OLEH:
ALEX PEPSEGA (01)
DEBY SAFITRI P.(05)
YARA MEGANINGTYAS (24)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Koasistensi
Mikrobiologi yang berjudul “Identifikasi BakteriStaphylococcus aureus dan
Jamur Helminthosporium sp”. Sholawat beriring salam senantiasa kami
sanjungkan ke pangkuan nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam
yang penuh ilmu pengetahuan.
Semoga laporan
koasistensi mikrobiologi ini dapat menambah wawasan keilmuan penulis dan
pihak-pihak yang lain pada umumnya.
Malang, 13 November 2011
Penulis
PENDAHULUAN
Kulit merupakan penghalang masuknya beberapa macam bakteri dalam
tubuh yang dilengkapi dengan cairan yang berupa lendir dan zat-zat kimia.
Apabila kulit rusak, misalnya luka atau lecet, kemungkinan bakteri akan masuk.
Sel darah putih keluar dari kapiler dan melawan bakteri yang masuk. Apabila sel
darah putih tidak mampu bertahan dengan rusaknya jaringan, maka dapat
menimbulkan bengkak dan bernanah.
Sel darah putih menghancurkan bakteri dengan cara menggumpalkan
bakteri sebelum masuk ke sistem sirkulasi. Jika terdapat bakteri yang masuk ke
dalam sirkulasi dan ikut dalam aliran darah maka akan ditangkap oleh makrofag.
Untuk mencegah infeksi, luka harus dirawat dengan baik. Luka perlu diberi obat
untuk membunuh bakteri. Selain itu, perlu dibalut dengan kain pembalut yang
bersih dan steril. Luka yang agak dalam perlu diberikan suntikan anti tetanus
serum secepat mungkin karena kemungkinan bakteri tetanus masuk kedalam luka.
Proses penyembuhan luka akan cepat terjadi
apabila jumlah bakteri pada luka berkurang atau sedikit. Bakteri pada luka yang
umum di temukan dalam luka terinfeksi adalah Staphylococcus aureus, Enterococcus,Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Haemolytic streptococci, Klebsiella, Citrobacter dan Morganella.
RIWAYAT KASUS I
1.
ANAMNESA
Nama Pemilik
: Muhammad Zeen
Jenis Hewan
: Sapi
Jenis Kelamin
: Jantan
Alamat Pasien
: Desa
limpok, Darussalam
Lama Menderita sakit
: 14 Hari
Status gizi
: Kurang baik
Gejala Klinis
: Bulu kusam, Kurang Nafsu Makan,luka
Sampel
: Luka
bernanah
Pengambilan
sampel : 05 Februari 2011
1. METODELOGI
A. Cara Pengambilan
Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas
steril dan di swab pada luka bernanah, dimasukkan ke media Nutrient Broth, lidi
dipatahkan untuk menghindari kontaminasi serta dihomogenkan. Sampel dimasukkan
ke dalam termos, dibawa menuju Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Hewan. Lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada tidaknya bakteri,
kemudian inkubasi pada inkubator dengan suhu 37oC selama 18 – 24
jam.
B.Metode yang
dilakukan:
a)
Pewarnaan Sederhana
Dibuat sediaan,
fiksasi di atas api.
Warnai dengan Methilen
Blue selama 1 – 2 menit.
Buang sisa zat warna
menggunakan air mengalir.
Objek glass
dikeringkan dengan cara diangin – anginkan.
Amati dibawah
mikroskop.
b)
Penanaman pada Media Nutrient Agar
Media ini berfungsi
untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk mendapatkan koloni yang
terpisah dari biakan koloni.
Ambil 1 ose steril
sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media
Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada
inkubator dengan suhu 370C selama 18
– 24 jam.
Amati bentuk, tepi,
permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
c)
Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan
Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi dua kelompok yaitu Gram
positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai berikut:
Teteskan NaCl
fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang terpisah dari
Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada NaCl di atas
objek glass. Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
Kemudian pada objek
glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit, bilas dengan air
mengalir.
Teteskan larutan lugol
selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan
alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang, cuci dengan air
mengalir.
Teteskan larutan
Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di
bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal
violet sehingga dibawah mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram
negatif zat warna kristal violet akan larut oleh penambahan alkohol 95 % dan
mengikat zat warna kedua yaitu Safranin/fuchsin sehingga dibawah mikroskop akan
terlihat berwarna merah.
d)
Uji Katalase
Teteskan H2O2 3 % diatas
objek glass.
Dengan menggunakan ose
steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar dan
homogenkan dengan H2O2 3 %.
Amati hasil yang
diperoleh.
e)
Penanaman pada Nutrient Agar Miring
Dengan menggunakan ose
steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari Nutrient Agar.
Bekerja secara asepsis
di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media
Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
f)
Uji Gula – gula (Glukosa dan Manitol)
Larutan glukosa dan
manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung durham yang telah dibalik.
Ambil 1 ose steril
biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar.
Masukkan ose ke dalam
tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri terlepas dari ose.
Ose disterilkan
kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan ke dalam tabung
yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada
inkubator selama 18 – 24 jam dengan suhu 37oC.
Tujuan dari uji
gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa
dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media dan
merubah warna indikator.
g)
Penanaman pada Blood Agar
Dengan menggunakan ose
steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang sama) yang terdapat
pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media
Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam
inkubator selama 18 – 24 jam pada suhu 37oC
h)
Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika
Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari
Nutrient Agar disegarkan kembali kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan
kedalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370C.
Lidi kapas steril
dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian diswab merata
keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat,
setelah itu letakkan pada permukaan media MHA beberapa jenis cakram antibiotik
untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24
jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Kemudian diamati dan
diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram antibiotik.
1.
HASIL PENGAMATAN
a)
Pewarnaan Sedarhana
Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang
berbentuk kokus, seperti kumpulan anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diperiksa terdapat bakteri, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dengan sekelilingnya dengan tujuan
melihat ada atau tidaknya bakteri sebelum pemeriksaan selanjutnya dilakukan. Lazimnya
pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti kristal violet, biru metilen,
karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malachit.
b)
Pengamatan Pada Media Nutrient Agar
Hasil pengamatan pada media Nutrient Agar, didapatkan beberapa
koloni terpisah dan hasil pengamatan pertumbuhan koloni dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Biakan bakteri pada media Nutrient Agar
Dari hasil pengamatan
koloni yang terpisah dan sifat koloni diperoleh :
a)
Ukuran
: 2 mm
b)
Bentuk
: Bulat
c)
Konsistensi
: Lunak
d)
Warna
: Putih kekreman
e)
Permukaan
: Halus
f)
Aspek
: mengkilat
g)
Tepi koloni
: Rata
h)
Elevasi
: Cembung
i)
Sifat tembus cahaya
: Opaque
c) Pewarnaan
Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada
tahun 1883 yang merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram
didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian
seperti buah anggur. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pewarnaan Gram pada pembesaran 1000x
Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati
penampakan morfologi bakteri lebih baik karena telah memiliki warna,
mengidentifikasi organel-organel sel bakteri yang bisa diamati, serta
mempermudah proses identifikasi dan membedakan organisme yang memiliki
ciri-ciri serupa.
d) Uji Katalase
Hasil dari uji
katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Terbentuk gelembung O2 pada uji katalase
Pada Gambar 4.
terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat
toksik bagi bakteri, sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk
menetralisirkan H2O2 menjadi O2 dan H2O. Terbentuklah
gelembung O2 pada permukaan objek glass
e)
Pengamatan pada Nutrient Agar Miring
Penanaman bakteri pada
media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Koloni yang tumbuh pada Nutrient Agar miring
Pada Gambar 5.
Terlihat bakteri dengan ciri-ciri pertumbuhan yang menyebar memenuhi seluruh permukaan
agar dan tampak seperti bergelombang.
f) Uji Gula-gula (manitol
dan glukosa)
Hasil pengamatan pada
uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukkan adanya perubahan pada manitol,
hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6.
Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa ditandai dengan
terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi kuning. Sedangkan
glukosa negatif, tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya
perubahan warna larutan.
g)
Pengamatan pada Blood Agar
Hasil penanaman pada
media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient Agar dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Hasil Penanaman pada Media Blood Agar
Pada Gambar 7. Terlihat media Blood Agar jernih artinya terjadi
hemolisis sel-sel darah secara lengkap disebut juga hemolisis beta.
Media Blood Agar merupakan media untuk pertumbuhan mikroorganisme yang sulit
untuk dibiakkan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis
atau tidak melisiskan sel darah merah. Beberapa bakteri menghasilkan sitolisin
yang dapat melarutkan sel darah merah.
h)
Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika
Hasil uji sensitivitas
antibiotik dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 8. Zona hambat
antibiotik
Keterangan:
1.
Zona hambat Gentamicin
2.
Zona hambat
Tetraciclin
3.
Zona hambat Vancomycin
4.
Zona hambat Penicillin
5.
Zona hambat Ampicilin
Pada Gambar 8.
Terlihat bahwa kelima antibiotik yang digunakan menunjukkan adanya zona hambat.
Akan tetapi pada antibiotik Gentamicin, Tetraciclin dan Vancomicin
memperlihatkan zona hambat yang lebih luas dibandingkan dengan Penicillin dan
Ampicilin. Antibiotik Penicillin dan Ampicillin mempunyai luas zona hambat 6 mm
dan 4 mm, sehingga Penicillin dan Ampicillin resisten terhadap bakteri tersebut
1.
DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan, sifat-sifat biakan dan sifat-sifat biokimia dari bakteri dapat
diketahui bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram positif (+), berbentuk
kokus bergerombol, mampu memfermentasikan glukosa sehingga dapat
diindentifikasi bahwa bakteri tersebut adalahStaphylococcus aureus.
1.
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Staphylococcus
epidimiris
PEMBAHASAN KASUS
Lebih dari 100 tahun
sejak Ogston menemukan Staphylococcus, yang bisa ditemukan dimana-mana
dan bisa di isolasi dari sejumlah host termasuk manusia yang sama bagus
perkembangannya seperti di udara, debu, air dan bahan makanan. Staphylococcus
bentuknya lebih dominan sebagai flora normal pada kulit dan permukaan mukosa
serta pada saat yang bersamaan juga dapat menyebabkan infeksi yang sepele,
terlokalisasi, lesi pada permukaan kulit dan kadang-kadang bersifat lethal
septikemia (Gillies, 1984; Volk dan Wheeler, 1989).
Staphylococcus adalah bakteri yang berbentuk
kokus dengan diameter 1µm yang tersusun tidak teratur. Staphylococcus tumbuh
dengan baik pada temperatur 37oC. Staphylococcus
menghasilkan katalase, yang membedakan dengan Streptococcus. Staphylococcus
memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan asam laktat (Adam, 1992 dan
Brooks dkk., 2007).
Staphylococcus
bergerombol dalam susunan yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena
tertekan. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri,
berpasangan, menggerombol dan bahkan dapat tersususn seperti rantai
pendek. Staphylococcus ini tidak bergerak, tidak berspora dan termasuk Gram
positif. Tumbuh subur pada media umum, bersifat fakultatif anaerobik.
Staphylococcus menghasilkan pigmen emas dan putih (Anonimus, 1994 dan Gibson,
1996).
Patogenesis
Patogenesitasnya merupakan efek gabungan dari
berbagai macam metabolit yang dihasilkannya.Staphylococcus aureus bersifat
invansif, penyebab hemolisis, membentuk koagulasi, mencairkan gelatin,
membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol. Selain itu Staphylococcus
dapat menyebabkan terjadinya sistitis dan pielitis, bahkan dapat pula
terjadinya septikemia, endokarditis, meningitis, abses serebri, sepsis
puerpuralis, trombosis, osteomielitis dan pneumonia (Anonimus, 1994).
Gambaran Klinis
Gambaran klinis ditemukan tanda-tanda peradangan setempat yang menyembuh
setelah pus dikeluarkan. Dinding fibrin disekitar abses dapat mencegah
penyebaran kuman. Jika dinding ini rusak, kuman dapat menyebar sehingga terjadi
bakteremia. Lokalisasi sekunder dalam suatu organ dapat menimbulkan tanda-tanda
disfungsi dari organ yang bersangkutan dan tanda-tanda peradangan. Pada
penekanan flora normal dari kolon karena pemakaian antibiotik, dapat
menyebabkan terjadinya enterokolitis oleh Staphylococcus yang biasanya bersifat
fatal (Djuanda, dkk. 2005).
Pengobatan
Sebagian besar orang memiliki Staphylococcus pada kulit, lubang
hidung dan tenggorokan. Bahkan jika kulit dapat dibersihkan dari Staphylococcus
(seperti pada eksema), akan segera terjadi infeksi oleh droplet. Infeksi kulit
multipel yang serius paling sering terjadi pada remaja. Pada akne, lipase
Staphylococcus dan korinebakterium melepaskan asam lemak dari lemak dan
menimbulkan iritasi jaringan. Tetrasiklin digunakan untuk terapi jangka
panjang.
Abses dan lesi supuratif tertutup lainnya diobati dengan
drainase, tindakan yang penting dan pemberian terapi antimikroba. Namun, sulit
untuk membasmi Staphylococcus patogen dari pasien yang terinfeksi, karena
organisme ini sangat cepat menjadi resisten terhadap berbagai obat antimikroba.
Staphylococcus aureus dengan sensitivitas intermediet terhadap vancomicin sudah
relatif jarang dan isolat strain yang resisten terhadap vankomisin telah jarang
ditemukan (Brooks dkk., 2007)
Pencegahan
Pencegahan langsung dengan kontak fisik dapat dicegah dengan
kebersihan kulit, mencegah pencemaran kuman pada luka-luka dan lecet. Cara
penyebaran bahan-bahan yang infeksius dari nasofaring perlu lebih banyak
diperhatikan. Perlu diambil tindakan yang tepat terhadap para tenaga kesehatan
dan bidang lain yang banyak berhubungan dengan masyarakat, yang di dalam hidung
dan tenggorokannya mengandung Staphylococcus yang resisten terhadap penicillin
(Gaman dan Sherrington, 1992).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment