Sunday, June 26, 2022

MAKALAH KIMIA ORGANIK ALKENA ALKUNA OLEH ALEX PEPSEGA INDRA PUTRA

 KATA PENGANTAR 

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan atas  karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Kimia Organik 1 yang berjudul  Alkena dan Alkuna. Di samping itu, kami juga berharap dalam makalah tugas ini  mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa  khususnya dan pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan makalah ini, kami  tidak dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan  dorongan dari berbagai pihak yang berupa petunjuk bimbingan, pengarahan. Untuk  itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati  penulis menyampaikan terima kasih kepada: 

1. Ibu Dr. Eka Cahya Mulyawati, S.Si., M.T selaku dosen pengampu  2. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak  langsung dalam menyelesaikan tugas ini 

Untuk lebih menyempurnakan makalah ini, kami memerlukan kritik dan saran  dari pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu memperbaiki  makalah ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan dalam  makalah ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga makalah yang kami buat  ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. 

Surabaya, 20 Oktober 2021 

Penyusu

ii 

DAFTAR ISI 

HALAMAN JUDUL 

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii DAFTAR ISI......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1 1.2 Tujuan Makalah........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN 

2.1 Ikatan dalam Alkena dan Alkuna ............................................................2 2.2 Tatanama Alkena dan Alkuna ..................................................................3 2.3 Sifat Fisis Alkena dan Alkuna..................................................................6 2.4 Spektra Alkena dan Alkuna......................................................................6 2.5 Pembuatan Alkena dan Alkuna ................................................................11 

2.6 Pratinjau reaksi adisi ................................................................................14 2.7 Adisi hidrogen halida kepada Alkena dan Alkuna ..................................15 2.8 Adisi H2SO4 dan H2O kepada Alkena dan Alkuna ..................................20 2.9 Hidrasi dengan menggunakan Merkuri Asetat.........................................21 2.10 Adisi Bonara kepada Alkena ..................................................................23 2.11 Adisi Halogen kepada Alkena dan Alkuna ............................................26 2.12 Adisi Karbena kepada Alkena ................................................................30 2.13 Hidrogenasi Katalitik ............................................................................33 2.14 Oksidasi Alkena .....................................................................................38 2.15 Adisi 1,2 dan Adisi-1,4 pada Diena Konjugasi......................................43 2.16 Reaksi Diels-Alder .................................................................................44 2.17 Polimer ...................................................................................................47 2.18 Penggunaan Alkena dan Alkuna dalam Sintesis....................................54 BAB V KESIMPULAN 

5.1 Kesimpulan...............................................................................................58

BAB 1 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap karbon disebut  alkena,sedangkan yang memiliki ikatan rangkap tiga karbon dinamakan alkuna.  Kedua golongan hidrokarbon ini tak jenuh (unsaturated), sebab mengandung  hidrogen per karbon lebih sedikit daripada alkana padanannya (CnH2n+2). Alkana  dapatdiperoleh dari alkena atau alkuna dengan menambah 1 atau 2 mol hidrogen. 

Senyawa dengan lebih satu ikatan rangkap atau ikatan rangkap tiga memang  ada.Jika terdapat dua ikatan rangkap, senyawa ini disebut alkadiena atau lebih  umumdisebut diena. Adapula triena, tetraena, dan bahkan poliena (senyawa dengan  banyak ikatan rangkap, dari kata Yunani poli berarti banyak). Poliena menyebabkan  warna pada wortel dan tomat. Hidrokarbon alkena dan alkuna mempunyai sifat  fisika yang sangan mirip.Semua berupa senyawa tak berwarna, tak larut atau hanya  sedikit sekali larutdalam air, tetapi sangan larut dalam pelarut nonpolar.  Hidrokarbon dengan bobot molekul rendah, C1 sampai C5 adalah gas, yang bobot  molekulnya tinggi berupa zat padat. Titik didih dan titik leleh yang sebenarnya  untuk molekul yang sama banyak atom karbonnya, beraneka bergantung pada ada  tidaknya ikatan rangkap,ganda tiga, dan banyak serta macam percabangannya.  Semua hidrokarbon dapat dibakar dalam oksigen maupun udara untuk  menghasilkan karbon dioksida dan air. 

1.2 Tujuan Makalah 

Untuk mengetahui pengertian alkena dan alkuna 

Untuk mengetahui tata nama dan isomer alkena dan alkuna Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada alkena dan alkuna 

Untuk mengetahui cara pembuatan alkena dan alkuna 

Untuk mengetahui kegunaan alkena dan alkuna

BAB II 

PEMBAHASAN 

Alkena adalah suatu hidrokarbon yang mengandung 1 ikatan rangkap. Alkena  disebut olefin, dari kata olefiant gas (gas yang membentuk minyak). Alkuna adalah  suatu hidrokarbon dengan satu ikatan gandatiga, asetilena adalah alkuna  tersederhana. Sebuah ikatan rangkap karbon-karbon adalah sebuah gugus  fungsional biasa dalam hasil alam. Lebih sering lagi, ikatan rangkap ini dijumpai  bersama-sama dengan gugus fung sional lain. Namun alkena tanpa fungsionalitas  lain tidak sama sekali langka dan sering di jumpai sebagai produk dalam tumbuhan  dan dalam minyak bumi. 

2.1 Ikatan dalam Alkena dan Alkuna 

Ikatan dalam etilena dana setilena telah dibahas pada bab 2. Dapat diingat  bahwa 2 karbon dalam etilena ada dalam keadaan hibridisasi sp3. Ketiga ikatan  sp3dari tiap atom karbon terletak pada satu bidang dan membentuk sudut ikatan  kira-kira 120°. Ikatan pi yang menghubungkan kedua atom karbon sp3terletak  diatas dan dibawah bidang ikatan sigma. 

Semua atom dalam ikatan etilena terletak dalam satu bidang; namun dalam  molekul yang juga memiliki karbon sp3, hanya atom yang terikat pada karbon  berikatan rangkap sajalah yang terletak pada bidang itu. 

Dua atom karbon dalam molekul asetilena dalam keadaan hibridisasi sp. Ikatan  sigma dibentuk oleh atom-atom karbon sp yang linear. Dalam asetilena, dua ikatan pi menghubungkan karbon-karbon sp.

Sebuah karbon rangkap tiga ada dalam keadaan hibridisasi sp. Orbital sp  bersifat separuh s sedangkan orbital sp2sepertiga s dan orbital sp3hanya  seperempat s. Karena orbital sp lebih memiliki karakter s, maka elekteon-elektron  dalam orbital ini leih dekat ke inti karbon daripada electron-elektron dalam orbital  sp2atau sp3. Jadi dalam suatu alkuna, karbon sp lebih elektronegatif daripada  kebanyakan atom lai. Jadi suatu ikatan CH alkunil lebih polar daripada ikatan CH  alkana atau alkena. 

Salah satu akibat penting dari polaritas ikatan karbon alkunil-hidrogen ialah  bahwa RC=CH dapat melepaskansebuah ion hydrogen kepada basa kuat. Anion  yang dihasilkan (RC=C-) disebut ion asetilida. Dengan pKa = 25, alkuna bukanlah  asam kuat. Alkuna lebih lemah daripada air (pKa = 15,7), tetapi lebih kuat  daripada ammonia (pKa ~ 35). Alkuna dapat bereaksi dengan suatu basa kuat  seperti d=sodamida (NaNH2) atau reagensia Grignard. Pada kondisi ini alkana dan  alkena tidak bereaksi . 

2.2 Tatanama Alkena dan Alkuna 

Dalam sistem IUPAC, alkena berantai lurus diberi nama menurut alkena  induknya, dengan mengubah akhiran -ana menjadi -ena. Misalnya, CH3CH3 ialah  etana dan CH2=CH2 edalah etena (nama trivial: etilena).

Sebuah hidrokarbon dengan dua ikatan rangkap disebut diena, sementara  hidrokarbon dengan tiga ikatan rangkap: triena. Contoh berikut ini  menggambarkan tatanama diena dan triena: 

Dalam nama kebanyakan alkena, diperlukan nomor awalan untuk  menunjukkan posisi ikatan rangkap. Kecuali jika terdapat kefungsionalan yang  memilliki prioritas tatanama yang lebih tinggi, maka rantai diberi nomor dari  ujung sehingga ikatan rangkap itu mendapat nomor rendah. Nomor awalan  menunjukkan atom karbon, dari mana ikatan rangkap itu mulai. 

Beberapa alkena dan gugus alkenyl mempunyai nama trivial yang telah  lazim digunakan. Beberapa diantaranya diringkas dalam tabel 9-1 dan 9-2. Sebuah ikatan pi menghalangi gugus berotasi bebas mengelilingi sebuah  ikata rangkap; akibatnya, alkena dapat menunjukkan isomeri geometric. Topik ini  dan tatanama isomer geometric telah diliput dalam subbab 4-1, (Karena alkuna  merupakan molekul linear, mereka tidak mempunyai isomeri geometric).

Tatanama IUPAC untuk alkuna analog langsung dengan alkena, Akhiran  untuk suatu aluna ialah -una (Inggris- yne) dan sebuah nomor posisi digunakan  untuk menandai ikatan rangkap tiga dalam rantai hidrokarbon induk. Kecuali jjika  

terdapat gugus fungsional yang lebih berpiroritas, rantai dinomori sedemikian  agar ikatan rangkap 3 itu memperoleh nomor rendah. 

Dalam sistem tatanama trivial yang lebih kuno, asetilena (HC=CH)  dianggap sebagai induk untuk alkuna sederhana. Gugus-gugus yang terikat pada  karbon sp dinamai sebagai substituent pada asetilena.

2.3 Sifat Fisis Alkena dan Alkuna 

Sifat fisis alkena (tetapi bukan sifat kimia) praktis identic dengan alkana  induknya. Titik didih deret homolog alkena naik kira-kira 30° tiap gugus CH2.  Kenaikan ini sama dengan yang diamati pada deret homolog alkana. 

2.4 Spektra Alkena dan Alkuna 

A. Spektra Inframerah 

Alkena. Etilena, tetrakioroetilena, dan alkena lain berisi ikatan rangkap non  polar C=C yang tidak menyerap radiasi dalam daerah C=C. Alkena seperti  RR'C=CHR dan alkena tidak simetri lainnya berisi ikatan rangkap polar C=C dan  jadi menyerap radiasi infra merah. Uluran ikatan rangkap C=C menimbulkan  absorpsi pada 1600-1700 cm -1(5,8-6,2 µm). Karena ikatan rangkap itu tidak polar,  uluran ini hanya mengakibatkan per ubahan kecil dalam momen ikatan; akibatnya,  absorpsi itu lemah, 10 sampai 100 kali lebih lemah daripada absorpsi gugus  karbonil Absorpsi yang ditimbulkan oleh uluran ikatan karbon-hidrogen vinilik atau  alkenil (=C=H) pada kira-kira 3000-3100 cm -1(3,2-3,6 µm) juga lemah. Ikatan  karbon-hidrogen alkenil menunjukkan absorpsi tekukan dalam daerah sidikjari  spektrum inframerah (lihat Tabel 9-3). Gambar 9-1 menunjukkan spektra heptana  dan 1-heptena, beda antara sebuah alkana dan alkena nampak jelas dalam spektra  ini.

Alkuna. Frekuensi uluran C=C (dari) alkuna terjadi pada 2100-2250 cm-1 (4,4-4,8μm) Absorpsi ini amat lemah dan mudah terbenam dalam bisingan  latarbelakang (dari) spek trum. Namun tak ada gugus yang menyerap di daerah ini  kecuali C=N dan Si-H. Frekuensi uluran =C-H dijumpai pada kira-kira 3300 cm-1 (3,0 μm) sebagai suatu peak yang tajam (lihat Gambar 9-2)

B. Spektra NMR 

Alkena Geseran kimia untuk proton vinil terjadi dengan nilai δ sekitar 5,0 ppm;  posisi yang eksak absorpsi ini bergantung pada letak ikatan rangkap dalam rantai  hidrokarbon. Pada umumnya, proton pada karbon alkenil ujung (terminal)  menyerap di dekat 4,7 ppm, sedangkan proton pada karbon bukan-ujung sedikit  lebih ke bawah-medan, pada nilai δ sekitar 5,3 ppm 

Dalam contoh ini ketiga proton vinil (Ha, Hb, dan Hx,) tidak saling ekuivalen,  sehingga memiliki geseran kimia yang berlainan dan menimbulkan tiga isyarat  yang terpisah. Lagi pula, tetapan kopling antara dua proton yang mana saja (Jax. Jbx dan Jab) berlain-lainan. Jadi masing-masing isyarat terurai menjadi empat peak  (Misalnya, isyarat untuk Hx terurai menjadi dua Hb dan sekali lagi menjadi dua Ha).  Total dua-belas peak akan nampak dalam spektrum nmr untuk ketiga proton ini.

Pola duabelas peak ini dapat dilihat dalam spektrum nmr dari p-klorostirena  dalam Gambar 9-3. Gambar 9-4 menunjukkan diagram pohon untuk pola  penguraian proton ikat an-rangkap dalam p-klorostirena. Dengan pertolongan  diagram pohon ini akan terlihat bahwa peak-peak absorpsi tidak tumpang-tindih  dan terjumlahkan, karena nilainya berbeda-beda. 

Dalam spektrum p-klorostirena (Gambar 9-3). dapat dicatat bahwa geseran  kimia untuk H₂ ialah pada δ = 5,3 ppm, sedangkan geseran kimia untuk Ha yang cis (dan lebih dekat) terhadap cincin benzena, ialah pada δ = 5,7 ppm. Isyarat untuk Hb lebih di bawah medan karena Hb agak kurang terperisai oleh adanya medan imbasan  dari cincin benzene. Isyarat Hx lebih kebawah medan karena Hx lebih tak terperisai oleh adanya medan imbasan cincin itu.

10 

Suatu alkuna dengan tipe RC=CR tak mempunyai proton asetilenik; oleh  karena itu suatu alkuna berdisubstitusi tidak mempunyai absorpsi nmr yang  karakteristik (tetapi bagian lain dari molekul dapat menimbulkan absorpsi). Suatu  alkuna monosubstitusi, RC=CH, menunjukkan absorpsi untuk proton alkunil pada  nilai δ sekitar 3 ppm. Absorpsi ini tidak se-bawah-medan seperti absorpsi untuk  proton vinil atau aril, karena proton alkunil terperisai oleh medan imbasan (dari)  ikatan rangkap tiga. Gambar 9-8 menunjukkan bagaimana sirkulasi elektron pi  dalam medan ini. Perhatikan beda antara efek anisotropik ini dan efek untuk sebuah  proton vinilik, =CHR. Dalam hal suatu alkuna, medan imbasan melawan, bukannya  membantu Ho.

11 

2.5 Pembuatan Alkena dan Alkuna 

Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alkohol (dalam asam kuat) atau  alkil halida (dalam basa). Alkohol primer bereaksi eliminasi dengan lambat. Dalam  H₂SO4 pekat dan panas, alkena yang terbentuk dapat mengalami isomerisasi dan  reaksi-reaksi lain; oleh karena itu biasanya alkohol primer tak berguna dalam  pembuatan alkena. Alkil halida primer juga dapat mengalami reaksi eliminasi  dengan lambat lewat jalan E2. Namun, bila digunakan suatu basa meruah seperti  ion -butoksida, dapat diperoleh alkena dengan rendemen yang baik (bersama  produk Sn2 sekedarnya). 

Alkohol sekunder menjalani eliminasi lewat jalan El dipanasi bersama suatu  asam kuat, dan dapat terjadi penataan-ulang karbokation sebagai zat-antara. Kecuali  dalam kasus kasus sederhana, alkohol, sekunder bukan zat-antara yang berguna  untuk pembuatan alkena. Alkil halida sekunder dapat menjalani reaksi E2. 

12 

Meskipun dapat diramalkan diperoleh campuran produk, biasanya produk yang  melimpah adalah trans-alkena yang lebih tersubstitusi 

Alkohol tersier mengalami eliminasi dengan cepat lewat karbokation (E1)  bila diolah dengan suatu asam kuat. Alkil halida tersier menjalani eliminasi bersama  basa terutama dengan reaksi E2. Dalam kedua kasus, rendemen yang sangat bagus  diperoleh jika ketiga-tiga gugus R dari R3CX atau R3COH adalah sama: kalau tidak  sama, akan diperoleh campuran. 

Alkuna dapat juga disiapkan dengan reaksi eliminasi, namun diperlukan  kondisi yang lebih kuat untuk mengenyah-anion halida yang kedua. Pada kondisi  keras ini kadang-kadang dijumpai perpindahan ikatan rangkap tiga dari satu posisi  rantai ke suatu posisi lain. 

(1) OH atau OR dalam CH3CH2OH 

(2) NaNH₂, KOH leleh, atau KOH sangat pekat + kalor.

13 

Dalam Sub-bab 9-1, telah disebut bahwa pengolahan suatu alkuna dengan  suatu basa kuat akan menghasilkan suatu asetilida. Suatu ion asetilida dapat  digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi SN2 dengan alkil halida primer. (Alkil  halida sekunder dan tersier lebih mungkin untuk menghasilkan produk eliminasi).  Reaksi ini memberikan suatu rute sintetik untuk memperoleh alkuna tersubstitusi  (atau lebih kompleks) dari alkuna yang lebih sederhana. 

Seperti disebut dalam Sub-bab 9-1, reagensia Grignard alkunil dapat dibuat  dengan reaksi antara suatu reagensia Grignard dan suatu 1-alkuna. Dalam reaksi  ini, reagensia Grignard bertindak sebagai basa sementara alkunanya berperan  sebagai asam. 

Seperti dengan reagensia Grignard lain, karbon nukleofilik (dari) suatu  reagentia Grignard alkunil menyerang pusat-pusat positif parsial, seperti karbon  suatu gugus karbonil. Keuntungan sintesis Grignard tipe ini ialah bahwa alkuna  yang lebih kompleks dapat diin tesis dengan lebih mudah dengan cara ini daripada  dengan reaksi Sn2.

14 

2.6 Pratinjauan Reaksi Adisi 

Tiga reaksi lazim alkena adalah reaksi dengan hidrogen, dengan klor, dan  dengan suatu hidrogen halida: 

Tiap reaksi adalah reaksi adisi. Dalam tiap kasus, suatu pereaksi diadisikan  kepada alkena, tanpa terlepasnya atom-atom lain. Segera diketahui bahwa 

15 

karakteristik utama senyawa tak-jenuh ialah adisi pereaksi kepada ikatan-ikatan pi. Dalam suatu reaksi adisi suatu alkena, ikatan pi terputus dan pasangan elektronnya  di gunakan untuk membentuk dua ikatan sigma baru. Dalam tiap kasus, atom  karbon sp² direhibridisasi menjadi sp³. Senyawa yang mengandung ikatan pi  biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa yang sepadan yang mengandung  hanya ikatan sigma; oleh karena itu suatu reaksi adisi biasanya eksoterm. 

Pada umumnya, ikatan rangkap karbon-karbon tidak diserang oleh nukleofil  karena tak memiliki atom karbon yang positif parsial untuk dapat menarik  nukleofil. Namun elek tron pi yang tak terlindung dalam ikatan rangkap karbon karbon, akan menarik elektrofil (E) seperti H. Oleh karena itu banyak reaksi alkena  dan alkuna diawali dengan suatu se nangan elektrofillk, suatu tahap reaksi yang  menghasilkan sebuah karbokation. Kemudian karbokation itu diserang oleh sebuah  nukleofil dan menghasilkan produk. Reaksi adisi tipe ini akan dibahas lebih dulu,  kemudian barulah reaksi alkena tipe-tipe lain. 

2.7 Adisi Hidrogen Haida kepada Alkena dan Alkuna 

Hidrogen halida mengadisi ikatan pi aikena dan menghasilkan alkil halida.  Aikuna bereaksi dengan cara yang analog dan menghasilkan atau halida vinilik atau  1,1-dihaloalkana, ber gantung banyaknya HX yang digunakan. Namun dalam 

16 

pembahasan ini alkuna tidak di tekankan, karena alkena lebih penting baik dalam  laboratorium maupun dalam alam. 

Adisi hidrogen halida pada alkena untuk membuat alkil halida, sering  digunakan seba gai reaksi sintesis. Biasanya gas HX dialirkan ke dalam larutan  alkena itu (larutan pekat hidrogen halida dalam air akan menghasilkan campuran  produk, karena air dapat pula mengadisi ikatan rangkap). Reaktivitas relatif HX  dalam reaksi ini adalah HI>HB>HCI>HF. Asam terkuat bersifat paling reaktif  terhadap alkena, sedaugkan asam terlemah (HF) adalah paling tak reaktif. Suatu hidrogen halida mengandung ikatan H-X yang sangat polar dan dapat  dengan mudah melepaskan H kepada ikatan pi suatu alkena. Hasil serangan H  adalah suatu karbokation antara, yang dengan cepat bereaksi dengan ion negatif  halida dan menghasilkan suatu alkihalida. Karena serangan awal dilakukan oleh  sebuah elektrofil, maka adisi HX kepada sebuah alkena disebut reaksi adisi  elektrofilik

A. Aturan Markovnikov 

Jika sebuah alkena tak-simetris (yakni gugus-gugus yang terikat pada kedua  karbon sp² tidak sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk yang  berlainan dari adisi HX:

17 

Dalam suatu adisi elektrofilik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya  satu produk lebih melimpah daripada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli  kimia Rusia, Vladimir Markovnikov, merumuskan aturan empiris berikut: dalam  adisi HX kepada alkena tak-simetris, H dari HX menuju ke karbon berikatan 

rangkap yang telah lebih banyak me miliki hidrogen. Menurut aturan Markovaikov,  reaksi antara HCI dan propena akan meng hasilkan 2-kloropropana (dan bukan  isomer 1-kloro). Contoh teaksi yang tunduk pada aturan Markovnikov adalah:

Adisi HX kepada alkena dirujuk sebagai reaksi regioselektiv (dari regio Latin  artinya "arah"), suatu reaksi dalam mana satu arah adisi kepada suatu alkena tak simetris lebih me limpah daripada arah yang lain. Oleh karena itu reaksi egio selektif adalah reaksi dalam mana dapat diperoleh dua produk adisi isomerik,  namun satu lebih melimpah. Adisi HX kepada alkena bersifat regio selektif karena  H dari HX menjadi terikat pada karbon alkenil yang telah lebih banyak mengikat  hidrogen. Alasan selektivitas ini adalah bahwa jalur adisi ini menghasilkan 

18 

karbokation-antara yang lebih stabil dari antara dua yang mungkin, seperti  diterangkan dalam Sub-bab berikut ini. 

B. Penalaran Aturan Markovnikov 

Markovnikov merumuskan aturannya berdasarkan pengamatan eksperimen.  Mengapa berlaku aturan empiris ini? Untuk menjawabnya, harus dipelajari  mekanisme adisi HX. Tahap 1 ialah pembentukan sebuah karbokation. Untuk  propena, dua karbokation mungkin terbentuk: 

Urutan kestabilan karbokation ialah tersier > sekunder> primer. Untuk  propena, ke dua posisi adisi H+akan menghasilkan:  

(1) karbokation primer, tak stabil, berenergi tinggi, atau (2) karbokation sekunder,  lebih stabil, berenergi lebih rendah. Keadaan-keadaan transisi menuju ke zat antara  ini mempunyai karakter karbokstion, Oleh karena itu karbokation sekunder  memiliki keadaan-transisi yang berenergi lebih rendah dan dengan laju  pembentukan yang lebih cepat (lihat Gambar 9-9). 

Adisi suatu pereaksi ke dalam suatu alkena taksimetris berlangsung lewat karbokation lebih stabil. Inilah sebabnya berlaku aturan Markovnikov.

19 

C. Adisi Anti Markovnikov dari HBr 

Adisi HBr kepada alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan  Markovnikov, tetapi kadang-kadang tidak. (Efek ini tak dijumpai dengan HCI atau  HI). 

Menurut pengamatan alkil bromida diperoleh hanya bila dalam campuran reaksi  ter dapat peroksida atau O₂. Oksigen adalah diradikal yang stabil, dan peroksida  (ROOR) mudah terbelah menjadi radikal bebas. Bila terdapat O₂ atau peroksida,  adisi HBr berjalan dengan mekanisme radikal bebas, bukan dengan mekanisme ion. Bila Br menyerang alkena, terbentuklah radikal bebas yang lebih stabil.  

(Kestabilan radikal bebas, seperti karbokation, berurutan sebagai:  tersier>sekunder>primer). Dalam contoh ini, hasil a radikal bebas ialah 1- bromopropana. 

Hidrogen klorida tidak menjalani adisi radikal-bebas kepada alkena karena  relatif perlahannya pemaksapisahan homolisis HCI menjadi radikal bebas.  Hidrogen iodida tidak men jalani reaksi ini karena adisi 1 alkena bersifat endoterm  dan terlalu perlahan untuk mendukung suatu reaksi rantai.

20 

2.8 Adisi H2SO4 dengan H2O kepada Alkena dan Alkuna 

Asam sulfat menjalani adisi kepada suatu alkena tepat seperti hidrogen halida.  Produknya ialah suatu alkil hidrogen sulfat, yang dapat digunakan untuk  mensintesis alkohol atau eter.  

Dalam larutan asam kuat (seperti H₂SO4 dalam air), air mengadisi suatu ikatan  rangkap dan menghasilkan alkohol. Reaksi ini disebut hidrasi suatu alkena.

Kedua reaksi itu berlangsung dalam dua tahap, tepat sama seperti adisi  hidrogen halida. Tahap pertama ialah protonasi alkena dan menghasilkan suatu  karbokation. Tahap kedua, ialah adisi suatu nukleofil ke karbokation itu. Karena  mula-mula terbentuk karbokation, kedua reaksi itu tunduk pada aturan  Markovnikov. Penataan-ulang dapat terjadi bila kar bokation itu dapat menjalani  geseran-1,2 (dari) H atau R untuk menghasilkan karbokation yang lebih stabil. 

Reaksi hidrasi alkena adalah kebalikan reaksi dehidrasi alkohol. Produk produknya bergantung pada kondisi yang digunakan. Alkuna juga menjalani  hidrasi, tetapi produk awalnya ialah suatu alkohol vinilik atau enol. Suatu enol  berada dalam kesetimbangan dengan aldehida atau keton. Kesetimbangan ini telah  cenderung ke senyawa karbonil; oleh karena itu hidrasi suatu alkuna sebenarnya 

21 

menghasilkan aldehida atau keton. (Hidrasi alkuna berjalan lebih lancar bila  ditambahkan garam merkurium sebagai katalis). 

2.9 Hidrasi dengan Menggunakan Merkuri Asetat 

Merkurium asetat, Hg(O2CCH3), dan air mengadisi alkena dalam suatu reaksi  yang disebut oksimerkurasi. Tidak seperti reaksi adisi yang telah dibahas sejauh ini,  oksimerkurasi berlangsung tanpa penataan-ulang. Produk oksimerkurasi biasanya  direduksi dengan natrium borohidrida (NaBH4) dalam suatu reaksi tahap  berikutnya, yang disebut demerkurasi, yang menghasilkan alcohol, alcohol yang  sama akan terbentuk seandainya air mengadisi ikatan rangkap. Reaksi  oksimerkurasi-demerkurasi biasanya menghasilkan alcohol dengan d=rendemen  yang lebih baik daripada adisi air dengan H2SO4

Seperti adisi pereaksi-pereaksi lain kepada alkena oksimerkurasi adalah  proses dua tahap. Adisi dimulai dengan serangan elektrofilik *HgO₂CCH, yang  diikuti oleh serangan nukleofilik H₂O. Karena ternyata tak terjadi penataan-ulang,  zat-antara yang terbentuk oleh serangan elektrofilik kiranya bukan suatu  karbokation sejati. Di pihak lain, karena aturan Markovnikov dipatuhi, zat-antara  itu pasti memiliki karakter karbokation sekedar nya. Kedua fakta ini dapat  dijelaskan dengan mempostulatkan suatu ion bertitian (bridged ion) atau ion siklik,  sebagai suatu zat-antara.

22 

Pembentukan suatu zat-antara bertitian tidak terlalu berbeda dari  pembentukan suatu karbokation. Reaksi zat-antara ini juga sangat mirip dengan  reaksi karbokation. Perbedaan antara zat-antara bertitian ini dan suatu karbokation  adalah bahwa Hg terikat secara parsial pada tiap karbon ikatan-rangkap dan tak  dapat terjadi penataan-ulang. Karbon yang lebih positif dalam zat-antara bertitian  (karbon yang diserang H₂O) dapat diramalkan oleh pengetahuan akan kestabilan  karbokation (tersier > sekunder > primer). Reaksi dari macam ion bertitian ini dapat  dibandingkan dengan reaksi ion yang terbentuk dalam subs titusi berkatalis-asam  (dari) suatu epoksida. 

Zat pereduksi dalam reaksi demerkurasi, natrium borohidrida, adalah suatu  pereduksi penting dalam kimia organik. Zat ini membentuk larutan yang stabil  dalam larutan basa (dalam air), tetapi terurai dan membebaskan H₂ dalam larutan  asam. Reagensia ini akan di jumpai lagi sebagai zat pereduksi untuk aldehida dan  keton.

23 

2.10 Adisi Borana kepada Alkena 

Diborana (B₂H6) adalah suatu gas toksik yang dibuat oleh reaksi antara natrium  borohidrida dan boron trifluorida (3 NaBH4 + 4 BF3 → 2 B₂H6 + 3NaBF4). Dalam  dietil eter, diborana berdisosiasi menjadi borana (BH3) yang disolvasi oleh molekul  eter: (CH3 CH₂)₂ Ö: ---BH3. Borana bereaksi dengan cepat dan kuantitatif dengan  alkena, mem bentuk organoborana (R3B). Reaksi keseluruhan merupakan hasil tiga  tahap reaksi yang terpisah. Dalam tiap tahap, satu gugus alkil ditambahkan pada  borana sampai ketiga-tiga atom hidrogen digantikan oleh gugus alkil. Deretan  reaksi ini disebut hidroborasi. 

Organoborana ditemukan oleh Herbert C. Brown pada Universitas Purdue  dalam tahun 1950-an. Brown memperoleh hadiah Nobel dalam tahun 1979 untuk  karyanya dengan se nyawa organoboron. Nilai senyawa ini timbul dari anekaragam  senyawa lain yang dapat disintesis dari senyawa organobron ini. Pertama-tama akan  diperhatikan adisi BH3 kepada alkena, dan kemudian beberapa produk yang dapat  diperoleh dari organoborona yang dihasilkan oleh reaksi itu. 

Borana berbeda dari reagensia adisi lain yang telah disebut karena H adalah  bagian elektronegatif (dari) molekul itu, bukannya bagian elektropositif seperti  dalam HCl atau H₂O. Bila borana mengadisi suatu ikatan rangkap, hidrogennya  (sebagai ion hidrida, H-) menjadi terikat pada karbon yang lebih terusbstitusi.  Hasilnya ialah suatu adisi anti Markovnikov.

24 

Rintangan sterik memainkan peranan dalam arah reaksi ini. Rendemen terbaik  dari organoborane anti-Markovnikov diperoleh bila satu karbon (dari) ikatan  rangkap cukup lebih terintangi daripada karbon yang lain. 

Organoborana mudah dioksidasi menjadi alcohol oleh hydrogen peroksida  dalam suasana basa. Hasil akhir adisi borana, yang disusul dengan oksidasi H2O2,  kelihatannya seolah-olah air diadisikan secaran anti-Markovnikov kepada iktan  rangkap. Rendemen keseluruhan 95-100%. 

Sekarang telah dibahas tiga rute dari alkena ke alcohol. Ini diikhtisarkan dalam  diagram berikut: 

Disamping teroksidasi menjadi alcohol, organoborane dapat diubah menjadi  alkana, alkil halide, atau produk lain. Dalam tiap kasus, atom atau gugus yang baru  dimasukkan akan terikat pada karbon ikatan-rangkap yang kurang tersubtitusi.

25 

A. Stereokimia Hidroborasi 

Bila borana mengadisi suatu ikatan rangkap, atom boron dan ion hidrida akan  terikat pada kedua atom karbon (dari) ikatan rangkap secara serempak Hasilnya  ialah bahwa B dan H harus ditambahkan dari satu sisi (dari) ikatan rangkap itu.  Suatu reaksi adisi dalam mana dua spesi mengadisi pada satu sisi disebut cis-adisi 

atau sin-adisi. (Sin seperti cis, berarti sisi atau muka yang sama).

Jika produksi adisi itu mampu memiliki isomeri geometri, seperti misalnya produk  adisi (dari) 1-metil-1-sikloheksena, maka B dan H akan cis satu sama lain dalam  produk itu. 

Bila suatu organoborane selanjutnya dioksidasi menjadi alcohol, gugus hidroksil  

akan mengambil posisi yang sama dengan atom boron yang digantikan-yakni,  dengan retensi konfigurasi pada karbon itu. 

Konfigurasi itu dipertahankan karena oksidasi berlangsung denga geseran-1,2  (dalam beberapa segi mirip dengan penataan-ulang karbokation), disusul dengan  hidrolisis ikatan BO untuk menghasilkan alcohol. Ikatan RO tidak berubah dalam  hidrolisis ini.

26 

2.11 Adisi Halogen kepada Alkena dan Alkuna 

Seperti asam, klor dan brom mengadisi ikatan rangkap karbon-karbon dan  ikatan gandatiga. Suatu uji laboratorium yang lazim mengenai adanya ikatan  rangkap atau gandatiga dalam suatu senyawa yang tak diketahui struktumya ialah  dengan mereaksikan senyawa itu dengan larutan encer Br₂ dalam CCl4. Reagensia  penguji berwarna coklat kemerahan (dari Br₂); hilangnya warna ini menunjukkan  bahwa uji itu positif. Hilangnya warna larutan Br₂/CC14 oleh suatu senyawa yang  tidak diketahui adalah sugestif, tetapi bukan bukti definitif, bahwa ikatan rangkap  atau ganda tiga itu ada. Beberapa macam senyawa lain, seperti aldehida, keton dan  fenol juga menghilangkan warna larutan Br2₂/CCI4

F2 maupun I₂ bukanlah reagensia yang berguna dalam reaksi adisi alkena.  Fluor be reaksi dengan meledak dengan senyawa organik. Iod memang mengadisi  ikatan rangkap, tetapi produk 1,2-diodo tidak stabil dan melepaskan I₂ untuk  membentuk kembali alkena. 

Oleh karena itu reaksi adisi yang ini hanyalah umum untuk klor dan brom.  Alkena yang lebih tersubstitusi akan lebih reaktif terhadap X₂ daripada alkena yang kurang tersubstitusi (Lihat Tabel 9-5). Urutan kereaktifannya sama dengan urutan  terhadap HX.

27 

A. Serangan Elektrofilik dari X

Reaksi X₂ dengan alkena berupa dengan reaksi HX. Tetapi manakah sumber  elektrofil dalam X₂? Bila X₂ mendekati elektron-elektron ikatan pi, diimbaslah  polaritas dalam mo lekul X₂ itu oleh tolak-menolak antara elektron pi dan elektron elektron dalam molekul X₂. 

Seraya ikatan X-X itu menjadi makin terpolarisasi, ikatan itu makin lama makin  lemah sampai akhirnya patah. Hasilnya ialah sebuah ion halida dan sebuah ion  organoha logen yang bermuatan positif, disebut ion halonium. Terdapat bukti  bahwa ion halonium bukanlah sebuah karbokation sederhana, melainkan bertitian,  serupa dengan zat-antara dalam oksimerkurasi. Dalam kasus adisi X₂ kepada etilena  atau sesuatu alkena simetris lain, ion halonium bertitian ini simetris, dengan X  terikat sama kuat pada masing-masing karbon. 

Jika Alkena itu tak simetris, Sebagian besar muatan positif akan diemban oleh  

karbon yang lebih tersubstitusi. Di sini berlaku kestabilan karbokation.

28 

B. Serangan -anti dari X 

Ion-antara bertitian itu bermuatan positif dan berenergi tinggi. Seperti suatu  karbokation, hadirnya dalam larutan hanya sementara; reaksi menjadi lengkap oleh  serangan suatu nu kleofil (dalam hal ini Br -). Sebuah ion Br -negatif tak dapat  menyerang sebuah karbon (dari) zat-antara bertitian itu dari atas (menurut struktur  yang digambarkan di atas); sisi itu telah diblokade oleh titian Br. Oleh karena itu  Br - menyerang dari sisi yang berlawanan. Hasilnya ialah suatu anti-adisi (dari) Br₂  kepada ikatan rangkap 

C. Bukti untuk Anti-adisi 

Bukti eksperimen cukup penting mendukung suatu mekanisme brominasi yang  melibatkan zat-antara ion-bertitian (anti-adisi) bukannya suatu mekanisme yang  melibatkan suatu zat antara karbokation sederhana. Reaksi brominasi alkena dan  alkuna adalah stereo-selektif mereka secara berlimpah menghasilkan satu produk  stereoisomer dalam reaksi-reaksi di mana mungkin diharapkan dua produk atau  lebih. Misalnya bila sikloheksena dibrominasi, produknya adalah trans-1,2- dibromosikloheksana. Seandainya zat-antara itu sebuah karbo kation sederhana,  haruslah terbentuk baik cis maupun trans-1,2-dibromosikloheksana.

29 

Suatu hasil serupa dijumpai bila asam asetilenadikarboksilat dibrominasi dengan  satu ekuivalen brom. Hanya terbentuk produk (E). Seandainya zat-antara itu  

karbokation sederhana, akan terbentuk baik (E)- maupun (Z)- isomer. D. Adisi Campuran 

Reaksi brominasi alkena berlangsung lewat sebuah zat-antara ion brominium,  yang disusul dengan serangan oleh sebuah ion bromida, menghasilkan dibromina.  Terbataskah tahap ke dua itu hanya pada serangan oleh ion bromida? Dapatkah  nukleofil lain bersaing dengan ion bromida dalam tahap kedua itu untuk  menghasilkan produk lain? Perhatikan kasus reaksi brominasi yang dilakukan  dengan Br₂ dalam larutan yang mengandung Cl-(katakan, dari NaCl). Dalam reaksi  ini hadir dua nukleofil (Br -dan Cl-). Dalam kasus semacam ini memang dijumpai  produk dihalida campuran: di samping dibromoalkana, juga bromoklo roalkana.

30 

E. Adisi Halogen dan Air 

Bila suatu alkena diolah dengan campuran Cl2 atau Br2, dalam air, akan  terbentuk 1,2-halohidrin (suatu senyawa dengan X dan OH pada atom-atom  karbon berdampingan). 

2.12 Adisi Karbena kepada Alkena 

Jika seorang mahasiswa ditanya apakah ada suatu senyawa dengan straldur  CH2 mungkin ia menjawab: "Tidak, karena karbonnya hanya mempunyai ikatan.  Namun dalam bukti spektroskopi tahun 1959 menunjukkan bahwa spesies semacam  itu memang ada. Struktur : CH2 disebut metilena dan termasuk dalam kelompok  zat-anara yang sangat reaktif yang disebut karbena (R2C:). Terdapat dua jenis  metilena: metilena singkat, dengan karbon terhibridisasi-sp2dan metilena triplet dengan karbon terhibridisasi-sp (lihat Gambar 9-10). Metilena singlet lebih berguna 

31 

dalam reaksi organik dan demikianlah kita akan membatasi pembahasan pada  bentuk metilena ini. 

Metilena singlet dapat dibuat dengan fotolisis (pemaksa pisahan oleh cahaya)  diazome tana (CH₂N₂), suatu senyawa yang juga reaktif dan tak biasa.

Karbon dalam :CH₂, dengan hanya enam elektron valensi, bersifat  elektrofilik dan mengadisi ikatan rangkap suatu alkena untuk menghasilkan suatu  siklopropana tersubstitusi. Reaksi ini bersifat sin-adisi yang stereospesifik: jadi cis alkena menghasilkan cis-siklopro pana, dan trans-alkena menghasilkan trans siklopropana.

32 

Diklorosiklopropana dapat dibuat dengan diklorokarbena (Cl2C:), yang  terbentuk oleh reaksi antara suatu basa kuat dan kloroform. Pengubahan CHClmenjadi Cl2C: dihubung kan dengan reaksi eliminasi alkil kalida dalam arti basa itu  mengenyahkan HCl dari dalam molekul itu. Reaksi eliminasi CHCl3 adalah β 

eliminasi bukannya ß-eliminasi (sebuah molekul yang mempunyai β -hidrogen  akan lebih menyukai melepaskan β -hidrogennya, tetapi CHCl3 tak memiliki β - hidrogen). 

Diklorokarbena mengadisi kepada ikatan rangkap untuk menghasilkan  gem-dihalosiklo propana. (Gem berarti "pada karbon yang sama").

33 

Reaksi adisi elektrofilik alkena diringkaskan dalam gambar 9-9. 

2.13 Hidrogenasi Katalitik 

Adisi katalitik gas hidrogen kepada suatu alkena atau alkuna adalah suatu  reduks dari se nyawa berikatan-pi. Reaksi itu bersifat umum untuk alkena, alkuna  dan senyawa lain dengan ikatan pi.

34 

A. Kerja Suatu Katalis 

Reaksi hidrogenasi bersifat eksoterm, tetapi reaksi ini tidak berjalan secara  spontan karena energi pengaktifan sangat tinggi. Pemanasan tak dapat mensuplai  energi yang cukup untuk membawa molekul itu ke keadaan transisi; namun, reaksi  akan berjalan lancar bila ditam balikan suatu katalis. 

Logam bubuk atau logam yang diadsorpsikan pada suatu pengemban yang  lamban (inert) dan tak-larut (seperti karbon unsur atau barium karbonat) seringkali  digunakan sebagai katalis hidrogenasi. Logam yang dipilih bergantung pada  senyawa yang akan di reduksi dan pada kondisi hidtogenasi. Misalnya, platina,  paladium, nikel, renium, dan tem haga, semuanya sesuai untuk reduksi alkena.  Untuk ester, yang lebih sulit untuk direduksi, biasa digunakan katalis tembaga 

kromium (plus kalor dan tekanan). 

Katalis teracuni (poisoned catalyst; yakni katalis yang terdeaktivasi sebagian)  diguna kan untuk hidrogenasi suatu alkuna menjadi alkena, tidak terus menjadi  alkana. Paladium yang telah diolah dengan kuinolina adalah katalis teracuni yang  khas.

35 

Bagaimana cara suatu katalis hidrogenasi memudahkan jalannya suatu reaksi  hidrogenasi? Bukti eksperimen mendukung teori bahwa mula-mula hidrogen  diadsorpsi pada per mukaan logam, kemudian ikatan sigma H₂ terputuskan dan  terbentuk ikatan logam-H. Alkena juga teradsorpsi pada permukaan logam, dengan  ikatan pi-nya berantaraksi dengan orbital kosong (dari) logam itu. Molekul alkena  bergerak-gerak pada permukaan logam sampai menabrak atom hidrogen yang  terikat pada logam, menjalani reaksi, dan kemudian pergi sebagai produk  hidrogenasi (lihat Gambar 9-11). 

Efek keseluruhan katalis itu adalah menyediakan suatu permukaan pada mana  reaksi dapat terjadi dan melemahkan ikatan-ikatan dalam H₂ dan dalam alkena.  Akibatnya ialah penurunan energi aktivasi untuk reaksi itu. Gambar 9-12  menunjukkan diagram energi untuk reaksi hidrogenasi. Perhatikan bahwa katalis  itu tidak mengubah energi pereaksi maupun produk ∆H reaksi tidak diubah oleh  kerja katalitik; hanya Eakt yang berubah.

36 

B. Stereokimia Hidrogenasi 

Bukti menunjukkan bahwa dua atom hidrogen mengadisi dari satu sisi, atau sin  terhadap ikatan rangkap bila digunakan suatu katalis padat. Sin-adisi tirabul dari  fakta bahwa reaksi berlangsung pada suatu permukaan. pendekatan H2 pada satu  sisi saja lebih menguntung kan daripada pendekatan ke kedua sisi. Jika produk 

produk hidrogenasi mampu berisomeri geometrik, maka biasanya produk-cis dijumpai sebagai produk yang lebih melimpah. (Namun dalam beberapa kasus,  terjadi isomerisasi ke produk-trans yang lebih stabil). 

C. Bagaimana kalor Hidrogenasi Menunjukkan Kestabilan Alkena37 

Energi butana (sebagai produk) tetap, tak bergantung pada alkena yang  digunakan. Selisih yang manapun dalam ∆H untuk ketiga reaksi ini, mencerminkan  selisih dalam energi alkena awalnya Makin besar ∆H hidrogenasi, makin tinggi  energi alkena awalnya (lihat Gambar 9-13). 

Dari selisih dalam ∆H, nampak bahwa energi 1-butena 1,7 kkal/mol lebih  tinggi dari pada energi cis-2-butena. Sementara itu energi cis-butena 1,0 kkal/mol  lebih tinggi daripada trans-2-butena. Kalor-kalor hidrogenasi relatif (dari)  senyawa-senyawa ini menunjuk kan bahwa trans-2-butena adalah yang paling  stabil dari tiga butena dan bahwa 1-butena yang paling kurang stabil. 

Dari pembandingan AH semacam itu saja, stabilitas relatif (dari) sejumlah besar  alkens telah ditetapkan. Pernyataan berikut meringkaskan pengetahuan mengenai  kestabilan alkena: 

1. Alkena yang memiliki lebih banyak gugus alkil pada karbon berikatan-pi,  akan lebih stabil Alasan untuk kecenderungan ini tidaklah dipahami benar.  Hiperkonjugasi, energi disosiasi ikatan, dan efek-efek lain pernah diusulkan  untuk menjelaskan selisih kestabilan itu. 

2. Diena terkonjugasi lebih stabil daripada diena yang ikatan-ikatan  rangkapnya terisolusi (karena pada diena terkonjugasi terjadi delokalisasi  rapatan elektron-pi)  

3. trans-Alkena lebih stabil daripada cis-alkena (karena tolak-menolak sterik  lebih rendah dalam trans-alkena).

38 

D. Hidrogenasi Lemak dan Minyak 

Molekul lemak hewani dan minyak nabati mengandung rantai hidrokarbon  yang panjang. Delam minyak nabati rantai ini tak-jenuh ganda (poly unsturated;  memiliki beberapa ikatan rangkap). Sebaliknya lemak padat memiliki hanya  beberapa ikatan rangkap (kalau ada).  

Suatu minyak nabati dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh  hidrogenasi parsial ikatan-ikatan rangkapnya. Proses mengubali minyak menjadi  lemak (cair menjadi padat) oleh teknik ini disebut pengerasan (hardening).  Meskipun minyak tak-jenuh ganda lebh menyehatkan, namun umumnya produk 

produk hidrogenasinya lebih gurih. Minyak kacang yang dihidrogenasi parsial  digunakan untuk membuat mentega kacang (peanut butter), dan minyak jagung  atau minyak kelapa yang terhidrogenasi sebagian di gunakan untuk membuat  margarin (mentega tiruan). Perhatikan bahwa gugus karbonil dalam minyak nabati  tidak mengalami hidrogenasi di bawah kondisi ini karena lebih sukar  terhidrogenasi. Juga perhatikan bahwa sebarang ataupun semua ikatan rangkap  karbon karbon dapat dihidrogenasi; oleh karena itu akan diperoleh campuran  produk hidrogenssi parsial. 

2.14 Oksidasi Alkena 

Alkena dapat dioksidasi menjadi anekaragam produk, tergantung pada  reagensia yang digunakan. Reaksi yang melibatkan oksidasi ikatan rangkap karbon karbon dapat dikelompokkan menjadi dua gugus umum: (1) oksidasi ikatan pi tanpa  memutuskan ikatan sigma, dan (2) oksidasi ikatan pi yang memutus ikatan sigma.  Produk oksidasi tanpa pemaksapisahan (cleavage) adalah 1,2 diol atau epoksida. 

39 

Tanpa Pemaksapisahan

Dengan Pemaksapisahan

Anekaragam reagensia digunakan untuk mengoksidasi alkena. Yang lebih lazim  dicantumkan dalam Tabel 9-7. 

A. Pembentukan Diol 

Reagensia yang paling populer untuk mengubah alkena menjadi suatu 1,2- diol ialah larutan kalium permanganat (dalam air) basa dan dingin (meskipun  biasanya reagensia ini memberi kan rendemen rendah). Osmium tetroksida (OsO4)  diikuti reduksi dengan reagensia seperti Na2SO4 atau NaHSO3 menghasilkan diol  dengan rendemen yang lebih baik, tetapi penggu naannya terbatas karena mahal dan  bersifat racun. (Tetapi osmium tetroksida perlu ada dalam kuantitas katalitik jika  digunakan bersama hidrogen peroksida). Oksida permanganat dan OsO

berlangsung lewat ester anorganik siklik, yang mengakibatkan cis-diol jika produk  itu mampu berisomeri geometrik.

40 

B. Pembentukan Epoksida 

Pengolahan suatu alkena dan asam peroksibenzoat(RCO3H atau ArCO3H)  dalam pelarut lamban (inert), seperti CHCI3 atau CCl4 menghasilkan eposkida atau  oksirana. Asam peroksibenzoat (C6H5CO3H) dan asam m-kloroperoksibenzoat  merupakan asam peroksi yang lazim digunakan. 

Jalan reaksi melibatkan serahterima oksigen dari asam peroksi kepada alkena. 

Dalam Bab 7, telah dibahas pemaksapisahan SN2 (dari) epoksida dari sikloalkana,  yan menghasilkan trans-1,2-diol. Berlawanan dengan itu, oksidasi alkena oleh  OsO4 atau KMnO4 dingin, menghasilkan cis-1,2- diol jadi kedua macam diol dapat  dibuat dari suatu alkena, bergantung pada macam reagensia.

41 

C. Oksidasi Bersama Pemaksapisahan 

Produk oksidasi dengan pemaksapisahan (cleavage) bergantung pada kondisi  oksidasi dan struktur alkena. Pertama-tama akan diperhatikan struktur alkena. Wajah struktural alkena yang menentukan produk pemaksapisahan oksidatif ialah  ada tidaknya atom hidrogen pada karbon sp². Jika tiap karbon alkena tidak mengikat  atom hidrogen (artinya, tiap karbon alkena terdisubstitusi), maka pemaksapisahan  oksidatif akan menghasilkan sepasang molekul keton. 

Sebaliknya, jika tiap karbon alkena mempunyai satu hidrogen yang terikat  padanya, maka produk pemaksapisahan oksidatif akan berapa aldehida atau asam  karboksilat, ber gantung kondisi reaksi. 

Jika satu sisi ikatan rangkap itu terdisubstitusi, sedangkan sisi yang lain  termonosubs titusi, maka pemaksapisahan oksidatif akan menghasilkan suatu keton  dari sisi disubstitusi, dan suatu aldehida atau asam karboksilat dari sisi  monosubstitusi.

42 

D. Pemaksapisahan KMnO

Suatu larutan KMnO4 panas merupakan zat pengoksidasi yang kuat, yang  hanya menghas kan keton dan asam karboksilat. (Aldehida tak dapat diisolasi dari  dalam larutan KMnO4 senyawa ini segera teroksidasi menjadi asam karboksilat).

Pada kondisi oksidasi yang kuat ini, karbon (dari) suatu ikatan rangkap ujung, akan  dioksidasi menjadi CO2

Pembentukan CO2 disebabkan oleh teroksidasinya gugus metilena mula-mula  menjadi asam formiat, yang kemudian teroksidasi lebih lanjut menjadi asam  karbonat. Asam ini serta merta terurai menjadi CO2 dan H2O. 

E. Ozonolisis 

Ozonolisis (pemaksapisahan oleh ozon) telah digunakan untuk menetapkan  struktur senya wa tak jenuh karena reaksi ini menyebabkan degradasi molekul besar  menjadi molekul yang lebih kecil, yang dapat diidentifikasi. Suatu molekul ozon  terdiri dari tiga atom oksigen yang terikat dalam suatu rantai. Ke dua ikatan O-O 

sama panjang (1,29 Å) dengan sudut ikatan 116°. Struktur paling tepat digambarkan  sebagai suatu hibrida resonansi.

43 

Ozonolisis terdiri dari dua reaksi yang terpisah: (1) oksidasi alkena oleh ozon  menjadi suatu ozonida, dan (2) oksidasi atau reduksi ozonida itu menjadi produk produk final. Oksidasi awal biasanya dilakukan dengan mengalirkan ozon ke dalam  larutan alkena dalam suatu pelarut lambat (inert) seperti CCl4. Ozon menyerang  ikatan pi untuk menghasilkan suatu zat-antara tak stabil yang disebut 1,2,3- triosolana. Zat-antara ini kemudian meng alami sederetan transformasi dalam mana  ikatan sigma karbon-karbon terpatahkan. Produk nya adalah suatu ozonida (1,2,4- trioksolana) yang jarang diisolasi, tetapi diteruskan ke tahap kedua

Reaksi kedua dalam ozonolisis adalah oksidasi atau ozonida itu. Jika ozonida  itu diselesaikan secara reduktif, maka karbon monosubstitusi (dari) alkena asli akan  menghasilkan suatu aldehida. Jika diikuti penyelesaian oksidatif, maka karbon  monosubstitusi akan menghasilkan asam karboksilat. Dalam kedua kasus itu,  karbon disubstitusi alkena akan menghasilkan keton. 

2.15 Adisi-1,2 dan Adisi-1,4 pada Diena Konjugasi 

Banyak reaksi (dari) diena konjugasi (conjugated dienes) yang identik dengan  reaksi dari 6 nyawa dengan ikatan rangkap yang terisolasi. Regensia asam dan  halogen dapat menga disi kepada satu atau kedua ikatan pi itu. Dalam sistem diena terkonjugasi reaksi adisi se derhana seperti ini disebut adisi-1,2, suatu istilah yang 

44 

merujuk adisi kepada karbon per tama dan kedua (dari) sistem diena-terkonjugasi  berkarbon-empat, dan tidak harus nomor nomor tatanama. 

2.16 Reaksi Diels-Alder 

Satu tipe reaksi adisi-1,4 yang sangat penting diwakili oleh reaksi Diels Alder, yang meru pakan suatu jalan ke senyawa sikloheksena. Reaksi ini diberi  nama ahli kimia Jerman Otto Diels dan Kurt Alder, yang bersama-sama  memperoleh hadiah Nobel 1950 untuk karya mereka dalam bidang ini. Dalam suatu  reaksi Diels-Alder, suatu diena dipanasi bersama sama suatu senyawa tak-jenuh  kedua, yang disebut dienofil ("diene lover"), dan menghasilkan suatu produk yang  mengandung cincin enam-anggota. 

Reaksi Diels-Alder hanyalah satu contoh dari suatu kelompok besar reaksi yang di  sebut reaksi peristiklik. Dalam Sub-bab pembahasan dibatasi pada reaksi Diels Alder. 

A. Rumus Garis dan Konformasi 

Karena reaksi Diels-Alder mengubah senyawaan rantai-terbuka menjadi  senyawaan siklik, penggunaan rumus garis sangatlah memudahkan untuk  menyatakan senyawaan rantai terbuka dalam reaksi ini. Rumus garis ini analog  langsung dengan rumus segi-banyak yang menyatakan cincin.

45 

Konvensi lain penggunaan istilah s-cis dan s-trans untuk menggambarkan  konformasi diena konjugasi (huruf "s" digunakan karena geometri di sekitar ikatan  tunggal (single) pusatlah yang menentukan konformasi itu). Senyawa berikut ini  

menjelaskan penggu naan istilah-istilah ini. Untuk senyawa rantai-terbuka, rumus rumus ini tidaklah menya takan isomer yang sebenarnya, melainkan konformer,  karena hanya rotasi ikatan-sigma (yang memerlukan sekitar 4 kkal/mol untuk 1,3- 

butadiena) saja yang diperlukan untuk mengubah satu menjadi yang lain.

B. Contoh Reaksi Diels-Alder 

Dienofil biasanya mengandung ketakjenuhan lain (dalam contoh di atas: suatu  gugus aldehida), yang tak ikut serta secara langsung dalam reaksi adisi. Namun  gugus ini meningkat kan reaktivitas ikatan rangkap (lokasi reaksi) karbon-karbon  (dari) dienofil, dengan cara menarik elektron. (Ingat, karbon dalam C=O 

mengemban muatan positif parsial). Berikut ini beberapa contoh tipe diena dan  dienofil yang digunakan dalam reaksi Diels Alder. Dari contoh-contoh ini akan 

46 

nampak serbagunanya reaksi ini dalam sintesis senyawa siklik yang mengandung  cincin sikloheksena. 

C. Stereokimia Reaksi Diels-Alder 

Suatu reaksi Diels-Alder adalah adisi, cis- atau sin, yang bersifat serempak  (concerted) dan karena itu bersifat stereospesifik. 

Ada du acara diena menghampiri suatu dienofil. Dalam beberapa kasus, dapat  terbentuk dua produk yang mungkin. Kedua modus adisi ini disebut endo (didalam)  dan ekso (diluar), seperti ditunjukkan oleh contoh-contoh berikut ini. Adisi endo  biasanya lebih disukai, agaknya karena antaraksi yang lebih mudah antara orbital  pi (dari) ikatan rangkap yang sedang terbentuk dan orbital pi dalam gugus tak jenuh. Dalam produk endo contoh, gugus karbonil dienofil adalah trans terhadap titian. 

Dalam produk ekso, C=O dienofil berkedudukan cis terhadap titian itu.

47 

2.17 Polimer 

Polimer adalah molekul raksasa atau makromolekul. Polimer alamiah  mencakup protein. (seperti sutera, serat otot dan enzime), polisakarida (pati dan  selulosa), karet dan asam-asam nukleat. Polimer buatan manusia hampir sama  anekaragamnya dengan polimer alam. Polimer sintetik yang asli dirancang untuk  meniru polimer alam. Misalnya Du Pont Company memperkenalkan karet sintetik  dan nilon ("sutera buatan") dalam tahun 1930 an. Sekarang kita mengenakan baju  poliester, duduk di atas kursi vinil dan menulis di atas. daun meja Formica.  Permadani mungkin terbuat dari poliester, poliakrilat atau polipropi lena. Penerjun  menggunakan payung nilon. Dinding dicat cat lateks dan lantai kayu dilindungi  dengan lembar poliuretan. Mobil mungkin memakai ban karet buatan dan interior  vinil. Piring-piring dari melamin. Produk-produk polimer sehari-hari mencakup  kantong plastik pembungkus makanan, lapisan Teflon pada penggoreng, sikat  rambut, sikat gigi, perekat eposki, penyekat listrik, wadah plastik, katup jantung,  jendela pesawat terbang daftar ini dapat dipanjangkan! Teknologi makromolekul  telah menjadi raksasa dalam industri dunia. 

Polimer terbagi dalam tiga kelompok umum: elastomer, polimer dengan sifat sifat elas tik seperti karet; serat, polimer mirip benang, seperti kapas, sutera atau  nilon; dan plastik, yang dapat berupa lembaran tipis (pembungkus dapur), zat padat  yang keras dan dapat dicetak (pipa, mainan kanak-kanak), atau salutan (cat mobil,  pernis). Gandanya sifat bergantung pada anekaragam struktur yang dimungkinkan  dalam polimer. 

Banyak polimer yang berguna berasal dari alkena, beberapa diantaranya akan  dibahas di sini. Polimer-polimer macam lain akan diliput dalam Sub-bab yang  sesuai dalam buku ini. Suatu polimer (Yunani: "banyak bagian") terbuat dari ribuan  satuan berulang dari bagian kecil, yang disebut monomer (Yunani: "satu bagian").  Dalam suatu reaksi polimerisasi produk pertama ialah dimer ("dua bagian"),  kemudian trimer, tetramer, dan akhirnya. setelah sederetan tahap reaksi, molekul  polimer. Polimer yang akan dibahas di sini disebut polimer adisi karena polimer ini  terbentuk oleh adisi monomer satu sama lain, tanpa hilang nya atom atau gugus.

48 

Biasanya suatu polimer sintetik diberi nama menurut nama monomer, yang  diawali dengan kata poli. Misalnya, etilena membentuk polimer sederhana,  polietilena, yang digunakan untuk membuat kantong plastik dan pipa plastik.

Persamaan untuk polimerisasi dinyatakan dengan mudah dalam bentuk berikut,  dengan x berarti "jumlah besar." 

Seringkali, gugus ujung makromolekul tak diketahui-gugus ini mungkin  timbul dan ketidakmumian dalam campuran reaksi itu. Dalam beberapa kasus,  gugus gugus ujung in dapat dikendalikan. Sifat-sifat suatu polimer diatur hampir  seluruhnya oleh ruahan (bulk) molekul polimer dan tidak oleh gugus-gugus ujung.  Untuk menekankan struktur dasar po mer, biasanya gugus ujung tidak tercakup  dalam rumus itu, kecuali bila gugus ini diketah secara spesifik. 

A. Polimer Radikal Bebas 

Suatu cara (modus) yang lazim (dari) polimerisasi alkena ialah dengan jalan  radikal beba Polimerisasi dimulai oleh suatu katalis atau suatu pemula (inisiator)  seperti O₂ atau suatu peroksida. Polimer yang terjadi terbentuk oleh suatu proses  perambatan-rantai (propaga rantai). Perhatikan contoh polimerisasi propilena.

49 

Secara teoretis pertumbuhan rantai dapat berlangsung terus tak-terhingga, yang  tentu saja tak benar-benar terjadi. Langkah-langkah pengakhiran polimerisasi  merupakan langkah langkah pengakhiran radikal-bebas yang khas. Dua radikal  mungkin bertemu dan berga bung, atau dua radikal mungkin mengalami  disproporsionasi (tanda cacing dalam rumus di bawah menyatakan bahwa sebuah  molekul yang jauh lebih besar daripada yang tertera, terlibat dalam reaksi itu). 

Ada dua jalan molekul stirena dapat bergabung dan membentuk polistirena: (1)  

kepala-ke-ekor atau (2) kepala-ke-kepala dan ekor-ke-ekor

Polistirena merupakan contoh polimer kepala-ke-ekor. Sebab orientasi monomer monomer itu akan dibahas. Zat antara radikal bebas yang lebih stabil berarti  keadaan transisi berenergi-lebih-rendah dan laju reaksi yang lebih tinggi. Dari dua  cara serangan radikal bebas yang mungkin, satu cara akan menghasilkan radikal bebas primer yang kurang stabil, sementais cara yang hin menghasilkan radikal  bebas sekunder benzilik yang lebih stabil, Pembentukan berulang (dan) radikal  benzilik ini mengakibatkan penggabungan secara kepala-ke-ekor monomer monomer stirena.

50 

Polimerasi vinil klorida dan metil metaklirat merupakan contoh lain reaksi radikal  bebas yang menuju kepala-ke-ekor. 

Campuran dua monomer yang berlainan akan menghasilkan kopolimer, misalnya  Saran (digunakan sebagai pembungkus di dapur). 

B. Polimer Adisi Ionik 

Di samping adisi radikal-bebas, polimer dapat dibentuk lewat adisi kationik,  suatu reaksi yang berjalan lewat zat-antara karbokation, Suatu katalis asam Lewis  dapat digunakan wak membentuk karbokation awal. Dalam polimerisasi berikut,  asara Lewis BP, dengan skelumit air merupakan katalis yang efektif. (Asam sulfat  biasanya menghasilkan dimer bukannya polimer dalam reaksi ini).

51 

C. Struktur danStereokimia Polimer 

Seperti senyawa organik apapun, polimer dapat mempunyai gugus fungsional  dan karbon kiral. Mereka dapat membentuk ikatan hidrogen dan berantaraksi dipol dipol. Susunan kimia suatu rantai polimer dirujuk sebagai struktur primernya.  Bagaimana rantai ini ditata sehubungan dengan dirinya dan dengan rantai lain,  disebut struktur sekunder. Struktur sekunder ini dapat sepenting komposisi  kimianya bagi sifat-sifat polimer. 

Sebuah polimer dapat berupa suatu massa yang rumit (dari) rantai-rantai lurus  atau rantai-rantai bercabang. Akibatnya ialah suatu zat padat amorf yang lunak  seperti karet lunak. Sebaliknya, suatu polimer dapat tersusun dari rantai-rantai lurus  yang bersatu karena ikatan hidrogen atau karena tarik-menarik dipol-dipol. Struktur  polimer semacam ini akan menghasilkan serat-serat atau plastik keras yang dapat  dicetak. Polimer yang lebih tertib di katakan mempunyai derajat kekristalan  (crystallinity) yang lebih tinggi daripada polimer amorf atau non-kristalin.

52 

Perhatikan polimerasi propilena. 

Terdapat tiga macam produk yang dapat dihasilkan oleh polimerisasi kepala 

ke-ekor dari propilena. (1) Gugus metil pada karbon kiral yang baru saja terbentuk  dapat menonjol dari dalam rantai dengan cara acakan (random); dijumpai polimer  ataktik (produk amorf lunnk). (2) Gugus metil dapat menonjol berselang-seling dari  sisi yang satu ke sisi yang lain (dari) rantai; dijumpai polimer sindiotaktik  (syndiotactic polimer). (3) Gugus metil hanya terletak pada satu sisi; polimer ini  disebut isotaktik (lihat Gambar 9-16). Karena penataan mereka yang teratur, rantai 

rantai polimer sindiotaktik, dan isotaktik, dapat terletak ber dekatan dan polimer polimer itu lebih kristalin. 

Sampai tahun 1955, kebanyakan polimer adisi dibuat dengan jalan radikal bebas. Namun dalam tahun itu, Karl Ziegler dan Giulio Natta mengemukakan  teknik baru untuk polime risasi. Kedua ahli kimia ini memperoleh hadiah Nobel  untuk penemuan mereka, suatu macam katalis yang memungkinkan pengendalian  stereokimia suatu polimer selama pem bentukannya. (Katalis Ziegler-Natta yang 

53 

lazim digunakan ialah (CH3CH₂)3Al yang di komplekskan bersama TiCl4). Katalis  Ziegler-Natta berfungsi dengan cara bereaksi dengan alkena monomer: kemudian  monomer baru disisipkan antara katalis dan polimer yang sedang tumbuh itu. Dalam sintesis komersial polipropilena, digunakan katalis Ziegler-Natta agar  dihasilkan polimer sindiotaktik atau isotaktik yang lebih disukai. D. Polimer Adisi-1,4 

Diena konjugasi dapat dipolimerisasikan dengan adisi-1,4. Produk itu masih  mengandung ketidakjenuhan; oleh karena itu polimer dapat mengandung satuan satuan-cis semuanya, satuan-trans semuanya, atau suatu campuran satuan-cis dan  trans. Persamaan berikut ini menunjukkan polimerisasi-1,4 dari isoprena. 

Karet alam adalah poliisoprena dengan ikatan-ikatan rangkap cis. trans Polimer yang disebut getah perca (gutta percha), adalah suatu polimer keras yang  digunakan sebagai lapisan luar bola golf dan semen gigi sementara. Tak satupun  polimer ini disintesis dari iso prena itu sendiri dalam alam, seperti yang semula  dikira. Pendahulunya (precursor) adalah asam mevalonate. 

Rumus garis untuk kedua poliisoprena itu menggambarkan mengapa getah  perca, dengan bentuknya yang tertib, merupakan polimer yang lebih keras dan lebih  kristalin di antara keduanya.

54 

2.18 Penggunaan Alkena dan Alkuna dalam Sintesis 

Dari Tabel 9-8 nampak bahwa alkena merupakan bahan awal yang sangat  berharga untuk mensintesis senyawa organik lain. Penggunaan alkuna dalam  sintesis tak terlalu meluas (alkuna juga tak mudah tersedia). Reaksi adisi yang  menggunakan H+sebagai katalis berlangsung lewat karbokation dan menghasilkan  produk Markovnikov (dan mungkin produk penataan-ulang). Reaksi-reaksi ini  mencakup juga reaksi dengan HX dan H₂O(H+).

55 

56

Alkohol (atau eter) dapat dibuat tanpa penataan-ulang, dengan rendemen baik, oleh  reaksi oksimerkurasi-demerkurasi, suatu deret yang juga menghasilkan produk  Markovnikov. 

Produk "Anti-Markovnikov", dengan gugus fungsional yang ditambahkan pada  karbon yang kurang tersubstitusi (dari) alkena, dapat dibuat dengan HBr (dengan  katalis O₂ atau suatu peroksida) atau dengan hidroborasi. 

Senyawa difungsional timbul dari adisi X₂ (atau X₂ + H₂O) kepada suatu ikatan rang  kap; dengan adisi-1,2 atau-1,4 kepada suatu diena; atau dengan oksidasi suatu  alkena men jadi 1,2-diol. Misalnya: 

Oksidasi alkena merupakan suatu cara untuk memasukkan fungsionalitas lain,  seperti misalnya cincin eposkida. Kondisi oksidasi yang kuat akan menyebabkan  ikatan rangkap itu terpaksa pisah (cleaved) dan memberikan senyawa karbonil  seperti tertunjuk dalam Tabel 9-8.

57 

BAB III 

PENUTUP 

3.1 KESIMPULAN 

Alkena adalah suatu hidrokarbon yang mengandung 1 ikatan rangkap.  Alkena disebut olefin, dari kata olefiant gas (gas yang membentuk minyak).  Alkuna adalah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan gandatiga, asetilena  adalah alkuna tersederhana.  

Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alkohol (dalam asam kuat) atau  alkil halida (dalam basa).


No comments:

Post a Comment