I. TUJUAN
Diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa Aspergillus niger L-51 dapat memproduksi asam sitrat.
II. PERINCIAN KERJA
- Peremajaan
- Membuat media inokulum
- Membuat media produksi
- Pemisahan hasil
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Gelas kimia
- Erlenmeyer
- Pengaduk
- Hot plate
- Spatula
- Labu semprot
- Corong
- Autoklaf
- Shaker incubator
- Neraca analitik
- Tutup Erlenmeyer
- Alumunium foil
- pH meter
b. Bahan
- Toge
- Glukosa
- KH2PO4
- NH4NO3
- FeSO4.7H2O
- Pepton
- Aquadest
- Ca(OH)2
- Kultur murni Aspergillus niger L-51
IV. DASAR TEORI
Asam
sitrat adalah suatu asam trikarboksilat, digunakan dalam industri
farmasi, makanan dan minuman sebagai “acidifying and flavour agent”.
Asam ditrat diproduksi dari beet dan molase dengan cara fermentasi
menggunakan Aspergillus niger L – 51.
Produksi
asam sitrat yang menggunakan bahan baku jeruk dan sebagainya, sejak
berkembangnya proses fermentasi dari larutan yang mengandung karbohidrat
(gula), secara berangsur-angsur mulai berkurang.
Wehmwr
(1983) menguraikan cara produksi asam sitrat dengan fermentasi oleh
sejenis fungi, yang disebut Citromyces dan selanjutnya dilaporkan bahwa
Penicillum dan Mucor pun dapat menghasilkan produk tersebut. Tahun 1917
Curle menegaskan bahwa strain-strain dari Aspergillus niger merupakan
fungi yang paling baik untuk digunakan dalam produksi asam sitrat.
Mikroba yang dapat menghasilkan asam sitrat cukup banyak. Diantar mikroba tersebut adalah Aspergillus
niger, A. wentii, A. ciavatus, Penicillum luteum, P. citrinum, Mucor
priformis, Paeocilomyces dicaricatum, Citromeaces prefferianus, Candida
guillermondii, Sacharaecopsis lipolytica, Trichoderma viride,
Arthroacter paraffimeaus dan Corynebacterium sp. Diantar mikroba tersebut yang dipakai untuk produksi asam sitrat adalah Aspergillus niger dan A. wentii yang merupakan galur yang paling produktif.
Dalam
memilih suatu species mikroba perlu dipertimbangkan suatu kenyataan
bahwa suatu galur mikroba seringkali dikembangkan berdasarkan jenis
sumber karbonnya. Suatu galur yang memberikan hasil optimum pada media
yang mengandung sumber karbon tertentu, umumnya akan menurunkan
produktivitas bila ditumbuhkan pada media yang mengandung sumber karbon
lain.
Asam sitrat biasanya diproduksi dalam bentuk kristal monohidrat (C6H8O7.H2O), yang tak berwarna, tak berbau dan rasanya asam. Mudah larut dalam air dingin daripada dalam air panas.
Proses fermentasinya:
Larutan
gula dari berbagai sumber telah digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan asam sitrat dalam skala industri, tetapi sukrosa dan glukosa
tetap merupakan bahan baku yang paling mudaj dan paling baik kemudian
diikuti oleh maltosa dan molase (tetes).
Mekanisme
pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs atau
siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari
glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam
oxalo-asetat yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
Asam
sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan reaksi
karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah
lintasan glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan lintasan Entner
Doudoroff yang menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan
senyawa kunci dalam metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa
diubah menjadi piruvat melalui lintasan glikolisis. Piruvat akan
mengalami dekarboksilasi dan berkaitan dengan koenzim A membentuk asetil
KoA dan selanjutnya masuk ke dalam siklus krebs dengan bantuan enzim
piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi oksaloasetat.
Pada
Aspergillus niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi
oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol piruvat
karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau NH4+.
Apabila
sumber karbon bukan glukosa, tapi misalnya asam asetat atau senyawa
alifatik berantai panjang (C-9, C-23), maka isositrat liase terinduksi
sehingga siositrat diubah menjadi malat oleh malat oleh malat sintesa.
Rangkaian reaksi melalui glioksilat. Bila glukosa ditambahkan glukosa,
siklus tersebut terhambat.
Diduga
bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai akibat dari
adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-unsur nutrisi.
Kekurangan-kekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi dan seng adalah
unsure-unsur yang sering disebut-sebut.
Apabila
kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya tetesnya
mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu dengan
penambahan Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran ion.
Media
untuk produksi asam sitrat harus menyediakan semua kebutuhan zat gizi
mikroba, yaitu meliputi sumber karbon, nitrogen dan mineral.
a. Sumber karbon
Berbagai
hasil pertanian, atau limbah pengolahan hasil pertanian dapat digunakan
sebagai sumber karbon diantaranya adalah umbi-umbian (misalnya ubi
kayu, talas dan singkong) sirup glukosa yang berasal dari pati yang
dihidrolisa dengan asam, sukrosa, molase (bai dari gula maupun bit),
onggok, dedak padi atau gandum, limbah pengolahan kopi dan limbah
pengolahan nenas.
b. Sumber nitrogen dan mineral
Untuk
proses fermentasi dibutuhkan sejumlah senyawa sumber nitrogen dan
mineral (baik mineral makro maupun mikro). Biasanya, mineral mikro
(tembaga, mangan, magnesium,besi,seng dan molybdenum) tidak perlu
ditambahkan, karena pada bahan baku sumber karbon yang dipakai untuk
produksi secara komersial, mineral tersebut sudah terdapat dalam jumlah
yang banyak. Justru kadang-kadang perlu dilakukan perlakuan pendahuluan
untuk mengurangi kandungan atau pengaruh mineral mikro yang bersifat
toksik terhadap mikroba. Misalnya pada penambahan tembaga, asam sitrat
tidak akan diproduksi. Penambahn tembaga berkoreasi positif dengan
produksi asam sitrat.
Metode fermentasi
a. Pembuatan inokulum dan starter
Untuk
fermentasi media padat dan fermentasi dangkal dibutuhkn inokulum berupa
suspensi spora. Inokulum ini dibiakkan pada substrat padat suhu 250C dengan masa inkubasi 10 – 14 hari pada kondisi aerobic.
b. Proses fermentasi
Proses
fermentasi dapat dilakukan dengan fermentasi kultur terendam atau
fermentasi kultur permukaan. Fermentasi kultur terendam terbagi dua
yaitu dilakukan pada fermentor berpengaduk (stirrer pengaduk) dan pada
air lift fermentor. Sedangkan fermentasi kultur permukaan dapat
dilakukan dengan menggunakan media cair maupun media padat.
1. Fermentasi permukaan pada media padat
Fermentasi
ini menggunakan media padat dari limbah pengolahan hasil pertanian,
seperti onggok, dedak padi, dedak gandum, pulp tebu dan limbah
pengolahan nenas. Pada fermentasi ini, mikroba kurang sensitife terhadap
tingginya konsentrasi mineral mikro.
2. Fermentasi permukaan pada media cair
Fermentasi
ini menggunakan media cair pada wadah dangkal (tidak terlalu dalam)
sehingga memperluas bidang kontak antara media dengan oksigen di udara.
3. Fermentasi kultur terendam
Saat
ini sebagian besar (80%) produksi asam sitrat berasal dari fermentasi
kultur terndam. Fermentasi ini menggunakan paralatan yang lebih canggih
dengan kebutuhan energi yang lebih banyak, tapi lebih sedikit memerlukan
lahan dan tenaga kerja.
Produksi menurut kultur permukaan
Pemilihan
media fermentasi yang tepat adalh factor yang paling kritis dalam
produksi asam sitrat. Dalam hal ini diperlukan defisiensi nutrsional
logam-logam dan fosfat. Meskipun ini harus sedikit defisien dalam unsure
fosfat atau satu atau lebih unsure logamnya, yakni mangan, besi, seng
dan mungkin tembaga.
Beberapa
factor sangat menetukan persiapan media. Faktor-faktor tersebut adalah
kandungan gula, garam organic, pH, nisbah luas permukaan terhadap
volume, ketersediaan oksigen dan suhu media.
1) Kandungan gula
Umumnya
konsentrasi gula yang tinggi diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
banyak. Larutan dengan konsentrasi 14-20 % dapat dipergunakan.
Substitusi parsial terhadap sukrosa dan fruktosa atau glukosa, yang
menghasilkan konsentrasi gula 1-5 % (diluar total 14 %) akan
menghasilkan asam sitrat yang lebih sedkkit bila dibandingkan dengan
media yang hanya mengandung sukrosa. Hidrolisa parsial selama
sterilisasi juga menurunkan hasil asam sitrat.
2) Garam-garam anorganik
Selain
karbon, hydrogen dan oksigen yang berasal dari karbohidrat diperlukan
juga nitrogen, kalium, fosfor, belerang dan magnesium untuk media
fermentasi.
3) Keasaman (pH)
Kemantapan
pH adalah factor yang terpenting dalam proses fermentasi. Garam-garam
anorganik dan pH sangat berpengaruh terhadap prporsi asm sitrat dan
oksalat yang dihasilkan. Jadi pH dan garam anorganik harus demikian
hingga produksi asam sitrat tinggi dan sebaliknya asam oksalat ditekan
serendah mungkin.
Penggunaan
pH rendah banyak menguntungkan yakni hasil asam sitrat yang tinggi,
pembentukan asam oksalat tertekan dan bahaya kontaminasi minimum.
4) Nisbah luas permukaan terhadap volume media
Dalam
fermentasi asam sitrat konversi gula menjadi asam sitrat dilakukan oleh
enzim-enzim intrasel dan berlangsung dalam sel yang membentuk suatu
lapisan miselium. Gula masuk ke dalam sel-sel secara osmosis, sedangkan
asam keluar dengan cara difusi. Laju awal proses enzimatik dan difusi
akan menentukan beberapa lama fermentasi berlangsung.
5) Suplai oksigen
Suplai
oksigen (melalui udara) yang terlalu banyak justru akan menurunkan
rendemen. Kadang-kadang justru rendemen akhir fermentasi dengan suplai
udara khusus sama saja dengan rendemen akhir fermentasi tanpa suplai
udara. Tetapi suplai udara yang terlalu sedikit juga berakibat tidak
baik terhadap asam sitrat.
6) Suhu
Suhu yang tepat tergantung pada organisme dan kondisi fermentasi. Biasanya fermentasi dilakukan pada suhu 25 – 35 0C. Doelgar dan Prescott menegaskan bahwa 26 - 28 0
C adalah suhu yang paling optimum. Mereka menyatakan bahwa jumlah asam
sitrat yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu
dari 8 – 28 0C. Diatas 30 0C produksi asam sitrat
akan menurun dan produksi asam oksalat justru akan meningkat.
Aspergillus niger pada suhu inkubasi menghasilkan kalsium sitrat
sebanyak 25 – 30 gram dari 200 gram molase yang mengalami dua hari
fermentasi. selain itu juga dihasilkan kalsium glukonat.
V. PROSEDUR KERJA
Peremajaan
- Menimbang glukosa 2 gram dan agar 1,5 – 2 gram.
- Menimbang
toge sebanyak 10 gram dan dimasak dalam 100 ml air sampai mendidih.
Kemudian ditambahkan glukosa dan agar dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
- Sterilkan selama 15 - 20 menit pada tekanan 20 psi 1210C. Diamkan dan miringkan sampai membeku.
- Media
agar miring tersebut kemudian digunakan untuk meremajakan kultur murni
Aspergillus niger L – 51. Kemudian di inkubasikan selama 2 x 24 jam.
Membuat media inokulum
- Membuat ekstrak toge dengan menggunakan 10 gram toge yang dimasak dengan 100 ml air.
- Menimbang 5 g glukosa, 0,1 g KH2PO4, 0,5 g NH4NO3, 0,3 pepton dan 0,001 g FeSO4.7H2O. Kemudian dilarutkan dalam ekstrak toge dan usahakan agar pH larutan 6.
- Larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan alumunium foil dan sterilkan.
- Masukkan
hasil peremajaan (kultur murni Aspergillus niger L – 51) kedalam
Erlenmeyer tersebut dan di shaker selama 2 x 24 jam dalam shaker
incubator.
Membuat media produksi
- Membuat ekstrak toge dengan menggunakan 10 gram toge yang dimasak dengan 100 ml air.
- Menimbang 10 g glukosa, 0,1 g KH2PO4, 0,5 g NH4NO3, 0,3 pepton dan 0,001 g FeSO4.7H2O. Kemudian dilarutkan dalam ekstrak toge dan usahakan agar pH larutan 6.
- Larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan alumunium foil dan disterilkan.
- Dengan
menggunakan gelas ukur yang telah disterilkan, media inokulum dipipet
sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam media produksi. Shaker selama
144 jam dalam shaker incubator.
Pemisahan hasil
- Setelah di shaker kemudian disaring dengan kertas saring wheatman 41 dan diukur pH nya dengan menambahkan Ca(OH)2 sampai pH 5,8..
- Diamkan selama beberapa hari (jika terbentu endapan putih berarti mengandung sitrat).
VI. DATA PENGAMATAN
a. Membuat media inokulum
Setelah di shaker selama 48 jam, terdapat bulatan-bulatan kecil berwarna putih.
b. Membuat media produksi
Setelah di shaker selama 144 jam pada dinding Erlenmeyer terdapat kapang yang berwarna kehitaman.
c. Pemisahan hasil
Setelah penambahan Ca(OH)2 terdapat endapan putih.
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan produksi asam sitrat digunakan Aspergillus niger L-51 yang berfungsi sebagai biokatalisator dimulai dengan membuat media inokulum dengan menggunakan glukosa, KH2PO4, NH4NO3, pepton dan FeSO4.7H2O.
Setelah di shaker selama 48 jam terdapat bulatan-bulatan kecil atau
miselium yang berwarna putih. Kemudian media inokulum tersebut
dimasukkan ke dalam media produksi. Usahakan miselium tersebut juga
dimasukkan ke dalam media produksi. Kemudian dishaker
selama 144 jam. Pada dinding erlenmeyer terdapat kapang yang berwarna
kehitaman. Hasil fermentasi tersebut disaring dengan kertas wheatman 41
dan ditambahkan Ca(OH)2 sehingga terbentuk endapan putih. Hal ini menandakan bahwa terdapat asam sitrat.
As. sitrat + Ca(OH)2 Ca sitrat
putih
Aspergillus
niger L-51 merupakan organisme aerob karena pada proses fermentasi
erlenmeyer hanya ditutup dengan kapas sehingga memudahkan suplai udara
terhadap bakteri tersebut. Pada percobaan ini kami terlambat membuka
penutup alumunium foilnya sehingga miselium yang diperoleh tidak terlalu
banyak.
VIII. KESIMPULAN
Dari
percobaan produksi asam sitrat dapat disimpulkan bahwa asam sitrat
dapat diproduksi dari Aspergillus niger L–51 dengan melalui beberapa
tahap yaitu membuat media inokulum, media fermentasi dan pemisaha hasil.
Dimana terbentuknya asam sitrat dapat diketahui dengan adanya endapan
putih setelah penambahan Ca(OH)2.
No comments:
Post a Comment