KELOMPOK
II:
Aditya Bayu Salaksa 1131410050
Akwila 11314100
Alex Pepsega Indra Putra 1131410030
Fitri
Nurul Indrawati 1131410046
Umdah Ulin Nikmah 1131410076
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2012
I.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lengkuas
(Alpinia galanga L.Swartz) merupakan
salah satu tanaman dari famili Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan
sebagai obat. Secara tradisional, lengkuas
sering digunakan sebagai obat sakit perut, karminatif, anti jamur, anti
gatal, bengkak, anti allergi, dan anti hipoglikemik (Kubo et al. 1991; Akhtar
et al. 2002; Matsuda et al. 2003).
Bahkan ekstrak lengkuas dapat dimanfaatkan untuk menghambat oksidasi lemak dan
meningkatkan stabilitas mikrobia pada daging giling (Cheah dan Gan 2000). Pada
konsentrasi 0,05-0,10% dapat memperpanjang masa simpan daging giling sampai 7
hari.
Komponen
kimia utama yang memberikan aroma pada lengkuas adalah senyawa asetoksikhavikol
asetat (ACA/galangal asetat) yang bersifat sebagai anti allergi, anti oksidan,
dan anti jamur (Jansenn dan Scheffer
1985). Galangal asetat tidak stabil
dalam bentuk larutan karena mudah mengalami reaksi hidrolisis, dan senyawa ini
tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas.
Senyawa antijamur lainnya dari lengkuas dan sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur
Trichophyton mentagrophytes dan Candida albicans adalah (E)-8β,17 epoksilabd-12-en-15, 16-dial,
(E)-8(17)-12-labadiene-15, 16 dial, dan galanolakton (Haraguchi et al. 1996; Windono dan Sutarjadi 2002).
Komponen
kimia utama yang memberikan aroma pada lengkuas adalah senyawa asetoksikhavikol
asetat (ACA/galangal asetat) yang bersifat sebagai anti allergi, anti oksidan,
dan anti jamur (Jansenn dan Scheffer
1985). Galangal asetat tidak stabil
dalam bentuk larutan karena mudah mengalami reaksi hidrolisis, dan senyawa ini
tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas.
Senyawa antijamur lainnya dari lengkuas dan sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur
Trichophyton mentagrophytes dan Candida albicans adalah (E)-8β,17 epoksilabd-12-en-15, 16-dial,
(E)-8(17)-12-labadiene-15, 16 dial, dan galanolakton (Haraguchi et al. 1996; Windono dan Sutarjadi 2002).
II.
PENGERTIAN SABUN TRANSPARAN
Sabun
adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat
nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi dalam
pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis 2003). Ada 2 jenis sabun
yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali et al.
2005). Sabun padat dibedakan atas
3 jenis, yaitu sabun opaque,
translucent, dan transparan. Sabun transparan merupakan salah satu jenis
sabun yang memiliki penampilan menarik
karena penampakannya. Selain itu, sabun transparan bisa menjadi
alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik. Penambahan ekstrak lengkuas dalam formula
sabun transparan difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena
penyakit.
Gambar
1. Proses Saponifikasi Sabun
(www.chemistry.about.com, 2009)
(www.chemistry.about.com, 2009)
III.
FORMULA SABUN TRANSPARAN
NO
|
BAHAN/MATERIAL
|
Komposisi/Composition
(%)
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Asam stearat/Stearic acid
|
6,8
|
6,6
|
6,4
|
2.
|
Minyak kelapa/Coconut oil
|
19,8
|
19,6
|
19,4
|
3.
|
Minyak jarak/Castor oil
|
6,0
|
6,0
|
6,0
|
4.
|
NaOH 30%/Natrium hydroxide
|
20,1
|
19,9
|
19,7
|
5.
|
Gliserin/Glycerine
|
9,8
|
9,6
|
9,4
|
6.
|
Etanol/Ethanol
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
7.
|
Gula/Sugar
|
13,8
|
13,6
|
13,4
|
8.
|
Dietanolamida (DEA)/Diethanolamide
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
9.
|
NaCl/Natrium chloride
|
0.2
|
0,2
|
0,2
|
10.
|
Air/Aquadest
|
6,5
|
6,5
|
6,5
|
11.
|
Ekstrak lengkuas/Galangal extract
|
1,0
|
2,0
|
3,0
|
IV.
ALAT PRAKTIKUM
1.
Pisau 7. Timbangan analitik,
2. Pengering tipe rak 8. Waterbath
3. Penggiling dengan
ukuran 50 mesh 9. Gelas piala
4.Pengaduk 10.
Pengaduk gelas
5. Rotary evaporator 11. Gelas ukur
6. Spray dryer 12.
Cetakan.
Alat untuk analisis
kimia antara lain : pH meter, penetrometer, buret, oven, vortex, tanur, labu
ukur, dan alat gelas lainnya.
V.
TAHAP PRAKTIKUM
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu
pengolahan rimpang lengkuas, ekstraksi, pembuatan formula sabun, aplikasi
ekstrak terhadap sabun.
Pengolahan rimpang lengkuas dilakukan dengan membersihkan
kotoran yang melekat, dicuci, dan diiris setebal 7-8 mm. Irisan lengkuas dikeringkan dalam alat pengering pada suhu
50°C dan selanjutnya rimpang yang telah kering digiling dengan ukuran 50 mesh.
-
Ekstraksi
Proses ekstraksi
lengkuas dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat 60%
(perbandingan bahan terhadap pelarut 1:10), diaduk selama 3 jam, lalu
didiamkan selama 1 malam. Setelah penyaringan, kemudian filtrat
diuapkan pelarutnya dengan pengurangan tekanan sampai diperoleh ekstrak
kental. Kualitas ekstrak lengkuas dianalisis dengan penentuan pH, sisa pelarut,
dan kelarutan dalam alkohol 80%. Aplikasi terhadap sabun transparan menggunakan
ekstrak kering yang telah diformulasikan dengan maltodekstrin.
-
Pembuatan sabun
Formulasi untuk sabun
transparan menggunakan modifikasi metode Cognis (Anonymous 2003), sesuai
dengan Tabel 1.
Proses pembuatan sabun diawali
dengan mereaksikan asam stearat dengan fase asam lemak dengan NaOH. Asam
stearat dilelehkan dengan pemanasan (70ºC) sampai mencair. Setelah asam stearat
dan minyak homogen, kemudian ditambahkan
larutan NaOH 30% pada suhu 60-70ºC. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan
menjadi keras dan lengket yang menunjukan terbentuknya stok sabun. Pengadukan
terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehingga
pengadukan lebih mudah dilakukan. Penambahan sukrosa dilakukan secara bertahap
sambil terus dilakukan pengadukan hingga sukrosa larut sempurna. Setelah
larutan menjadi homogen, selanjutnya ditambahkan cocoDEA, NaCl, ekstrak lengkuas, dan air. Selanjutnya sabun
dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama + 24 jam pada suhu
ruang. Satu adonan akan menjadi 6-7 unit sabun transparan
masing-masing seberat 14-15,5 g.
Analisis mutu terhadap
sabun transparan yang dihasilkan meliputi sifat kimia yang mengacu pada Standar
Nasional Indonesia sabun mandi (SNI 06-3532-1994) untuk kriteria jumlah asam
lemak, kadar fraksi yang tak tersabunkan, bahan tidak larut dalam alkohol, dan
kadar alkali bebas. Untuk stabilitas busa sesuai Piyali et al. (1994) dan stabilitas emulsi berdasarkan Benneth (1947).
VI.
GAMBAR SABUN TRANSPARAN
VII. KESIMPULAN
Sabun
adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Sabun transparan merupakan salah satu
jenis sabun yang memiliki penampilan menarik
karena penampakannya. Selain itu, sabun transparan bisa menjadi
alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik. Penambahan ekstrak lengkuas dalam formula
sabun transparan difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena
penyakit.Penyakit yang disebabkan oleh jamur tidak begitu berbahaya, tetapi
pengobatan yang efektif membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang relatif. Selain itu, obat-obatan antijamur yang
beredar saat ini sudah banyak yang resistan terhadap mikroba tertentu Pencarian
obat baru yang bisa mengontrol mikroba penyebab penyakit pada kulit dan rambut
sangat diperlukan.
VII. DAFTAR
PUSTAKA
(Hernani,
Fitriati, 2010), balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/Buletin/.../10-sabun.
ml.scribd.com/doc/88430490/10-sabun
No comments:
Post a Comment