BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah
suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan interaksi
mereka dengan organisme lain dan lingkungannya (Singleton.2006).
Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya
mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat
sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi
dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali (Skou,
dan Sogaard Jensen. 2007).
Istilah bakteri berasal
dari kata bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau batang. Morfilogi
bakteri terbagi atas 3 macam yaitu, pertama bentuk basil atau basillus, basil
berbentuk seperti tongkat pendek agak silindris bentuk basil hampir meliputi
seluruh bakteri, bentuk coccus (bulat). Kedua bentuk coccus adalah bentuk
bakteri seperti bola-bola kecil, pada golongan ini tidak sebanyak pada golongan
berbentuk basil. Ketiga adalah bentuk spiril (spiral), bentuk spiril adalah
bentuk bakteri yang berbentuk seperti spiral atau panjang berbengkok-bengkok
(Adam 1992).
Pada saat sekarang ini, dengan
berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu
seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang
tidak dapat dilihat jelas dengan mata tanpa menggunakan alat bantu yang
berukuran mikro. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Para peniliti
mulai mencari tahu akan apa yang terkandung pada mikroorganisme tersebut.
Dalam bidang penelitian
mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus untuk
mempelajarinya dan bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti
mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula
tentang bagamana caranya menumbuhkan suatu mikroba ke dalam suatu media, karena
kita tahu bahwa beragamnya persyaratan tumbuh mikroba, maka harus dimengerti
jenis-jenis nutrient yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan
fisik yang menyediakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya. Mikroba amat
beragam, baik dalam persyaratan nutrient maupun fisiknya. Jadi, media yang
digunakan harus mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut.
Untuk mengenal lebih jauh tentang
penyiapan medium untuk suatu mikroba, maka diadakanlah praktikum ini, dimana
dalam prakitukum ini praktikan diwajibkan mampu mengetahui cara-caranya mulai
dari awal sampai akhir melalui bimbingan dari kakak asisten.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui
dan memahami cara membuat medium NA (Nutrient Agar).
2. Mengetahui
dan memahami fungsi, cara pengunaan, cara mensterilkan dan prinsip kerja dari
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
3.
Mengetahui cara-cara menghitung jumlah koloni yang
ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar.
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis medium yang tepat untuk
pertumbuhan mikroba serta komposisinya masing-masing.
1.3 Manfaat
Dengan
melakukan praktikum ini, maka praktikan dapat mengenal lebih jauh tentang
cara-cara penyiapan medium untuk mikroba serta mampu mengetahui jenis-jenis
nutrient yang dibutuhkan oleh mikroba dan juga mampu menghitung jumlah koloni
yang ditumbuhkan dalam media pertumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi
yang mempelajari mikroorganisme atau jasad renik. Objek kajiannya adalah semua
makhluk (hidup) yang tidak dapat dilihat jelas dengan mata tanpa menggunakan
alat bantu seperti mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi dimulai sejak
ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi
setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur dan membuat
serum rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami
pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain
seperti biokimia.
Penerapan mikrobiologi
pada masa kini masuk dalam berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari
cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian,
ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Mikroorganisme sebagai mahluk hidup
sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan
untuk membangun tumbuhannya, seperti dalam sintesa protoplasma dan
bagian-bagian sel yang lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk
memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel memerlukan suatu kegiatan-kegiatan,
sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang terarah
yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang
melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung
atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut katalisator organik atau
biasa disebut biokatalisator yang dinamakan enzim. Untuk dapat memahami tentang
nutrisi dan metabolisme ini, pengetahuan dasar biokomia sangat dibutuhkan
(Natsir Djide dan Sartini. 2006).
2.2 Medium
Medium adalah substansi yang terdiri
atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan
dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup,
untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik
(protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk
melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non
motil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Ratna Hadietomo, 1990).
Suatu medium yang mengandung
substansi kompleks seperti ekstrak daging, trifton, darah dan juga dapat
disebut medium buatan atau medium kompleks. Sebagai lawannya kita aduk medium yang
masing-masing medium yang ditentukan. Medium sintetik mungkin sangat rumit atau
atau sangat berbeda sesuai dengan mikroorganisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan untuk sebagian besar medium sintetik hanya digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme dilaboratorium penelitian. Banyak medium saringan
lain yang serupa dengan kaldu yang mengandung makanan (Pelozar, 1996).
Mikroorganisme
dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya
menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik.
Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau
larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus
dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler (Iptek,
2009).
Peran utama
nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor
elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air€, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral,
faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media
pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik
oranisme baru” (Arfiandi. 2009).
Tiap sel harus
mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang ditemukan
dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk
suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan,
atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat
kimia dan fisika dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu
(Widya. 2009).
Menurut (Pelozar. 1996) Klasifikasi
medium berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:
1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan
yang bertujuan menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh Nutrien
Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar (PDA)
untuk menstimulir pertumbuhan fungi.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan
mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia
tertentu misalnya, medium tetes tebu untuk Saccharomyces cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan
bahan-bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit
dalam suatu campuran berbagai mikroba contoh Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
tertentu yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang
ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garamk
dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
kimia atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh
memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan dengan
jenis lainnya.
6. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan
susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan
bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan
lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya medium
untuk menghitung jumlah bakteri E. coli air sumur.
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses
untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam
alat atau bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan alat atau bahan
sampai temperatur 1210C, selama watu 15 menit.
Salah satu contoh alat untuk
melakukan sterilisasi adalah Autoklaf.
Pada alat Autoklaf ini, bahan
makanan dipanaskan sampai temperatur 121-1340C. makanan diproses
selama 15 menit, untuk temperatur 1210C, atau pada temperatur 1340C
selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara perlahan
untuk menghindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada alat atau
bahan.
Untuk memastikan bahwa proses Autoklaf ini berfungsi untuk
mensterilisasi, kebanyakan Autoklaf
memiliki meteran dan chart yang menampilan informasi berupa temperatur dan
tekanan sebagai fungsi dari waktu. Warna pada meteran ataupun chart tersebut
akan berubah, jika alat atau bahan berada pada kondisi yang diinginkan. Selain
itu, bioindicator, juga dapat digunakan sebagai indicator untuk
menunjukkan performansi Autoklaf.
Bioindicator ini harus diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh
steam, untuk memastikan bahwa walaupun daerah tersebut sulit dijangkau, namun
steam tetap terdapat proses penetrasi.
Dampak
Sterilisasi Pada daging, terjadi Maillard browning dan karamelisasi yang
mempengaruhi warna dari daging, ketika daging melalui proses sterilisasi. Pada
sterilisasi susu dengan cara UHT (Ultra High Temperatur), terdapat peningkatan
keputihan warna dari susu itu sendiri.
Sterilisasi juga mempengaruhi aroma
dan rasa dari makanan. Contohnya, pada sterlisasi makanan kaleng terjadi
perubahan rasa yang kompleks, yaitu terjadi proses pirolisis, deaminasi, dan
dekarboksilasi asam amino. Interaksi ini dapat menghasilkan lebih dari 600
komponen. Pada sterilisasi dengan cara UHT, perubahan aroma dan rasa yang
terjadi lebih sedikit. Tekstur dari makanan juga mengalami perubahan setelah
melwati proses sterilisasi. Contohnya, tekstur dari padatan buah dan sayur akan
menjadi lebih lunak daripada buah dan sayur yang tidak disterilisasi.
Nutrient
value dari makanan juga mengalami penurunan. Stabilitas inhibitor tripsin pada
kacang kedelai juga menurun setelah mengalami proses sterilisasi. Thiamin dan
pyridoxine juga mengalami degradasi. Namun pada proses sterilisasi ini tidak
meningkatkan ataupun menurunkan kandungan vitamin.
Sterilisasi juga dapat dilakukan
dengan cara memasukan alat ke dalam open, kemudian dipanaskan pada suhu 170-180˚C
selama 2 jam. Dalam kondisi demikian, semua bakteri, mikroorganisme lainya, dan
spora mikroorganisme akan mati. Atau sterilisasi juga dapat dilakukan dengan
cara memasukan alat atau bahan ke dalam uap panas (ditanak), alat-alat yang
akan disterilkan harus terbungkus rapat, selanjutnya alat-alat tersebut
dimasukan ke dalam dandang (pemeram air) selama 30 menit pada suhu 100˚C. Hanya
saja, pemanasan ini belum mematikan spora bakteri sehingga alat-alat atau bahan
yang disterilkan dengan cara pemanasan uap (ditanak) dalam dandang kurang
steril.
2.4
Menentukan jumlah Mikroba
Jumlah
mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, tergantung
pada bahan dan jenis mikroba yang ditumbuhkan atau dikembang biakan. Dalam
analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan,
harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama:
kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang diperkirakan.
Penyebaran
mikroorganisme yang tumbuh pada bahan hasil pertanian pada hasil olahnya pada
umumya terdiri dari bakteri, jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat
juga binatang satu sel. Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan
(makanan), akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang
bersifat fisik dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi
lunak, timbul gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah
penyebaran bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan) yang sedang mengalami
pembusukan sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis spesies-nya serta
tergantung pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu
penyimpanan, dan lain-lain.
Pertumbuhan
mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang
tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat
diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu
bahan dapat dihitung dengan dua macam cara yaitu :
1. Perhitungan
Cara ini
digunakan untuk menentukan jumlah mikroba, dengan cara menghitung Secara
keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup.
2. Penghitungan Jumlah Mikroba
Secara Tidak Langsung
Cara ini
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang hidup
maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja
tergantung cara yang digunakan.
Pada
praktikum ini digunakan perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu
dengan cara metode hitungan cawan yang dibedakan atas dua cara sebagai brikut :
1)
Metode tuang (pour
plate)
Dalam melakukan metode
tuang hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan memasukkan
hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran, diambil 1 ml larutan uji
dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair steril
sebanyak 10 ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan jangan dibuka terlalu
lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri digerakkan di atas meja
dengan gerakan melingkar seperti angka delapan, gunanya untuk menyebarkan sel
mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dalam enkas
dengan posisi terbalik selama 48 jam.
2)
Metode permukaan (surface/Spread Plate)
Cara melakukan metode permukaan yaitu media cair steril dituang terlebih
dahulu ke dalam cawan petri, setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah
diencerkan, lalu diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian
diinkubasi dalam enkas selama 48 jam.
Perhitungan jumlah koloni akan lebih
mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Sebagai contoh
misalnya penetapan jumlah mikroba pada susu. Pengenceran awal 1 : 10 dibuat
dengan cara mengencerkan 1 ml susu dalam 9 ml larutan pengencer, dilanjutkan
dengan pengenceran yang lebih tinggi, misalnya 10 ˉ5 atau 10ˉ6 tergantung
pada mutu susunya. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat dalam susu,
semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. Jika setelah inkubasi misalnya
diperoleh 60 dan 64 koloni masing-masing pada cawan duplo yang mengandung
pengenceran 10ˉ4, maka jumlah koloni dapat dihitung sebagai brikut :
Jika 1 ml larutan pengencer dianggap mempunyai berat 1
gr maka
Faktor pengerceran =
pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
=
10ˉ4 x 1,0 ml = 10ˉ4 ml
Jumlah koloni/ml (CFU/ml) = jumlah koloni per cawan x
1/faktor pengenceran
=
(60 + 64)/2 x 1/10ˉ4 = 6,2 x 105 CFU/ml
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi dilaksanakan
sebanyak 2 kali yaitu pada hari rabu tanggal 29 Mei 2013 pukul 08.30-12.00 WITA
dan tanggal 31 Mei 2013 pukul 14.30-16.30 WITA bertempat di laboratorium
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
3.2 Alat dan Bahan
1.
gelas ukur 250 ml
2.
Gelas piala 250 ml
3.
Neraca berlengan tiga
4.
Kertas timbang
5.
Spatula atau sendok
6.
Nutrien Agar (NA) Difco
7.
Batang pengaduk dari kaca Pembakar Bunsen, Kaki tiga
dan Kasa
8.
Injeksi 1,0 ml steril
9.
9 tabung reaksi berukuran 16 mm x 150 mm
10. 8 cawan
petri steril
11. Keranjang
atau tempat tabung reaksi
12. Dandang atau
pemeram air
13. Enkas
14. Pembakar
bunsen
3.3 Prosedur
Kerja
a. Prosedur
penyiapan dan penempatan medium untuk disterilkan
1. Ambillah
botol berisi medium Nutrien Agar (NA) yang akan digunakan dalam praktikum ini.
2. Dengan gelas
ukur yang sesuai, ukurlah 250 ml air suling; dalam hal ini gunakanlah gelas
ukur 250 ml. Ingatlah bahwa meniscus (garis lengkung yang anda liat pada
permukaan cairan) harus segaris dengan garis skala yang dikehendaki pada gela
ukur.
3. Tuanglah air
suling tersebut ke dalam gelas piala berukuran 250 ml.
4. Siapkan
neraca berlengan tiga. Letakan wadah yang akan dipakai untuk menimbang pada
pinggan neraca.
5. Ambillah
medium Nutrient Agar (NA) dengan spatula atau sendok yang telah disediakan dan
timbanglah seberat 2,5 gr.
6. Taruhlah
medium tersebut ke atas air suling dalam gelas piala.
7. Medium perlu
dididihkan selama beberapa menit untuk melarutkannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menaruh gelas piala yang berisi medium tersebut diatas kompor dan
dipanaskan. Medium harus terus menerus diaduk dengan batang pengaduk dari kaca
untuk mencegah hangusnya atau meluapnya medium.
8. Setelah
medium di dididihkan atau sudah larut dengan sempurna kemudian diangkat dan
masukan kedalam elyemeyer lalu dimasukan ke dalam dandang atau pemeram air
untuk disterilkan dengan uap pada suhu 121˚C selama 15 menit.
b. Penuangan
agar cawan dan pembutan agar miring
1. setelah
dikeluarkan dari dandang atau pemeram air, letakanlah medium tersebut ke dalam
enkas untuk didinginkan dan dalam enkas tersebut ditaruh pembakar bunsen yang
dinyalakan.
2. Sambil
menunggu medium dingin, ambillah cawan petri dan tabung reaksi yang telah
disterilkan kemudian dimasukan ke dalam enkas.
3. Setelah
medium dingin, tuanglah medium tersebut ke dalam cawan petri secara merata dan
jangan terlalu tebal. Pada tabung reaksi untuk agar miring diisi medium
sebanyak 4 ml.
4. Tambahkan
mikroba dari telur yang sudah diencerkan sebanyak 1,0 ml, Kemudian cawan petri
digerakan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba
secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau gerakan seperti angka
delapan, setelah agar memadat tutup cawan petri dan pada tabung reaksi ditutup
dengan kertas timbang, kemudian diisi tulisan atau tanda sesuai dengan tingkat
pengenceran. Kemudian cawan-cawan tersebut diinkubasikan selama 48 jam dengan
posisi terbalik.
c. Cara
menghitung koloni
1.
Ambillah satu agar cawan yang telah diinkubasi kemudian
pada cawan di garis dengan spidol dibuat kotak atau disebut juga transek.
2.
Transek itu fungsinya agar lebih mudah dan akurat
dalam melihat mikroba yang tumbuh.
3.
Kemudian mikroba dilihat dan dihitung berapa mikroba
yang tumbuh pada cawan, lalu di hitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Faktor pengenceran =
pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni/ml (CFU/ml) = jumlah koloni per cawan x 1/faktor
pengenceran
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Media Pertumbuhan
Medium merupakan bahan yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya, medium
tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain adalah harus mengandung
semua zat hara yang mudah digunakan oleh
mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai
dengan kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
Adapun hasil praktikum media pertumbuhan
mikroba dengan dengan menggunakan Nutrient Agar (NA) yaitu sangat baik karena
dalam media Nutriet Agar (NA) mengandung zat-zat nitrogen (0,3 ekstrak daging
sapi dan 0,5 pepton) dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan mikroba.
Nutrien yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu dari telur yang sudah diencerkan dengan tingkat pengenceran
yang berbeda-beda. Setelah di masukan ke dalam media Nutrien Agar (NA) dan
diinkubasikan selama 48 jam warna media Nutrien Agar (NA) yang awalnya keruh
menjadi warna kuning kecoklatan. Hal ini dikarenakan mikroba dalam media
tersebut telah tumbuh dan berkembang dengan menyerap zat-zat yang ada pada
media tersebut.
4.2 Sterilisasi
Sterilisasi alat-alat yang akan
digunakan pada praktikum mikrobiologi ini menggunakan uap panas dengan cara
memasukkan alat-alat tersebut kedalam dandang (pemeram air) selama 30 menit
pada suhu 100˚C. Sehingga hasilnya kurang steril karena spora mikroba yang ada
pada alat-alat tersebut belum mati. Kemudian pengaruh kondisi laboratorium yang
kurang steril atau tidak bersih sehingga menyebabkan terkontaminasi dengan
mikroba lain yang ada di ruangan tersebut.
Sterilisasi medium pada praktikum
ini menggunakan dandang (pemeram air) dengan cara memasukan medium Nutrient
Agar (NA) yang telah didihkan ke dalam dandang (pemeram air) dan di panaskan
selama 15 menit. Kemudian pada saat penyimpanan dalam enkas diisi dengan
pembakar bunsen yang telah dinyalakan, sehingga hasilnya medium tersebut cukup
steril.
4.3 Menentukan
Jumlah Mikroba
Adapun hasil
koloni yang didapatkan dari perhitungan satu cawan dengan tingkat pengenceran
10ˉ1 yaitu :
Diketahui : pengenceran = 10ˉ1
atau 1 : 10
Jumlah yang ditumbuhkan = 1,0 ml
Jumlah koloni yang tumbuh = 1 CFU
Ditanyakan : jumlah koloni yang tumbuh
Penyelesaian :
Faktor pengenceran
=
pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
= 10ˉ1 x 1,0 ml
= 10ˉ1 ml
Jumlah koloni/ml (CFU/ml) = jumlah koloni per cawan x 1/faktor
pengenceran
= 1 x 1/10ˉ1
= 10 CFU/ml
Jadi hasil jumlah koloni/ml (CFU/ml) adalah 10 CFU/ml.
4.4
Pembahasan
Nutrien Agar (NA) merupakan salah
satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji produk
pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri,
dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi Nutrient Agar adalah
eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g
agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan dandang
(pemeram air) pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang
dibutuhkan.
Pada medium Nutrient Agar (NA) dari
warna keruh menjadi warna kuning kecoklatan, hal ini disebabkan karena mikroba
yang ada didalam media tersebut telah tumbuh sehingga menyebabkan pembusukan
pada medium tersebut atau mikroba tersebut telah mengurai zat-zat yang ada
dalam media tersebut.
Alat yang disterilisasi dengan
menggunakan dandang (pemeram air) selama 30 menit pada suhu 100˚C kurang steril
hal ini dikarenakan spora bakteri belum mati. Kemudian kondisi laboratorium
yang kurang bersih sehingga alat dan bahan terkontaminasi mikroba lain (kurang
steril).
Hasil perhitungan koloni dengan
pengenceran 0,1 (10ˉ1) dan jumlah mikroba yang tumbuh
pada cawan hanya 1 maka hasil yang dapatkan pada praktikum ini yaitu 10 CFU/ml.
Hasilnya sangat bertolak belakang dengan konsep atau materi yang ada,
seharusnya semakin tinggi tingkat pengenceranya maka semakin tinggi pula jumlah
mikroba yang tumbuh atau berkembang. Pada praktikum ini hal-hal yang
menyebabkan sangat sedikitnya mikroba yang tumbuh yaitu :
a.
Alat-alat yang digunakan kurang steril karena
alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum sudah distrilkan satu hari
sebelum praktikum sehingga menimbulkan banyak zat-zat penghambat dalam media
tersebut.
b.
Kondisi laboratorium yang kurang memadai, sehingga
mengganggu proses praktikum.
c.
Penuangan medium Nutrien Agar (NA) yang terlalu tipis
pada permukaan cawan petri sehingga zat-zat nutrientnya kurang.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Medium Nutrien Agar (NA) konsistensinya berbentuk
padat dan berwarna kuning kecoklatan yang berfungsi untuk pertumbuhan mikroba
dari telur.
2.
Sterilisasi dengan menggunakan dandang (pemeram air)
hasilnya kurang baik karna sterilisasi dengan dandang (pemeram air) belum
membunuh spora dari bakteri.
3.
Hasil mikroba yang tumbuh pada praktikum ini kurang
baik, banyak terjadi ke eroran pada praktikum ini.
4.
Sterilisasi dilakukan bertujuan untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan.
5.2 Saran
1.
Sebaiknya alat-alat dalam praktikum harus steril
sehingga tidak terjadi kontaminasi didalam Laboratorium.
2. Dalam
melaksanakan praktikum, dilakukan secara jelas oleh asisten agar para praktikan
dapat lebih memahami.
3.
Ruangan laboratorium harus dibersihkan sebelum
digunakan agar tidak mengganggu jalannya praktikum.
No comments:
Post a Comment