan
untuk sterilisasi alat maupun bahan. Etanol 70% sering digunakan untuk
sterilisasi permukaan pada alat yang sering dikombinasi dengan pembakaran pada
api. NOCl (natrium hipoklorit) dan formalin juga sering digunakan untuk
sterilisasi permukaan atau disinfestasi permukaan atau disinfeksi permukaan (Torres
1989: 1).
Suatu
alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam
bentuk vegetative ataupun spora. Suatu benda atau substansi hanya dapat
dikatakan steril atau tidak steril, tidak
akan pernah mungkin ada setengah steril atau hampir steril. Untuk
sterilisasi alat dan medium digunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang
disebut autoclave. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh bakteri dan cendawan
yang melekat pada eksplan maupun pada alat serta bahan yang digunakan dalam
penanaman eksplan (Fardiaz 1992: 4).
Menurut Pramono (2007: 1), bahwa metode
sterilisasi alat dan bahan tanaman juga dilakukan sterilisasi dalam
kegiatan kultur jaringan harus dilakukan
di tempat yang steril, yaitu di laminar
flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
lingkungan kerja yaitu sterilisasi yang dilakukan dalam penanaman eksplan agar
mendapat tempat atau ruang yang steril dan bebas dari mikroorganisme. Tempat
untuk menanam dan memindahkan eksplan yaitu disebut Laminar Air Flow. Dengan
dihembuskannya aliran udara halus dari blower melalui suatu filter HEPA
(High Efficiency Particulate Air) dengan pori-pori kurang dari 0,3 µm. Fungsi
aliran udara ini yaitu dapat mencegah kontaminan yang air borne selama
penanaman. Sebelum bekerja, bagian dalam laminar disterilkan dengan alcohol 70%
dan diratakan dengan tissue, kemudian dilanjutkan dengan menyalakan lampu UV
selama 0,5-1 jam untuk mematikan kontaminan di permukaan tempat kerja.
Sterilisasi alat dan media dilakukan
pada alat-alat seperti botol, erlenmeyer, beaker glass, petridish, pinset,
scalpel, gunting, jarum ose, dll sebaiknya sebelum disterilisasi peralatan
dicuci denga detergen kemudian dibilas dengan aquades dan dikeringkan. Kemudian
dibungkus dengan kertas merang. Temperatur yang digunakan untuk sterilasasi
alat-alat dengan autoclave 121°C pada tekanan 17,5 psi selama 20-30 menit. Sterlisasi
bahan tanam yaitu bahan tanam yang ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran
dan berbagai kontaminan hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak
dihilangkan maka media yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan
sumber energy bagi kontaminan yang ada. Prinsip sterilasasi eksplan adalah
dapat mematikan kontminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun
eksplan merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah
awal keberhasilan dalam kerja kultur in vitro (Hadioetomo 1993:
1).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, tanggal 06 November 2012 pada pukul
09.00 s/d selesai. Bertempat di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah aluminium foil, autoklaf, botol kultur, erlenmeyer, gunting kultur,
kertas pembungkus, lampu bunsen, petridish, pinset dan scapel, sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah aquades dan
medium.
3.3.
Cara Kerja
Disiapkan alat-alat yang berupa aluminium foil, Erlenmeyer, gunting,
petridish, pinset tetes, scapel kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus. Botol
kultur ditutup dengan aluminium foil. Sedangkan bahan-bahan berupa aquades dan
medium disterilisasikan dengan cara dimasukkan dalam botol lalu ditutup dengan
aluminium foil. Disterilisasi alat dan bahan dengan autoklaf pada suhu 121°C dengan
tekanan 15 psi selama 20-30 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
praktikum didapatkan hasil sebagai berikut :
No.
|
Nama
Alat
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Autoklaf
|
|
Autoklaf adalah alat
sterilisasi untuk alat dan medium kultur jaringan. Suhunya 121oC,
tekanan uap 15 selama 15 menit
|
2.
|
Magnetic Stirer
|
|
Magnetic stirer memiliki fungsi untuk menggojok dengan pemanas. Dengan menggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai
kompor selain digunakan sebagai penggojok.
|
3.
|
Elenmeyer
|
|
Alat ini digunakan dalam kultur jaringan
tanaman sebagai sarana menuangkan air suling maupun untuk tempat media dan
penanaman eksplan.
|
4.
|
Gelas ukur
|
|
Gelas ukur digunakan untuk menakar air
suling dan bahan kimia yang akan digunakan.
|
5.
|
Pipet tetes
|
|
Pipet tetes digunakan
untuk mengambil supernatan (larutan) protoplas atau untuk menambahkan KOH,
HCL, menetralkan pH.
|
6.
|
Botol kultur
|
|
Botol ini digunakan
untuk tempat menanam eksplan
|
7.
|
Gelas piala
|
|
Alat ini digunakan untuk menuangkan atau
mempersiapkan bahan kimia dan
air suling dalam pembuatan medium
|
8.
|
Gunting kultur
|
|
Alat ini digunakan untuk
mengiris bagian tanaman atau eksplan.
|
9.
|
Aluminium foil
|
|
Aluminium
foil berfungsi untuk menutup botol kultur.
|
10.
|
Pinset
|
|
Pinset digunakan untuk memegang atau
mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan
|
11.
|
Cawan petri
|
|
Alat ini digunakan
untuk tempat eksplan
|
12.
|
Scalpel
|
|
Alat ini digunakan
untuk mengiris bahan isolasi protoplas
|
13.
|
Kertas Pembungkus
|
|
Kertas digunakan untuk
membungkus alat-alat yang akan di sterilisasi
|
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui beberapa
alat-alat seperti erlenmeyer, pipet tetes, pinset, disseting set, gunting,
magnetic stirer, scaple, botol kultur dan lain-lain. Dari alat-alat yang
mempunyai fungsi dan cara pemakaian yang berbeda, namun disterilisasikan bersama
menggunakan autoklaf. Sterilisasi
adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan yang sangat penting dan harus
dilakukan ditempat yang steril, yaitu di laminar flow. Seperti yang diungkapkan
Wetherell (1976: 1), bahwa lingkungan aseptic sebagai salah satu
syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu diterapkan dengan
sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha sterilisasi peralatan dan media yang
akan digunakan dalam proses kultur agar bebas dari mikroba.
Sterilisasi secara umum terdiri dari sterilisasi
fisika, sterilisasi kimia dan sterilisasi modifide yaitu gabungan antara
sterilisasi fisika dan kimia. Menurut Yuan (2012: 2), bahwa ada beberapa metode
sterilisasi alat dan bahan tanaman yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan pembakaran, pemanasan kering, pemanasan basah, penyaringan atau secara
kimiawi. Sterilisasi alat dan bahan tanaman juga dilakukan sterilisasi
dalam kegiatan kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, dan menggunakan alat-alat yang juga steril yaitu sterilisasi lingkungan kerja,
sterilisasi alat dan media dan sterlisasi bahan tanam.
Jenis sterilisasi yang baik digunakan adalah
sterilisasi menggunakan autoklaf.
Autoklaf yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas
bertekanan. Autoklaf dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau
alat-alat yang tidak tahan suhu tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan
dengan bantuan uap. Menurut Wetherell (1976: 1), dalam waktu 10-15 menit hampir
semua sel-sel mikroba dapat terbunuh oleh uap air yang sangat panas. Untuk
mensterilisasi alat-alat dibutuhkan suhu uap air 250 oF (121°C) dalam waktu 15
menit. Untuk menaikkan suhu yang lebih tinggi dari titik didih tersebut yaitu
dengan menaikkan tekanan uap air. Sedangkan menurut Estuningsih (2012: 1 ),
jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah
mengggunakan autoklaf, sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering menggunakan
oven. Pada praktikum yang dilakukan hanya menggunakan sterilisasi basah yaitu
menggunakan autoklaf.
Percobaan
sterilisasi kultur jaringan
dilakukan dengan baik, kita bisa membuat kisaran konsentrasi dan waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi dengan rentang yang cukup lebar. Jika dengan
konsentrasi tertentu tidak terkontaminasi tetapi eksplannya mati, berarti
konsentrasinya harus diturunkan. Begitu juga sebaliknya, jika masih banyak
kontaminannya, konsentrasi bahan harus dinaikkan supaya tidak terkontaminasi
lagi. Sama juga halnya dengan waktu yang diperlukan untuk sterilisasi. Jika masih banyak kontaminasi,
berarti proses sterilisasi harus lebih lama. Jika kita telah berhasil
mendapatkan satu kultur jaringan saja yang bebas kontaminan, maka kita dapat
memperbanyaknya dalam jumlah banyak.
Fungsi alat yang
disterilisasikan adalah untuk menghindari adanya mikroorganisme yang masih
terbawa oleh alat-alat yang akan digunakan, karena adanya mikroorganisme menyebabkan
kontaminasi bahkan dapat menumbuh kembangkan bakteri yang belum benar-benar
steril. Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam
bentuk vegetative ataupun spora. Suatu benda atau substansi hanya dapat
dikatakan steril atau tidak steril, tidak
akan pernah mungkin ada setengah steril atau hampir steril. Untuk
sterilisasi alat dan medium juga digunakan sterilisasi dengan mengunakan alat
yang disebut autoclave. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh bakteri dan
cendawan yang melekat pada eksplan maupun pada alat serta bahan yang digunakan
dalam penanaman eksplan (Fardiaz 1992: 4).
Labu erlenmeyer berfungsi sebagai
tempat penyimpanan medium, memanaskan larutan, dan menampung hasil dari
penyaringan. Di dalam kultur jaringan aluminium foil berfungsi untuk menutup botol
kultur.
Pipet
tetes fungsinya sama dengan pipet ukur yaitu digunakan untuk memindahkan suatu
cairan atau larutan, namun volume yang dipindahkan tidak diketahui. Lampu
bunsen salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril
adalah pembakar spiritus. Alat-alat ini dapat disterilisasikan dengan
dibungkus aluminium foil, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Sterilisasi
alat dilakukan pada alat-alat seperti botol, erlenmeyer, beaker glass,
petridish, pinset, scalpel, gunting, jarum ose, dll sebaiknya sebelum
disterilisasi peralatan dicuci denga detergen kemudian dibilas dengan aquades
dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang dan dimsukkan ke dalam
autoklaf.
2.
Temperatur
yang digunakan untuk sterilasasi alat-alat dengan autoclave 121°C pada tekanan
15 psi selama 20-30 menit.
3.
Fungsi
sterilisasikan adalah untuk menghindari adanya mikroorganisme yang masih
terbawa oleh alat-alat yang akan digunakan, karena adanya mikroorganisme
menyebabkan kontaminasi bahkan dapat menumbuh kembangkan bakteri yang belum
benar-benar steril.
4.
Segala peralatan yang digunakan dalam
kultur jaringan harus dalam keadaan steril melalui proses sterilisasi.
5.
Sterilisasi adalah
membebaskan bahan dari semua mikroba. Cara sterilisasi
terdapat kesamaan seperti pada oven dan autoclave. Hanya saja yang menjadi
perbedaan yaitu metode penggunaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Daisy.
1994. Laporan Kultur Jaringan. http://blogspot.com/2012/02/laporan-kultur-jaringan-pembuatan-media_822.html. 1 ± 2 diakses pada
tanggal 8 November 2012.
Fardiaz.
1992. Cara Steilisasi Alat-alat dan Media
Kultur Jarngan. http://eshaflora.blogspot.com/2010/02/cara-sterilisasi-alat-alat-dan-media.html.
1 ± 2 diakses
pada tanggal 8 November 2012.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.
PT.Gramedia: Jakarta.
237 hal.
Hamdan.
2012. Laporan Kultur Jaringan Sterilisasi
Alat. http://hamdan-maruli.blogspot.com/2012/02/lap-kultur-jaringan-sterilisasi-alat.html. 1 ± 2 diakses pada
tanggal 8 November 2012.
Hendaryono
& wijayani. 2002. Media Kultur
Jaringan. http://kultur-jaringan.
blogspot.com/2009/08/media-kultur-jaringan.html. 1 ± 2 diakses pada
tanggal 8 November 2012.
Sany.
2007. Pembiakan
Tanaman Melalui Kultur Jaringan.
Jakarta: Gramedia. 213 hal.
Pramono. 2007. Sterilisasi dalam Kultur Jaringan. http://sterilisasi-dalam-kultur-jaringan.blogspost.com/2012/09/kultur-jaringan.html. 1
± 2 diakses pada tanggal 8 November 2012.
Yuan.
2012. Kultur Jaringan Sterilisasi. http://yuangaknekoneko.blogspot.com/2012/03/kultur-jaringan-sterilisasi.html. 1 ± 2 diakses pada
tanggal 8 November 2012.
Wetherell, dkk. 1976. Biologi.
Jakarta: Erlangga. 211 hal.
No comments:
Post a Comment