BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar
Besi (Fe) adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Besi (Fe) merupakan salah satu mikroelemen yang dibutuhkan oleh tubuh, besi (Fe) banyak berperan dalam proses metabolisme tubuh. Namun, kelebihan kadar besi (Fe) dalam tubuh dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti pankreas, otot jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi (Fe) sangat tidak diinginkan dalam keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum.
1
|
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah berapa kadar besi (Fe) sebagai kompleks tiosianat dalam sampel air sumur dengan metode spektrofotometri UV-Vis?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) sebagai kompleks tiosianat dalam sampel air sumur dengan spektrofotometri UV-Vis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Sumur
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan tergantikan dengan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni.[1]
Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990, penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut :
1. Golongan A: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
3
|
Menurut Berkat Putra (2010), air tanah terbagi atas 3 yaitu :
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
b. Air tanah dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.
c. Mata air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah, keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.
Sumur merupakan tanah yang digali untuk mendapatkan air yang berasal dari dalam tanah, digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sumur dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumur gali dan sumur bor. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.[3]
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.[4]
Sumur bor adalah sumur yang diperoleh dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.[5]
B. Besi
Besi lebih reaktif daripada kedua anggota yang lain seperti halnya golongan triad-triad lainnya, misalnya reaksi dengan asam non-oksidator maupun asam oksidator. Ion besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 mm-3untuk low-spin dan 232 C mm-3 untuk high-spin, hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Semua garam besi(III) larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang relatif tinggi (232 C mm-1) mampu mempolarisasi cukup kuat terhadap molekul air sebagai ligan yang berakibat lanjut molekul air yang lain sebagai pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton.[6]
Besi (Fe) adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Perairan yang mengandung besi (Fe) sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasi di atas kurang lebih 0,31 mg/L. Besi(II) (Fe) sebagai ion berhidrat yang dapat larut (Fe2+) merpakan jenis besi (Fe) yang terdapat dalam air tanah karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme sehingga menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Oleh karena itu, besi (Fe) dengan bilangan oksidasi rendah, yaitu besi(II) (Fe) umum ditemukan dalam air tanah dibandingkan besi(III) (Fe).[7]
Secara umum besi(II) (Fe) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0 – 10 mg/L, namun demikian tingkat kandungan besi (Fe) sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam air tanah di tempat-tempat tanah. Besi(II) (Fe) dapat terjadi sebagai jenis stabil yang larut dalam dasar danau dan sumber air yang kekurangan oksigen.[8]
Sumber besi (Fe) antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan besi (Fe). Apabila besi (Fe) tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan lingkungan.[9]
Menurut Wahyu Widowati, Astiana Sastiono dan Raymond Jusuf R., besi (Fe) memiliki berbagai fungsi esensial dalam tubuh, yaitu :
1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel.
3. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.
Kadar besi (Fe) yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan kerusakan seluler akibat radikal bebas. Dosis yang melebihi 20 mg/kg berat pada manusia menyebabkan toksisitas. Toksisitas kronis dari besi (Fe) lebih banyak terjadi pada orang dewasa yang biasanya mengakibatkan idiopatik hemokromatosis dikarenakan tidak normalnya absorbsi besi (Fe) dari alat pencernaan.[10]
Salah satu cara penurunan kadar besi (Fe) dalam air adalah menggunakan saringan pasir aktif. Daya kerja saringan pasir aktif tersebut di antaranya dipengaruhi oleh jenis pasir dan ketebalan lapisan pasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada air sumur yang memiliki kadar besi (Fe) 3,0 μg/L, suhu 24,5oC dan pH sebesar 7,5 setelah disaring dengan saringan pasir aktif (kali dan kuarsa). Pasir kali aktif pada ketebalan 60 cm mampu menurunkan kadar besi (Fe) sebesar 63,7%, sedangkan pasir kuarsa aktif pada ketebalan 60 cm dapat menurunkan kadar besi (Fe) air sumur hingga sebesar 94,9%.[11]
C. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi fungsi dari panjang gelombang.[12]
Panjang gelombang cahaya ultraviolet dan tampak jauh lebih pendek daripada panjang gelombang inframerah. Satuan yang digunakan untuk memberikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-9 m). Spektrum tampak terentang dari 400 nm (ungu) ke 750 nm (merah), sedangkan ultraviolet berjangka dari 200-400 nm. Baik radiasi ultraviolet maupun tampak berenergi lebih tinggi daripada radiasi inframerah. Panjang gelombang cahaya ultraviolet atau tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang tak menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang tak menyerap pada panjang gelombang ultraviolet.[13]
Penyerapan sinar UV-tampak oleh suatu molekul akan menyebabkan transisi di antara tingkat energi elektronik dari molekul. Atas dasar ini, spektroskopi UV-tampak juga dikenal sebagai spektroskopi (spektrometri) elektronik. Transisi ini dapat terjadi antarorbital ikatan (bonding) atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang sinar yang diserap sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital (∆E). Untuk eksitasi elektron ikatan σ perlu energi yang tinggi dengan nilai λ = 120 -200 nm (UV hampa). Hal ini berarti pengukuran harus dilakukan dalam hampa sehingga sukar dilakukan. Di atas λ = 200 nm, daerah eksitasi elektron dari orbital p, d, ᴨ terutama sistem n terkonjugasi, pengukuran mudah dilakukan sehingga spektrometri UV tampak diukur pada λ ˃ 200 nm.[14]
Penyerapan panjang gelombang nampak menyebabkan perpindahan elektron yang reversibel dan relatif rendah energinya dalam molekul. Pada umumnya zat berwarna mempunyai elektron-elektron yang mudah tereksitasi. Terutama senyawaan organik tertentu merupakan sumber warna yang berguna untuk zat warna. Molekul-molekul senyawaan-senyawaan organik yang tak mempunyai ikatan rangkap ataupun cincin benzena, tidak menyerap secara selektif dalam bagian nampak dari suatu spektrum, oleh karena itu senyawaan ini tak berwarna. Sebaliknya molekul dengan ikatan rangkap atau inti benzena dapat menyerap beberapa panjang gelombang nampak dan meneruskan cahaya berwarna. Elektron yang mudah dieksitasi oleh cahaya nampak biasanya terdapat dalam sebuah molekul yang beberapa atomnya dihubungkan oleh ikatan rangkap dan tunggal secara berselang-seling. Gugus atom semacam itu disebut kromofor (pengemban warna).[15]
Warna khusus yang dimiliki suatu zat ditentukan tidak hanya oleh macamnya kromofor yang ada, tetapi juga oleh struktur molekul yang mengandung kromofor itu. Banyak zat warna yang berlainan dapat dibuat dengan memasukkan substituen, seperti –OH, -NH2, -NHCH3 dan –N(CH3)2 ke dalam molekul yang mengandung suatu gugus pembentuk warna tertentu. Gugus yang mengubah ataupun menyumbangkan sesuatu kepada warna suatu zat warna dirujuk sebagai auksokrom (penghasil warna pembantu). Umumnya auksokrom mempunyai fungsi tambahan untuk membuat zat warna itu tidak luntur pada pakaian atau benda lain dengan cara pembentukan garam.[16]
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Rabu/ 13 Juni 2012
Pukul : 13.30 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer UV-Vis, neraca analitik, gelas kimia 2000 mL, 300 mL dan 100 mL, labu takar 50 mL dan 100 mL, pipet skala 5 mL, 10 mL dan 25 mL, bulp, botol semprot, batang pengaduk dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amonium tiosianat (NH4CNS) 0,02 M, asam nitrat (HNO3) 4 M, aquabides, aquades, padatan besi(III) klorida (FeCl3.6H2O) p.a dan sampel air sumur.
12
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pembuatan Larutan Baku Fe3+ 10-3 M
a. Menimbang padatan besi(III) klorida (FeCl3.6H2O) p.a menggunakan neraca analitik.
b. Melarutkan dengan aquabides dan memindahkan ke dalam labu takar 100 mL.
c. Mengimpitkan dengan aquabides sampai tanda batas, menghomogenkan larutan.
2. Pembuatan Larutan Sampel
a. Memipet 12 mL sampel A, B, C, D dan larutan blanko (aquabides), kemudian memasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
b. Menambahkan 2 mL HNO3 4 M ke dalam masing-masing labu takar.
c. Menambahkan 16 mL NH4CNS 0,02 M ke dalam labu takar 100 mL.
d. Menambahkan aquabides sampai tanda batas dan menghomogenkan larutan.
3. Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe)
a. Memipet 2 mL, 4 mL, 8 mL, 12 mL, 16 mL dan 20 mL larutan baku besi (Fe) 10-3 M dan memasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
b. Menambahkan 2 mL HNO3 4 M dan 16 mL NH4CNS 0,02 M ke dalam labu takar.
c. Menambahkan aquabides ke dalam labu takar sampai tanda batas.
d. Mengimpitkan dan menghomogenkan larutan.
4. Pembuatan Kurva Standar
a. Mengoptimalkan alat UV-Vis.
b. Mengukur absorbansi larutan standar 2 x 10-5 M, 4 x 10-5 M, 8 x 10-5 M, 12 x 10-5 M, 16 x 10-5 M dan 20 x 10-5 M serta larutan sampel A,B,C,D dan larutan blanko yang akan dianalisa.
c. Membuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi dari larutan standar.
d. Menentukan kadar besi (Fe) dalam sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
1. Tabel Pengamatan
a. Tabel 1. Data hasil pengamatan
No.
|
Larutan
|
Absorbansi
|
Panjang gelombang (nm)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Blanko
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
Standar 6
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Sampel D
|
-0,0002
0,0140
0,0341
0,0689
0,1044
0,1401
0,1855
0,0078
0,0075
0,0078
0,0072
|
510
510
510
510
510
510
510
510
510
510
510
|
15
|
b. Tabel 2. Data kurva standarisasi
No.
|
Konsentrasi standar (x)
|
Absorbansi (y)
|
x2
|
x.y
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
2 x 10-5
4 x 10-5
8 x 10-5
12 x 10-5
16 x 10-5
20 x 10-5
|
0,0140
0,0341
0,0689
0,1044
0,1401
0,1855
|
4 x 10-10
16 x 10-10
64 x 10-10
144 x 10-10
256 x 10-10
400 x 10-10
|
0,028 x 10-5
0,1364 x 10-5
0,5512 x 10-5
1,2528 x 10-5
2,2416 x 10-5
3,71 x 10-5
|
n = 6
|
62 x 10-5
|
0,5470
|
884 x 10-10
|
7,92 x 10-5
|
c. Tabel 3. Data konsentrasi besi (Fe) dalam sampel
No.
|
Larutan
|
Absorbansi
|
Konsentrasi (M)
|
1.
2
3.
4.
|
Sampel A
Smpel B
Sampel C
Sampel D
|
0,0078
0,0075
0,0078
0,0072
|
1,4701 x 10-5
1,4379 x 10-5
1,4701 x 10-5
1,4057 x 10-5
|
2. Analisa Data
a. Persamaan garis linier
y = A + Bx
B = =
= =
= 931,9178
A = yrata-rata – B . xrata-rata
= (0,0912) – (931,9178) . (10,333 x 10-5)
= (0,0912) – (0,0971) = -5,9 x 10-3
Jadi, persamaan linier yang diperoleh yaitu :
y = 931,9178 x + (-0,0059)
Keterangan : y = absorbansi sampel
x = konsentrasi besi (Fe) dalam sampel
b. Nilai absorbansi kurva standar
y = A + Bx1 = (-0,0059) + 931,9178 . (2 x 10-5)
= (-0,0059) + 0,0186 = 0,0127
y = A + Bx2 = (-0,0059) + 931,9178 . (4 x 10-5)
= (-0,0059) + 0,0373 = 0,0314
y = A + Bx3 = (-0,0059) + 931,9178 . (8 x 10-5)
= (-0,0059) + 0,0746 = 0,0687
y = A + Bx4 = (-0,0059) + 931,9178 . (12 x 10-5)
= (-0.0059) + 0,1118 = 0,1059
y = A + Bx5 = (-0,0059) + 931,9178 . (16 x 10-5)
= (-0,0059) + 0,1491 = 0,1432
y = A + Bx6 = (-0,0059) + 931,9178 . (20 x 10-5)
= (-0,0059) + 0,1864 = 0,1805
R2 =
=
= =
= 1
c. Konsentrasi besi (Fe) dalam sampel
1) Konsentrasi besi (Fe) dalam sampel A
y = (-0,0059) + 931,9178 x
0,0078 = (-0,0059) + 931,9178 x
931,9178 x = 0,0078 – (-0,0059)
x = 1,4701 x 10-5 M
2) Konsentrasi besi (Fe) dalam sampel B
y = (-0,0059) + 931,9178 x
0,0075 = (-0,0059) + 931,9178 x
931,9178 x = 0,0075 – (-0,0059)
x = 1,4379 x 10-5 M
3) Konsentrasi besi (Fe) dalam sampel C
y = (-0,0059) + 931,9178 x
0,0078 = (-0,0059) + 931,9178 x
931,9178 x = 0,0078 – (-0,0059)
x = 1,4701 x 10-5 M
4) Konsentrasi besi (Fe) dalam sampel D
y = (-0,0059) + 931,9178 x
0,0072 = (-0,0059) + 931,9178 x
931,9178 x = 0,0072 – (-0,0059)
x = 1,4057 x 10-5 M
3. Reaksi
Fe3+ + 6CNS- à (Fe(CNS)6)3-
4. Grafik
a. Kurva larutan standar berdasarkan hasil perhitungan Microsoft excel
b. Kurva larutan standar berdasarkan hasil perhitungan kalkulator
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui kadar besi (Fe) dalam sampel air sumur dari 4 sumur berbeda dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Percobaan ini diawali dengan penyiapan larutan sampel air sumur A, B, C dan D, kemudian dilakukan penambahan asam nitrat (HNO3) 4 M berfungsi untuk membuat larutan menjadi bersuasana asam karena hanya pada suasana asam, besi(III) dapat membentuk senyawa kompleks. Penambahan amonium tiosianat (NH4CNS) 0,02 M dilakukan ke dalam larutan sampel yang berfungsi untuk menghasilkan senyawa kompleks dengan besi(III) sehingga besi (Fe) dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis karena larutan sampel yang digunakan tidak berwarna sehingga setelah larutan sampel dikomplekskan, larutan sampel akan berwarna menurut persamaan reaksi :
Fe3+ + 6CNS- à (Fe(CNS)6)3-
Pengompleksan pada larutan perlu dilakukan karena pada spektrofotometri visibel, ion-ion logam dalam larutan yang akan ditentukan kadarnya haruslah larutan berwarna sehingga jika larutan tersebut tidak berwarna maka terlebih dahulu larutan tersebut dikomplekskan sehingga menghasilkan warna sehingga kadarnya dapat ditentukan dengan spektrofotometer.
Untuk dapat menentukan kadar dari ion logam dalam larutan, larutan standar harus dibuat dengan konsentrasi yang beragam yang dimaksudkan bahwa pada salah satu konsentrasi dari larutan standar yang dibuat, konsentrasi sampel sama atau mendekati konsentrasi dari larutan standar yang dibuat tersebut. Pembuatan larutan standar diawali dengan pembuatan larutan baku dimana larutan baku merupakan larutan yang dibuat dari pengenceran larutan induk menggunakan air suling sampai kadar tertentu, larutan ini berfungsi untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi yang lebih rendah. Larutan baku Fe3+ 10-3 M dibuat dari padatan FeCl3.6H2O p.a, selanjutnya dari larutan baku ini dibuat larutan standar dengan konsentrasi 2 x 10-5 M, 4 x 10-5 M, 8 x 10-5 M, 12 x 10-5 M, 16 x 10-5 M dan 20 x 10-5 M. Pada setiap larutan standar dilakukan penambahan asam nitrat (HNO3) dan amonium tiosianat (NH4CNS) yang dilakukan untuk memberikan perlakuan yang sama dengan larutan sampel.
Penentuan absorbansi maksimum dilakukan dengan menggunakan larutan blanko yaitu air suling yang diasamkan atau larutan yang perlakuannya sama dengan contoh uji. Larutan blanko dibuat dari aquabides yang dicampurkan dengan asam nitrat (HNO3) dan amonium tiosianat (NH4CNS). Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 470 nm – 530 nm, hal ini dikarenakan panjang gelombang spektrofotometer visibel berada pada rentang 400 nm – 750 nm. Berdasarkan hasil pengamatan, panjang gelombang maksimum penentuan kadar besi dalam sampel adalah 510 nm, hal ini dikarenakan pada panjang gelombang ini ion besi (Fe) lebih banyak menyerap cahaya monokromatis yang dipancarkan oleh sumber sinar.
Dari hasil analisa data, diperoleh persamaan linier dari pengukuran larutan standar yaitu y = 931,9178 x + (-0,0059) dengan nilai R2 adalah 1 yang berarti bahwa larutan standar yang dibuat memiliki ketelitian yang baik. Dari persamaan linier ini kadar besi (Fe) dalam sampel A, B, C dan D dapat ditentukan dimana kadar besi (Fe) yang diperoleh dalam sampel A adalah 1,4701 x 10-5 M, sampel B adalah 1,4379 x 10-5 M, sampel C adalah 1,4701 x 10-5 M dan pada sampel D adalah 1,4057 x 10-5 M. Berdasarkan aturan Permenkes Tahun 2010, kadar maksimum besi (Fe) yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/L. Dapat dikatakan bahwa sampel air sumur yang digunakan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air yang dapat dikonsumsi setelah pengolahan lebih lanjut (air golongan B).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar besi (Fe) dalam sampel air sumur A adalah 1,4701 x 10-5 M, sampel air sumur B adalah 1,4379 x 10-5, sampel air sumur C adalah 1,4701 x 10-5 M dan sampel air sumur D adalah 1,4057 x 10-5.
B. Saran
Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan berikutnya dilakukan uji aluminium pada sampel air dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
No comments:
Post a Comment